BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesendirian apapun bentuknya cenderung menghasilkan
suatu kelemahan, ketidakmampuan, keterasingan dan bahkan membawa kehancuran.
Setiap individu pasti memiliki sisi lemah dan sisi kuatnya. Namun kita sering
mempersoalkan kelemahan orang lain dan
terlalu sombong dengan kekuatan diri. Sudah saatnya kita mengubah prilaku
demikian.
Dewasa ini sangat populer adalah adanya sebuah tim.
Tim jelas berbeda dengan kelompok. Katzenbach dan Smith mendefinisikan
Tim sebagai sekelompok kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi
yang berkomitmen untuk maksud bersama, menghasilkan tujuan-tujuan, dan
pendekatan bersama dimana mereka mengikatkan diri dalam kebersamaaan tanggung
jawab . “Bukti menunjukkan bahwa lazimnya kinerja tim lebih unggul daripada
kinerja individu bila tugas yang harus dilakukan menuntut keterampilan,
penilaian dan pengalaman yang bervariasi”. Banyak perusahaan yang menggunakan
tim untuk meningkatkan kinerja karyawannya. Manajemen telah menemukan bahwa tim
lebih tanggap dan responsif terhadap masalah karena tim memiliki kemampuan
untuk cepat berkumpul, menyebar, fokus, dan membubarkan diri.
Menciptakan tim yang efektif adalah hal yang sangat
sulit untuk dilakukan. Ada beberapa komponen penting untuk menciptakan tim yang
efektif, yaitu rancangan pekerjaan, komposisi tim, sumber dan pengaruh
kontekstual lain yang membuat tim menjadi efektif, serta variabel proses yang
mencerminkan sesuatu yang terjadi dalam tim yang mempengaruhi efektivitas. Akhirnya,
tim yang efektif memiliki anggota yang setia pada tujuan bersama, tujuan khusus
tim, anggota yang percaya terhadap kemampuan tim, level konflik yang dapat
dikelola, serta tingkat kemalasan sosial yang minim.
B.
Rumusan Masalah
Melihat dari
latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai beikut :
1.
Apa yang dimaksud
dengan tim ?
2.
Apa perbedaan
antara tim dan kelompok ?
3.
Apa saja tipe-tim
tim ?
4.
Bagaimanakah
karakteristik tim yang efektif ?
5.
Seperti apakah
efektifitas tim kerja ?
6.
Bagaimana komposisi
tim yang efektif ?
7.
Bagaimana
menciptakan tim yang berkualitas ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.
Menjelaskan
pengertian tim.
2.
Menjelaskan perbedaan
antara tim dan kelompok.
3.
Mengetahui tipe-tipe
dalam tim.
4.
Menjelaskan karakteristik
tim yang efektif.
5.
Seperti apakah
efektifitas tim kerja.
6.
Mengetahui
komposisi tim yang efektif.
7.
Menjelaskan bagaimana
menciptakan tim yang berkualitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tim
Menurut Burn (2004) istilah tim didefinisikan sebagai
sebuah kelompok kerja yang terdiri dari beberapa orang dengan kompetensi yang
setara, dimana mereka bekerja secara interdependen/ketergantungan dalam
melaksanakan pekerjaan di satu organisasi. Hare (dalam Burn 2004) menyebutkan
bahwa sesama tim adalah kelompok, tetapi tidak semua kelompok dapat
dikategorikan sebagai tim. Di sini, istilah tim merujuk pada kelompok kerja
yang terdiri dari beberapa individu yang memandang diri mereka, dan dipandang
oleh lingkungan kerjanya, sebagai sebuah kesatuan sosial.
Menurut Snow (1992), Johnson dan Johnson (2000) dan Cummings dan Worley
(2001), tim (team) adalah satu set interaksi interpersonal yang terstruktur
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Tim terdiri dari dua orang atau
lebih individu yang (a) menyadari adanya interdependensi yang positif dalam
mencapai sasaran bersama, (b) saling berinteraksi, (c) menyadari siapa saja
yang menjadi anggota dan bukan anggota tim, (d) memiliki peran atau fungsi
spesifik dalam menampilkan performa, dan (e) memiliki masa keanggotaan yang
terbatas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua
orang atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasi kerja mereka untuk tujuan
tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen. Pertama, dibutuhkan dua orang
atau lebih. Kedua, orang – orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular.
Ketiga, orang – orang dalam sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.
B.
