TEORI PENDUKUNG
Kepuasan Kerja (Y)
1. Menurut
Robbins kepuasan kerja adalah sebagai suatu sikap umum seorang individu
terhadap pekerjaanya.
Stephen
P. Robbins. 2006. Perilaku Organisasi
Edisi 10. Jakarta: Indeks. Halaman 103
2. Faktor-faktor
kepuasan kerja menurut Robbins adalah suasana pekerjaan, pengawasan, tingkat
upah saat ini, peluang promosi, dan hubungan dengan mitra kerja.
Stephen
P. Robbins. 2006. Perilaku Organisasi Edisi
10. Jakarta: Indeks. Halaman 103
3. Locke
memberikan definisi komprehensif dan menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah
keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian
pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang.
Fred
Luthans. 2006. Perilaku Organisasi Edisi
10. Yogyakarta: ANDI. Halaman 243
4. Menurut
Luthans, kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa
baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting.
Fred
Luthans. 2006. Perilaku Organisasi Edisi
10. Yogyakarta: ANDI. Halaman 243
5. Menurut
Luthans (2006:243) terdapat lima dimensi pekerjaan yang telah diidentifikasi
untuk merepresentasikan karakteristik pekerjaan yang paling penting dimana
karyawan memiliki respons afektif. Kelima dimensi tersebut adalah:
1) Pekerjaan
itu sendiri
2) Gaji
3) Kesempatan
promosi
4) Pengawasan
5) Rekan
kerja
Fred
Luthans. 2006. Perilaku Organisasi Edisi
10. Yogyakarta: ANDI. Halaman 243
- Menurut Porter, job satisfaction is difference between
how much of something there should be and how much there is now. (Kepuasan
kerja adalah perbedaan antara seberapa banyak sesuatu yang seharusnya
diterima dengan seberapa banyak sesuatu yang sebenarnya dia terima).
Sopiah.
2008. Perilaku Organisasi.
Yogyakarta: ANDI. Halaman 170
- Mathis dan Jackson, job satisfaction is a positive
emotional state resulting one’s job experience. (Kepuasan kerja
merupakan pernyataan emosional yang positif yang merupakan hasil evaluasi
dari pengalaman kerja).
Sopiah.
2008. Perilaku Organisasi.
Yogyakarta: ANDI. Halaman 170
- Sondang P. Siagian, kepuasan kerja
merupakan suatu cara pandang seseorang, baik yang bersifat positif maupun
bersifat negatif tentang pekerjaannya.
Sondang
P. Siagian. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman
295
- Brayfield, Arthur H. dan Harold F.
Rothe, mereka beranggapan bahwa kepuasan kerja dapat diduga dari sikap
seseorang terhadap pekerjaannya.
Mutiara
S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia. Halaman 128
- Moorse, mengemukakan bahwa pada
dasarnya kepuasan kerja tergantung kepada apa yang diinginkan seseorang
dari pekerjaannya dan apa yang mereka peroleh.
Mutiara
S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia. Halaman 128
- Kreitner dan Kinicki mengemukakan
bahwa aspek-aspek kepuasan kerja yang relevan terdiri atas kepuasan
terhadap pekerjaan, gaji, promosi, rekan kerja, dan penyelia.
Mutiara
S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia. Halaman 129
- Blau, menyatakan bahwa kepuasan
kerja juga relevan terhadap penilaian prestasi. Ini berarti bahwa:
a.
Kepuasan kerja adalah kepuasan terhadap
setiap perlakuan yang mereka terima di tempat kerja, termasuk kepuasan terhadap
evaluasi pekerjaan, seleksi, pemberian fasilitas, dan tunjangan (benefits),
insentif, atau pemberhentian, dan
b.
Kepuasan kerja bukan merupakan kondep
yang berdimendi tunggal melainkan berdimensi jamak. Seseorang bisa saja puas
dengan dimensi yang satu, namun tidak puas dengan dimensi yang lain.
Mutiara
S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia. Halaman 129
- Panggabean, kepuasan kerja
didefinisikan sebagai fungsi dari tingkat keserasian antara apa yang
diharapkan dengan apa yang dapat diperoleh, atau antara kebutuhan dan
penghargaan.