Perbedaan Tim dengan
Kelompok
Stephen P. Robbins melakukan pembedaan antara Kelompok Kerja dengan Tim Kerja berdasarkan 4 variabel yaitu: Sasaran, Sinergi,
Akuntabilitas, dan Keahlian.
1)
Sasaran
a. Kelompok : Berbagi informasi, saling membantu membuat keputusan kinerja
masing-masing.
b. Tim :
Kebutuhan kerja kolektif, saling membantu demi usaha bersama.
2)
Sinergi
a.
Kelompok : Netral (kadang negatif)
b.
Tim : Positif melaui usaha
yang terkoordinasi
3)
Akuntabilitas
a.
Kelompok : Individu tidak saling
melengkapi
b.
Tim : Individual dan
saling melengkapi
4)
Keahlian
a.
Kelompok : Acak dan jarang
b.
Tim : Saling mengganti
Kelompok dan tim bukan merupakan hal yang sama persis,
ada perbedaan antara kelompok kerja dengan tim kerja. Kelompok kerja
berinteraksi untuk berbagi informasi dan saling membantu membuat keputusan
kinerja masing-masing bukan dalam rangka kebutuhan kinerja kolektif dalam usaha
bersama, juga tidak ada sinergi positif kecuali semata-mata merupakan sajian
akhir dari kontribusi individu dari anggota kelompok tersebut.
Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha
yang terkoordinasi. Usaha individu memberikan tingkat kinerja lebih besar
daripada jumlah individu tersebut. Tim dibentuk manajemen untuk mencari sinergi
positif yang membuat mereka meningkatkan kerja. Penggunaan tim yang ektensif
menciptakan potensi bagi organisasi untuk menghasilkan output yang lebih besar
tanpa peningkatan dalam input.
Perbedaan Kelompok dan Tim, sebagai
berikut:
KELOMPOK
|
TIM
|
1. Anggota beranggapan pengelompokan
hanya sekedar administrasi.
2. Pendekatan hanya sebagai tenaga
bayaran.
3. Mengerjakan tugas bagian
masing-masing masih harus diperintah.
4. Dalam penyampaian saran harus
berhati-hati, karena dapat dianggap sebagai upaya untuk memecah belah.
5. Dalam penerapan hasil kerja sangat
dibatasi oleh pemimpin.
6. Anggota tidak berperan aktif
terhadap pengambilan keputusan.
|
1. Anggota menyadari ketergantungan
satu sama lain,dan tidak mencari keuntungan pribadi.
2. Adanya komitmen terhadap sasaran
yang akan dicapai.
3. Rasa peka, atau sadar diri
terhadap tugas masing-masing, yang dapat dikontribusikan untuk keberhasilan.
4. Bekerja dalam suasana saling
percaya, saran dapat diterima dengan terbuka.
5. Penerapan hasil kerja sangat
didukung oleh tim.
6. Anggota berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan.
|
Definisi-definisi ini
membantu menjelaskan mengapa ada begitu banyakorganisasi yang akhir-akhir ini
menyusun ulang proses kerja seputar tim. Manejemen mencari sinergi positif yang
memungkinkan organisasi mereka untuk menungkatkan kinerja. Penggunaan tim
secara ekstensif menghasilkan potensi bagi sebuah organisasi untuk membuahkan
banyak hasil yang lebih besar tanpa peningkatan masukan. Namun, perhatikan apa
yang kita sebut ‘potensi’. Tidak ada yang dengan sendirinya membuat berbagi tim
yang memastikan pencapaian sinergi
positif. Hanya semata-mata menyebut sebuah kelompok
sebagai tim tidak otomatis meningkatkan kinerjanya. Tim yang efektif memiliki
berbagai karakteristik umum. Apabila ingin mendapatkan peningkatkan kinerja
organisasi dengan menggunakan tim, menejemen harus memastikan bahwa tim-timnya
memiliki karakteristik-karakteristik.
Agar lebih memahami perbedaan antara kelompok dengan
tim adalah dengan melihat skema berikut :
Sementara itu, penulis lain seperti Laurie J. Mullins
membedakan Kelompok dan Tim berdasarkan 6 variabel yaitu : Ukuran, Seleksi,
Kepemimpinan, Persepsi, Gaya, dan Semangat. Taksonomi beda lengkapnya sebagai
berikut :
|
C.
Manfaat dan Fungsi
Tim
Bekerja dalam bentuk tim memiliki fungsi yaitu antara
lain dapat merubah sikap, perilaku dan nilai-nilai pribadi serta dapat turut
serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Selain itu, bekerja dalam tim dapat
dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan , merundingkan dan bernegoisasi.
1.
Manfaat Bekerja Dalam Tim
a)
Bagi Organisasi Tim
(1)
Meningkatkan produktivitas kerja.
(2)
Meningkatkan kualitas kerja.
(3)
Meningkatkan mentalitas kerja.
(4)
Meningkatkan kemajuan organisasi.
b)
Bagi Anggota Tim
(1)
Tanggung jawab atas pekerjaan ditanggung bersama.
(2)
Sebagai media aktualisasi diri.
(3)
Stres atau beban kerja berkurang.
2.
Tujuan Bekerja Dalam Tim
a)
Kesatuan Tujuan
Setiap anggota tim memiliki kesamaan visi,misi dan
program kerja.
b)
Efisiensi
Setiap anggota tim menyelesaikan tugas atau pekerjaan
secara cepat,cermat dan tepat tanpa pemborosan dan kecerobohan.
c)
Efektif
Setiap anggota tim memiliki tujuan yang jelas,
memiliki keterampilan yang memadai, memiliki komitmen, saling percaya, memiliki
komunikasi yang baik, memiliki kemampuan bernegoisasi, dan memiliki kemampuan
yang tepat.
D.
Jenis-Jenis Tim
Menurut Daft (2000) jenis tim terdiri dari enam jenis,
yaitu:
1.
Tim Formal
Tim formal adalah
sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari struktur
organisasi formal.
2.
Tim Vertikal
Tim vertikal
adalah sebuah tim
formal yang terdiri
dari seorang manajer
dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal.
3.
Tim Horizontal
Tim horizontal
adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari tingkat
hirarki yang hampir sama tetapi berasal dari area keahlian yang berbeda.
4.
Tim dengan Tugas Khusus
Tim dengan tugas
khusus adalah sebuah tim yang dibentuk di luar organisasi formal untuk
menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas khusus.
5.
Tim Mandiri
Tim Mandiri adalah
sebuah tim yang terdiri dari lima hingga dua puluh orang pekerja dengan beragam
keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk menghasilkan sebuah produk
atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang annggota
terpilih.
6.
Tim Pemecahan Masalah
Tim pemecahan
masalah biasanya terdiri dari lima hingga dua belas karyawan yang dibayar
perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan cara
memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.
Tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya.
Terdapat 4 bentuk umum dari tim yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu : Tim
Problem-Solving, Tim Self-Managed Work, Tim Cross-Functional,
dan Tim Virtual.
1.
Tim Problem-Solving
Bentuk tim awalnya serupa satu sama lain. Mereka
umumnya terdiri atas 4 hingga 12 pekerja yang dibayar per jam dari
departemen yang sama yang saling bertemu sekian jam setiap minggu untuk
membahas peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim seperti ini
disebut Tim Problem-Solving.
Dalam tim jenis ini, para anggota saling berbagi
gagasan dan menawarkan saran seputar proses dan metode kerja seperti apa
yang perlu dilakukan agar produktivitas dapat ditingkatkan. Jarangkali tim-tim
ini diberikan otoritas untuk secara unilateral (sendirinya) menerapkan
saran mereka ke dalam tindakan. Satu hal yang dikenal sebagai bentuk Tim Problem-Solving
adalah Lingkaran Kualitas. Ini merupakan tim kerja terdiri atas gabungan
8 hingga 10 pekerja dan supervisor yang saling berbagi gagasan wilayah
kewenangan dan bertemu secara teratur guna mendiskusikan masalah kualitas
pekerjaan mereka, menyelidiki sebab-sebab masalah, dan merekomendasikan
penyelesaian.
2.
Tim Self-Managed Work
Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang
benar, tetapi mereka tidak beranjak jauh dalam hal pelibatan pekerja dalam
proses pembuatan keputusan (apalagi implementasi) yang berhubungan dengan suatu
pekerjaan. Kekurangan ini mendorong eksperimen dari tim yang benar-benar otonom
yang tidak hanya bercorak problem-solving melainkan juga menerapkan
penyelesaian dan punya kewenangan penuh atas hasil-hasilnya.
Tim Work Self-Managed umumnya terdiri atas 10 hingga 15 orang yang
mengambil alih tanggung jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini termasuk
kendali menyeluruh atas kecelakaan kerja, penentuan penilaian pekerjaan,
pemecahan masalah organisasi, dan pilihan prosedur-prosedur pemeriksaan yang
dilakukan secara kolektif. Tim ini bahkan memilih sendiri anggotanya.
3.