Mutiara
S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia. Halaman 19
- Schemerhorn et. al, kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu kondisi
tentang sejauh mana karyawan merasakan secara positif atau negatif dari
berbagai ragam dimensi dari tugas-tugas yang terkait dengan pekerjaannya.
Didit
Darmawan. 2013. Prinsip-Prinsip Perilaku
Organisasi. Surabaya: Pena Semesta. Halaman 58
- Handoko, kepuasan kerja adalah
keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan ketika
karyawan memandang pekerjaan mereka.
Didit
Darmawan. 2013. Prinsip-Prinsip Perilaku
Organisasi. Surabaya: Pena Semesta. Halaman 58
- Mangkunegara, kepuasan kerja
tersusun dari beberapa factor, yaitu kondisi pekerjaan, hubungan rekan
kerja, suvervisi, prestasi, dan kompensasi.
Didit
Darmawan. 2013. Prinsip-Prinsip Perilaku
Organisasi. Surabaya: Pena Semesta. Halaman 58
Karakteristik
Pekerjaan (X1)
1. Greg
Oldham dengan teorinya model karakteristik pekerjaan (job characteristic
model-JCM) menyatakan bahwa setiap pekerjaan dapat dideskripsikan dalam lima
dimensi pekerjaan inti, yang didefinisikan sebagai berikut:
a. Ragam
keterampilan
b. Identitas
tugas
c. Tingkat
pentingnya
d. Otonomi
e. Umpan
balik
Stephen
P. Robbins. 2002. Prinsip-prinsip
Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga. Halaman 248
- Panggabean,
karakteristik pekerjaan terdiri atas keanekaragaman tugas, identitas
tugas, keberartian tugas, otonomi, dan umpan balik.
Mutiara S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor:
Ghalia Indonesia. Halaman 18
3. Karakteristik
pekerjaan berkembang sebagai upaya untuk mengukur persepsi individu terhadap
kandungan kerja (job content), yang mengidentifikasi lima komponen inti
pekerjaan yaitu skill variety, task identity, task significance, autonomy serta
feed back (Ivancevich et al, 2001: 169).
Ivancevich,
John., Mara Olekalns., and Michael Matteson. Organisational and Behaviour
and Management. Australia: McGraw-Hill Companies, Inc. (2001).
4. Karakteristik
kerja mengidentifikasi lima komponen inti pekerjaan yaitu:
a. Skill
variety: sejauh mana suatu pekerjaan membutuhkan keragaman
kompetensi pegawai untuk melaksanakan kerja;
b. Task
identity: sejauh mana suatu pekerjaan membutuhkan pegawai
untuk menyelesaikan tugas secara keseluruhan, sejak dari awal sampai selesai.
c. Task
significance: sejauhmana seorang pegawai menganggap
bahwa pekerjaan memiliki dampak terhadap kehidupan orang lain, baik di dalam
maupun di luar organisasi.
d. Autonomy:
sejauh mana pekerjaan memberdayakan pegawai dan pilihan-pilihan (discretion)
pada pegawai dalam menjadwalkan pekerjaan dan penentuan prosedur yang digunakan
dalam melaksanakan tugas.
e. Feed
back: sejauhmana pelaksanaan tugas yang berkaitan dengan
pekerjaan menyediakan informasi tentang efektivitas dari kinerja pegawai
(Hellriegel et al, 2001: 457).
Hellriegel,
Don., John W. Slocum, Jr., and Richard W. Woodman. Organizational Behavior.
Cincinnati: South-Western College Publishing 9th ed., (2001).
5. Menurut
Gitosudarmo (2001), karakteristik pekerjaan adalah pelaksanaan tugas karyawan
yang meliputi wewenang, tanggung jawab serta tugas-tugas yang harus dilakukan,
dan juga dapat meningkatan kepuasan yang individu peroleh dari karakteristik
pekerjaan yang bersangkutan.
Gitosudarmo.
(2001). Kepemimpinan Organisasi. Salemba Raya, Jakarta.
6. Menurut
Munandar (2001, p.357), ada lima ciri-ciri intrinsik pekerjaan yang
memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan.
Kelima dimensi karakteristik kerja akan mempengaruhi tiga kondisi psikologis
yang penting bagi karyawan, yaitu:
1) Keragaman
ketrampilan (Skill Variety)
Makin
banyak ragam ketrampilan yang digunakan, suatu pekerjaan tidak menjadi
membosankan dimata karyawan. Pekerjaan yang menuntut ketrampilan yang beragam
dipandang oleh karyawan lebih menantang karena mencakup berbaga jenis
keterampilan.