Tim Cross-Functional
Menurut Robbins, Custom Research, Inc, firma riset pemasaran di
Minneapolis, Amerika Serikat secara historis telah mengorganisir
departemen-departemen yang bersifat fungsional, tetapi manajemen senior
menyimpulkan bahwa departemen-departemen tersebut tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang berubah-ubah dari klien-klien firma. Akibat dari hal tersebut,
firma ini menggagas dibentuknya satu tim lintas departemen yang bertujuan
meningkatkan komunikasi dan penelusuran catatan kerja, yang akan membawa pada
peningkatan produktivitas dan kepuasan klien. Organisasi ini mencerminkan Tim Cross-Functional.
Tim ini terdiri atas pekerja-pekerja dari tingkat hirarki yang serupa tetapi
beda wilayah pekerjaannya. Mereka bergabung bersama guna menyelesaikan suatu
pekerjaan.
Robbins menyebutkan, banyak organisasi sudah menggunakan Tim Cross-Functional
seperti ini semisal IBM membentuk gugus tugas tahun 1960-an yang terdiri atas
pekerja lintas departemen dalam perusahaan guna mengembangkan Sistem 360
yang terbukti sukses. Gugus tugas tiada lain melainkan Tim Cross-Functional
yang sifatnya temporer. Namun, Robbins mencatat bahwa ledakan penggunaan Tim Cross-Functional
kemudian juga terjadi di tahun 1980-an yang dilakukan oleh Toyota, Honda,
Nissan, BMW, General Motors, Ford, dan DaimlerChrysler.
Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga Juni 2000
manajemen senior IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu staf teknologi
informasinya guna meminta saran bagaimana perusahaan bisa cepat menyelesaikan
proyek dan memasarkan produk secara cepat ke pasar. Ke-21 anggota dipilih
karena mereka punya karakteristik yang serupa dimana mereka pernah berhasil
memimpin proyek-proyek berjangka cepat. “Speed Team”, demikian julukan
tim tersebut, bekerja selama 8 bulan saling berbagi informasi, menguji
perbedaan antara proyek-proyek berjangka cepat dan lambat, dan mereka mampu
melahirkan rekomendasi-rekomendasi seputar bagaimana IBM bisa mempercepat
produksinya.
4.
Tim Virtual
Tim-tim yang telah dibahas melakukan pertemuan face-to-face. Tim
Virtual menggunakan teknologi komputer guna menghubungkan orang-orang yang terpisah
secara fisik guna mencapai sasaran bersama. Teknik tersebut memungkinkan orang
saling bekerjasama lewat metode online, kendati mereka dipisahkan
yuridiksi negara bahkan benua.
Tim Virtual dapat melakukan lebih banyak hal ketimbang tim-tim
lainnya, terutama dalam hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan
perampungan pekerjaan. Mereka terdiri atas para anggota dari organisasi yang
sama ataupun hubungan anggota organ dengan para pekerja dari organisasi lain
semisal supplier ataupun partner perusahaan.
Terdapat 3 faktor utama yang membedakan Tim Virtual dengan tim-tim lain
yang face-to-face, yaitu : (1) Ketiadaan komunikasi lisan-fisik; (2)
terbatasnya konteks sosial, dan (3) kemampuan mengatasi masalah waktu dan
hambatan tempat. Dalam komunikasi face-to-face, orang menggunakan
paraverbal seperti nada suara, intonasi, dan volume suara serta nonverbal
seperti gerak mata, roman muka, gerak tangan, dan bahasa tubuh lainnya.
Keduanya semakin menjelaskan komunikasi, tetapi kini hal-hal tersebut nihil di
dalam Tim Virtual. Tim Virtual menderita kekuarangan laporan sosial yang
manusiawi akibat interaksi langsung yang kecil diantara para anggotanya.
E.
Karakteristik Tim
Kerja Yang Efektif
Agar menjadi tim yang menguntungkan perusahaan karena
bekerja efektif, maka suatu tim harus memiliki beberapa karakteristik. Sangat
tidak mudah untuk mengidentifikasi karakteristik yang tepat untuk suatu tim
yang efektif. Suatu tim dianggap efektif atau tidak sangat tergantung dari
kriteria yang diterapkan perusahaan. Tetapi biasanya suatu tim yang bekerja
efektif memiliki karakteristik sebagai berikut:
1)
Memiliki tujuan dan sasaran yang jelas atas dasar komitmen
bersama. Semua anggota tim mengerti dan menyetujui tujuan dan sasaran tim dan
mereka mau bekerja sama untuk memenuhi hal tersebut.
2)
Pembagian peran kepemimpinan. Anggota tim saling berbagi
peran dalam kepemimpinan. Sebagai contoh : kepemimpinan tim di setiap fase
proyek akan didelegasikan kepada anggota yang memiliki keahlian dan pengalaman
di bidang itu. Sehingga fungsi kepemimpinan di dalam tim dilihat dari
kompentensi seseorang, bukan berasal dari titel, otoritas dan senioritas.
3)
Keterbukaan dan saling mempercayai antar anggota tim. Semua
anggota mendapatkan informasi yang sama dari akses yang sama pula serta
dapat berkomunikasi dengan lancar dan jelas. Anggota tim bebas untuk
mengeluarkan ide-idenya. Eksperimen dan kreativitas selalu digiatkan anggota
lainnya wajib untuk menolong anggota bersangkutan, jika memang ide tersebut
logis dan berguna.
4)
Keragaman latar belakang anggota tim memberi warna kepada
tim. Semakin besar keragaman yang ada ( keahlian, pengetahuan dan pengalaman)
akan semakin banyak tugas-tugas yang dapat ditangani.
5)
Anggota tim selalu mendukung keputusan, prosedur dan
pengawasan yang dibuat bersama-sama. Mereka memahami peran, tanggung jawab dan
keterbatasan otoritas masing-masing.
6)
Konflik yang terjadi diselesaikan dengan jalan
konsensus, bersifat konstruktif dan menerapkan pendekatan menang-menang
(win-win approach).
7)
Tim dapat mengelola peningkatan penghargaan individu
(individual self esteem).
8)
Kegiatan tim tidak hanya berfokus pada hasil tetapi juga pada
pada proses dan isi. Tim harus selalu mengevaluasi fungsi dan proses yang sudah
dilakukan secara reguler.
9)
Tim memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat
keputusan dengan baik.
10)
Kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan dengan baik
(para atasan, tim lain dan lingkungan perusahaan)
F. Efektivitas Tim Kerja
Keefektivitasan
tim adalah bagaimana tim mempengaruhi organisasi, anggota tim per individu, dan
keberlangsungan tim. Dapat disimpulkan bahwa keektivitasan tim adalah perluasan
dimana tim memperoleh tujuannya, memperoleh kebutuhan dan tujuan anggotanya,
dan dapat mempertahankan tim lebih lama. Menurut Robbins, efektivitas tim
meliputi pengukuran obyektif dari produktifitas tim, penialaian kinerja tim
oleh manajer, dan sekumpulan pengukuran kepuasan anggota tim.
Salah satu
teori yang banyak dipakai dalam hubungannya dengan efektivitas tim kerja adalah
model input-process-output, yang menjelaskan bahwa input memiliki pengaruh
langsung pada output tim dan memiliki hubungan yang tidak langsung dengan
output tim melalui proses tim (Hackman). Banyak dari penelitian yang telah
dilakukan mengenai aspek-aspek yang mempengaruhi efektivitas tim kerja, hanya memfokuskan
pada aspek input-performance/output dan kurang memperhatikan aspek
input-process. Dalam hubungannya dengan efektivitas tim kerja, input dalam
suatu tim juga mempengaruhi kinerja tim tersebut. Pada model
input-process-output, input dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu
faktor individual (atribut anggota tim), faktor kelompok (Struktur dan ukuran)
dan faktor lingkungan (karakteristik tugas dan struktur rewaring). Dalam
penelitian ini difokuskan hanya pada input individual, khususnya pada kepribadian
anggota tim. Output tim adalah hasil tim yang diasosiasikan dengan
produktivitas tim.
Proses
intragrup adalah salah satu bagian dari model input-process-output dari
keefektivitasan tim. Ada banyak variabel yang dapat merefleksikan
(menggambarkan) proses intragroup, dimana Hackman mendefinisikannya sebagai
“interaksi yang terjadi diantara anggota tim.
Variabel-variabel
dalam proses intragrup yang dapat mempengaruhi efektivitas tim kerja:
1) Team viability adalah kemampuan anggota tim
untuk melanjutkan bekerjasama, dimana semangat kooperatif membuat tim
mengembangkan kemampuan berjangka panjang untuk melanjutkan bekerja bersama
(Hackman).
2) Pembagian beban kerja adalah kemampuan
anggota tim untuk melakukan pembagian kerja secara adil.
3) Fleksibilitas anggota, yaitu kemampuan
adaptasi anggota tim.