2) Jati
diri tugas (Task Identity)
Pada
tingkat sejauh mana penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan dapat dilihat
hasilnya dan dapat diakui sebagai hasil kinerja seseorang. Seberapa besar
keterlibatan karyawan dapat diidentifikasikan dalam penyelesaian tiap tahap
pekerjaan dari awal hingga selesai.
3) Tugas
yang penting (Task Significance)
Tingkat
sejauh mana pekerjaan mempunyai dampak yang berarti bagi kehidupan orang lain,
baik karyawan tersebut yang merupakan rekan sekerja dalam suatu perusahaan yang
sama maupun orang lain di lingkungan sekitar karyawan.
4) Otonomi
(Autonomy)
Tingkat
kebebasan pemegang kerja, yang mempunyai pengertian ketidaktergantungan dan
keleluasaan yang diperlukan untuk menjadwalkan pekerjaan dan memutuskan
prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelesaikannya.
5) Umpan
balik (Feedback)
Pemberian
umpan balik pada setiap pekerjaan membantu meningkatkan tingkat kepuasan
karyawan di dalam perusahaan. Para karyawan juga perlu mengetahui seberapa baik
prestasi yang telah dilakukan.
Munandar,
A.S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. UI-Press, Jakarta
- Menurut
Ricky W. Griffin, karakteristik pekerjaan mempunyai lima dimensi inti: 1)
Ragam keahlian (skill variety) yaitu jumlah yang dilakukan seseorang dalam
suatu pekerjaan. 2) Identitas tugas (taks identity) yaitu sejauh mana
pekerja dapat menyelesaikan suatu bagian yang dapat diidentifikasikan dari
keseluruhan tugas. 3) Signifikan tugas (taks signifance) yaitu pentingnya
tugas yang dipersepsikan. 4) Otonomi (autonomy) yaitu tingkat pengendalian
yang dimiliki pekerjaan mengenai bagaimana pekerja di laksanakan. 5) Umpan
balik (feed back) yaitu sejauh mana pekerja mengetahui seberapa baik
pekerjaan telah dilaksanakan.
Ricky W. Griffin. 2004. Manajemen. Jakarta:Erlangga. Halaman 326
- Menurut
Sopiah, mengatakan bahwa karakteristik pekerjaan merupakan suatu ciri
pekerjaan yang membatasi tanggung jawab dan tantangan. Karakteristik
pekerjaan itu memiliki dimensi berupa: Jenis keragaman keterampilan yang
dibutuhkan, identitas tugas, otonomi, dan umpan balik.
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: ANDI. Halaman 182
Karakteristik Individu (X2)
- Menurut
Sopiah, ciri-ciri yang melekat pada individu antara lain:
a. Umur
b. Jenis
kelamin
c. Status
perkawinan
d. Jumlah
tanggungan
e. Masa
kerja
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: ANDI. Halaman 14
2. Faktor-faktor
yang mudah didefinisikan dan tersedia, data yang dapat diperoleh sebagian besar
dari informasi yang tersedia dalam berkas personalia seorang pegawai
mengemukakan karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, status
perkawinan, banyaknya tanggungan dan masa kerja dalam organisasi.
Stephen
P. Robbins. 2006. Perilaku Organisasi
Edisi 10. Jakarta: Indeks. Halaman 47
- Panggabean,
karakteristik individu terdiri atas jenis kelamin, tingkat pendidikan,
usia, masa kerja, status perkawinan, jumlah tanggungan, dan posisi.
Mutiara S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor:
Ghalia Indonesia. Halaman 18
4.
Zajac (1990) menyatakan bahwa karakteristik
personal (individu) mencakup usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat
pendidikan, suku bangsa, dan kepribadian.
5.
Karakteristik biografikal (individu) dapat
dilihat dari umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan dan masa
kerja (Siagian, 2008).
6.
Menurut Morrow dalam Prayitno (2005) bahwa
komitmen organisasi dipengaruhi oleh karakter personal (individu) yang mencakup
usia, masa kerja, pendidikan dan jenis kelamin, sedangkan Kotler dalam Zahid (1997) menyebutkan bahwa karakteristik
individu merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang yang berhubungan dengan
semua aspek kehidupan dengan lingkungannya.