4) Komunikasi tim adalah pembagian informasi
antara anggota tim untuk mencapai pemahaman bersama. Pertemuan terjadwal yang
dilakukan antara anggota tim produksi untuk mendiskusikan kemajuan tim, dan
memastikan anggota berkomunikasi dan kebergantungan dalam bekerja untuk
mencapai tujuan.
5) Kohevisitas tim, yaitu derajat keinginan
anggota tim untuk tetap berada didalam tim, dan komitmen atau keterikatan pada
tujuan tim.
G. Komposisi Tim yang Efektif
Agar suatu tim menjadi efektif, seorang ahli
organisasi memberikan suatu konsep tentang komposisi tim yang efektif. Suatu tim diharapkan terdiri dari
orang-orang yang ditempatkan pada posisi yang benar-benar sesuai dengan
kompetensinya. Suatu kelompok harus mempunyai:
1)
Seorang pemimpin (ketua), yaitu
seorang pemikir yang disiplin yang bertugas mengorganisir dan mengkoordinir
tim, memelihara keseimbangan usaha dan menjadi titik tumpu tim dalam menjaga
posisi mereka.
2)
Seorang pembentuk, orang yang
memiliki kemampuan untuk memberikan dinamika dan pengarahan kepada tim,
menyediakan motivasi, kreatif.
3)
Seorang pemikir, yang dapat
menyediakan gagasan bagi kemajuan tim.
4)
Seorang pengevaluasi, yang dapat
mengevaluasi permasalahan yang ada dan hasil kerja tim.
5)
Seorang penyelidik sumberdaya,
yang menyediakan informasi dan jejaring sosial dan relasi.
6)
Seorang pekerja tim, yang secara
efisien berhubungan langsung dengan pekerjaan, memecahkan konflik, memperlancar
hubungan dan memotivasi rekan satu tim.
7)
Seorang penyelaras akhir, yang
memandu dan memberi peringatan kepada tim jika terjadi hal-hal yang tidak
sesuai dengan komitmen bersama.
Ketujuh poin tersebut sebaiknya dimiliki oleh
suatu tim. Tidak mustahil karakter tersebut terdapat pada orang yang sama.
Untuk itu diperlukan kejelian dari manajer untuk menentukan siapa saja yang
dapat masuk ke dalam tim dan menempatkan mereka pada posisi yang tepat. Tim
efektif di beberapa perusahaan memiliki kegunaan yang besar. Tim hanya dapat
bekerja efektif jika dikelola dengan baik oleh pihak manajemen dengan melibatkan
para anggota tim yang bersangkutan. Manajer yang bertanggung jawab langsung
atas tim yang bersangkutan harus bisa menempatkan diri sebagai seorang
pembimbing atau pelatih dan memberikan kebebasan kepada para anggota tim untuk
mengeluarkan pendapat dan gagasan.
Beberapa hal yang juga perlu diperhatikan oleh
manajer adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan dan efisiensi
dan efektifitas kerja tim. Di atas segalanya diperlukan komitmen penuh
organisasi/perusahaan untuk memberikan kesempatan kepada tim dalam menjalankan
tugasnya.
H. Menciptakan Tim Yang Berkualitas
Salah satu teknik untuk menciptakan tim yang
berkualitas dan tangguh adalah DARE, yaitu :
1)
Dream
Pertanyaan utama setiap pemimpin adalah bagaimana
mempersatukan timnya untuk menjadi sebuah tim yang solid. Prioritas pekerjaan
pemimpin tersebut adalah menciptakan dream. Dream atau mimpi adalah sebuah
target yang dikomunikasikan pada semua anggota tim dan dapat diterima untuk
menjadi sasaran yang ingin dituju. Ada 2 pertanyaan yang muncul, yang pertama
adalah bagaimana caranya semua anggota tim mau menerima mimpi tersebut sebagai
mimpi mereka juga, dan yang kedua adalah bagaimana men-share-kan mimpi tersebut
kepada anggota tim. Intinya, dream harus benar-benar menjadi mimpi dan impian setiap
anggota tim dan individu perusahaan. Impian itu menjadi alasan dan motor
penggerak untuk bekerja dengan baik.
2)
Attitude
o Pada proses kerja
sama dalam team work, jelas peranan attitude menjadi jauh lebih penting dan
sangat dibutuhkan dalam menjamin keberhasilan bekerja sama. Kinerja yang saling
mengisi kekurangan sesama anggota tim, dimulai dari pemahaman kekurangan dan
kelebihan setiap anggota tim dan untuk itu diperlukan attitude yang positif
untuk saling menunjang dan bukan saling menyalahkan dan menjatuhkan.
o Tim yang solid
memerlukan teamwork yang baik. Lalu cara membentuk teamwork yang baik dimulai
dari kerja sama yang solid.
o Attitude positif
itulah yang senantiasa dipelihara dan dibina untuk wawasan yang lebih luas
dalam menciptakan supertim dan bukan superman.
3)
Relationship
o Untuk menciptakan
super tim yang saling memahami dan menutupi kelemahan individu sehingga
tercipta tim yang solid diperlukan hubungan yang harmonis dan mantap. Atas
dasar inilah maka perlu dikembangkan atmosfir yang kondusif dalam menjaga
relasi interpersonal antari ndividu tim. Relasi yang muncul tersebut dapat
diciptakan atas dasar saling menghargai antari dividu. Melalui saling
menghargai akan tercipta suasana bahwa setiap individu itu penting dan memiliki
peranannya masing-masing yang berbeda dan menguatkan dalam tim.
o Menghargai saja
tidaklah cukup, tetapi juga perlu saling mempercayai.Ada perbedaan yang cukup
signi”kan antara saling menghargai dengan saling mempercayai. Saling menghargai
akan menghasilkan suasana yang bersahabat, tetapi setiap individu hanya akan
cenderung berperan untuk situasi sama-sama kerja dan bukan kerja sama. Saling
mempercayai akan menciptakan proses kerja sama yang sesungguhnya dan
menciptakan tim menjadi tim yang utuh dan solid.
o Atmosfir yang nyaman
dan kondusif akan menghasilkan tim yang kreatif, tidak kaku, dan mudah
beradaptasi dalam menghadapi persaingan yang keras dan senantiasa berubah. Tim
ini akan lebih mampu untuk survive menghadapi kondisi persaingan yang semakin
tidak menentu !
4)
Excellent
o Excellent berarti
pekerjaan dan hasil yang sempurna dari teamwork.
o Kesempurnaan ini
dicapai justru bukan karena anggota tim adalah individu yang sempurna, tetapi
justru karena akibat proses saling menghargai dan mempercayai yang senantiasa
dipupuk dan dikembangkan sebagai atmos”r positif yang menciptakan attitude yang
positif dalam mencapai mimpi.
o Kesempuraan itu
tidak hanya berasal dari tercapainya tujuan, tetapi juga pada proses pencapaian
tujuannya.
BAB III
KASUS
A. Kasus
·
Kasus Pertama
Dalam sebuah tim terdapat lima anggota sedang melakukan
rapat untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di tempat kerja mereka. Masing-masing
anggota memiliki karakter yang berbeda. Karakter dari lima anggota tersebut
diantaranya: keras kepala, pembosan, offended (tersinggung), pemalu, dan
immature (belum dewasa). Saat melakukan diskusi, anggota yang paling berperan
dalam mengutarakan pendapat adalah anggota berkarakter keras kepala karena ia
merasa menguasai diskusi dan keputusan yang sedang dibahas dalam rapat,
pendapat dari anggota lain (anggota berkarakter immature dan offended) pun
tidak ditanggapi oleh dirinya. Sehingga anggota yang berkarakter immature dan
offended tidak menerima sikap anggota yang keras kepala dan terjadilah debat
dalam rapat. Sedangkan anggota yang berkarakter pemalu dan pembosan tidak
mengeluarkan pendapat mereka.
Bagaimana cara supaya tim dapat berjalan effektif
sehingga rapat dapat menghasilkan suatu keputusan bersama untuk memecahkan
solusi yang terjadi dalam rapat?
·
Kasus Kedua
Suatu produktivitas perusahaan menurun dikarenakan ketidakharmonisan
hubungan antara bagian sales dan marketing. Bagian sales beranggapan bahwa
bagian marketing hanya menghambur-hamburkan uang dan menghasilkan calon
pelanggan yang tidak bermutu, begitupun tim marketing beranggapan bahwa bagian
sales malas dan tidak menindaklanjuti calon pelanggan yang telah dihasilkan tim
marketing. Hal ini sudah umum terjadi pada beberapa perusahaan. Jika dibiarkan
terjadi terus-menerus seperti ini maka akan merugikan perusahaan dan berdampak
pada karyawan di bagian lainnya.
Bagaimana solusi untuk hubungan tim yang baik antara sales dan marketing
yang saling berkaitan dengan job desk pada bagian tersebut?
B.
Solusi
·
Kasus Pertama
Seperti yang telah dibahas dalam materi kelompok kami,
sebuah tim memiliki anggota yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
berinteraksi dan mengkoordinasikan kerja mereka untuk tujuan tertentu sehingga
pada tim tersebut terdapat orang-oran yang memiliki tujuan kinerja yang sama.