7.
Menurut Kotler dalam Zahid (1997)
karakteristik individu. meliputi umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, daur
kehidupan keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, agama,
ras, bangsa, pengalaman kerja dan tingkat sosial.
TEORI PENGHUBUNG
Karakteristik Pekerjaan terhadap Kepuasan Kerja (X1 →
Y)
- Timothy A.
Judge, E. Bono, dan Edwin A. Locke menemukan bahwa karakteristik pekerjaan
dan kompleksitas pekerjaan menghubungkan antara kepribadian dan kepuasan
kerja.
Fred
Luthans. 2006. Perilaku Organisasi Edisi
10. Yogyakarta: ANDI. Halaman 244
- Menurut
Sneed dan Heng, menyatakan bahwa karakteristi pekerjaan mempengaruhi
komitmen organisasi dan kepuasan kerja.
Mutiara S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor:
Ghalia Indonesia. Halaman 136
- Menurut Hackman
dan Oldman, karakteristik pekerjaan mempengaruhi tingkat motivasi, kinerja
karyawan, kepuasan kerja, tingkat absensi, dan tingkat perputaran kerja.
Mutiara S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor:
Ghalia Indonesia. Halaman 129
- Locke
mengungkpakan bahwa puas atau tidaknya seseorang dalam pekerjaannya
ditentukan oleh karakteristik pekerjaannya, semakin mereka menyukai
karakteristik pekerjaan maka semakin mereka merasakan kepuasan dalam
bekerja.
Efriyani Djuwita. 2003. Memilih
dan Mencari Kerja Sesuai dengan Bakat dan Kepribadian. Jakarta: Agromedia
Pustaka. Halaman 24
Karakteristik Individu terhadap Kepuasan Kerja (X2 →
Y)
- Nicholson,
menyatakan bahwa hubungan antara kepuasan kerja dengan ketidakhadiran pada
umumnya dapat dipengeruhi oleh karakteristik individu, misalnya usia dan
masa kerja.
Mutiara S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor:
Ghalia Indonesia. Halaman 142
- Menurut
Sondang P. Siagian, telah diketahui bahwa terdapat korelasi antara
kepuasan kerja dengan usia seorang karyawan. Artinya, kecenderungan yang
sering terlihat ialah bahwa semakin lanjut usia karyawan, tingkat kepuasan
kerjanya pun biasanya semakin tinggi. Selain itu, Siagian juga menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat kedudukan seseorang dalam suatu organisasi,
pada umumnya tingkat kepuasannya pun cenderung lebih tinggi pula.
Sondang P. Siagian. 2012. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 298
- Keith Davis
mengemukakan bahwa “Job satisfaction is related to a number of major
employee variables, such as turnover, absences, age, occupations, and size
of the organization in which an employee works”, artinya kepasan kerja
berhubungan dengan variable-variabel karyawan seperti turnover, tingkat
absensi, umur, tingkat pekerjaan, dan ukuran organisasi.
Mangkunegara. 2001. Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Halaman 117
Karakteristik Pekerjaan dan Karakteristik Individu
terhadap Kepuasan Kerja (X1 dan X2 → Y)
- Menurut
Panggabean, menyatakan bahwa kepuasan kerja dapat mempengaruhi komitmen
organisasi dan kedua konsep ini dipengaruhi oleh karakteristik organisasi,
karakteristik pekerjaan, dan karakteristik individu.
Mutiara S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor:
Ghalia Indonesia. Halaman 12
- DeSantis
dan Durst, mengemukakan bahwa kepuasan kerja dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang dapat dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, yaitu:
a. Monetary, non monetary
b. Karakteristik
pekerjaan (job characteristic)
c. Karakteristik
kerja (work characteristic)
d. Karakteristik
individu
Mutiara S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor:
Ghalia Indonesia. Halaman 130
- Glison dan
Durick juga Rousseau, mengemukakan bahwa variable-variabel yang berkaitan
dengan faktor-faktor kepuasan kerja dapat dikelompokkamn ke dalam tiga (3)
kelompok, yaitu karakteristik pekerjaan, karakteristik organisasi, dan
karakteristik individu.
Mutiara S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor:
Ghalia Indonesia. Halaman 129
Tidak ada komentar:
Posting Komentar