Melihat kasus tersebut dimana anggota memiliki
karakter berbeda-beda sebaiknya dapat dilakukan beberapa hal berikut:
1.
Sesama anggota dalam tim hendaknya mengesampingkan ego
masing-masing terlebih dahulu karena diskusi yang sedang dilakukan mengenai
tujuan bersama yang akan dicapai dalam suatu pekerjaan
2.
Sesama anggota dalam tim saling menghargai apapun pendapat
dari anggota lain demi usaha yang akan dilakukan bersama-sama.
3.
Adanya pembagian tugas masing-masing anggota dalam tim yang
disesuaikan dengan kemampuannuya masing-masing agar diskusi berjalan lancar
seperti terdapat seorang pemimpin diskusi, pengevaluasi, pemikir, pekerja tim,
penyelaras akhir, dan sebagainya.
4.
Setiap anggota tim diberi kesempatan untuk mengutarakan
pendapat secara bergiliran, sehingga semua anggota aktif dalam diskusi.
5.
Saling memahami dan menutupi kelemahan individu sehingga
tercipta tim yang solid diperlukan hubungan yang harmonis dan mantap.
6.
Meningkatkan tipe tim problem solving dimana anggota
melakukan pertemuan sekian jam setiap
minggu untuk berdiskusi membahas peningkatan kualitas dan efisiensi pekerjaan
mereka yang saling berkaitan.
·
Kasus Kedua
Bagian sales dan marketing adalah tim yang tidak dapat
terpisahkan karena kedua bagian tersebut akan saling berkaitan dalam
meningkatkan produktivitas perusahaan. Hal berikut dapat dilakukan untuk
menjalin tim yang baik antara tim sales dan tim marketing:
1.
Duduk bersama untuk melakukan komunikasi dan kolaborasi guna
memberikan gagasan yang dan feedback yang membantu satu sama lain
2.
Menciptakan tim lintas fungsional dimana tim sales, tim marketing,
dan tim promotion bergabung dalam suatu event New Prduct Launch. Dengan
bergabungnya mereka, anggota tim marketing dapat bekerja sama dengan tim sales
untuk menjual product baru melalui brosur dan leaflet yang disiapkan oleh tim
promotion. Hasilnya tentu lebih maksimal dibandingkan berjalan sendiri-sendiri
pada event yang berbeda. Karena tim ini memiliki tingkat hirarki yang sama.
Dengan tim lintas fungsional merupakan cara berbagai bidang dalam suatu
organisasi untuk bertukar informasi, mengembangkan gagasan baru dan memecahkan
masalah, serta mengkoordinasikan proyek yang rumit.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fungsi
dari tim yaitu dapat merubah sikap, perilaku, dan nilai pribadi serta dapat
turut serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Sedangkan manfaat bekerja dalam
tim yaitu untuk pengambilan keputusan, merundingkan, dan bernegosiasi. Tujuan
bekerja dalam tim agar anggota memiliki visi dan misi yang sama dalam
menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara efesiensi dan efektif.
Perbedaan
antara kelompok dan tim kerja yaitu kelompok tidak menghasilkan sinergi positif
yang bisa menciptidakan seluruh tingkat kinerja yang lebih tinggi dari jumlah
masukan sedangkan tim kerja menghasilkan sinergy positif melalui usaha yang
terkoordinasi dalam menghasil satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada
jumlah masukan individual.
Tim yang
efektif memiliki berbagai karaketiristik umum. Apabila peningkatan kinerja
organisasi dengan menggunakan tim, manajemen harus memastikan bahwa tim-timnya memiliki
karakteristik-karakteristik. Tim memiliki jenis-jenis sebagai berikut: tim
problem solving, tim self-managed work, tim cross-functional, tim virtual.
B. Saran
1.
Meskipun tim menjadi penentu
mulus tidaknya perjalanan organisasi, namun masih diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab
dalam keorganisasian.
2.
Tim tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap, maupun
cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru merupakan potensi yang akan
membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif. Oleh karena
itu, perbedaan cara kerja dalam tiap anggota tim harus ditanggapi dengan
positif.
DAFTAR PUSTAKA
Laurie J. Mullins. 2005. Management and Organizational Behavior, 7th
Edition. Essex: Pearson Education Limited
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku
Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat
Stephen P. Robbins. 2003. Essentials of Organization Behavior, 7th
Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall
Tidak ada komentar:
Posting Komentar