Selasa, 31 Maret 2015

MAKALAH TIM

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Kesendirian apapun bentuknya cenderung menghasilkan suatu kelemahan, ketidakmampuan, keterasingan dan bahkan membawa kehancuran. Setiap individu pasti memiliki sisi lemah dan sisi kuatnya. Namun kita sering mempersoalkan kelemahan  orang lain dan terlalu sombong dengan kekuatan diri. Sudah saatnya kita mengubah prilaku demikian.
Dewasa ini sangat populer adalah adanya sebuah tim. Tim jelas berbeda dengan kelompok.  Katzenbach dan Smith mendefinisikan Tim sebagai sekelompok kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi yang berkomitmen untuk maksud bersama, menghasilkan tujuan-tujuan, dan pendekatan bersama dimana mereka mengikatkan diri dalam kebersamaaan tanggung jawab . “Bukti menunjukkan bahwa lazimnya kinerja tim lebih unggul daripada kinerja individu bila tugas yang harus dilakukan menuntut keterampilan, penilaian dan pengalaman yang bervariasi”. Banyak perusahaan yang menggunakan tim untuk meningkatkan kinerja karyawannya. Manajemen telah menemukan bahwa tim lebih tanggap dan responsif terhadap masalah karena tim memiliki kemampuan untuk cepat berkumpul, menyebar, fokus, dan membubarkan diri.
Menciptakan tim yang efektif adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Ada beberapa komponen penting untuk menciptakan tim yang efektif, yaitu rancangan pekerjaan, komposisi tim, sumber dan pengaruh kontekstual lain yang membuat tim menjadi efektif, serta variabel proses yang mencerminkan sesuatu yang terjadi dalam tim yang mempengaruhi efektivitas. Akhirnya, tim yang efektif memiliki anggota yang setia pada tujuan bersama, tujuan khusus tim, anggota yang percaya terhadap kemampuan tim, level konflik yang dapat dikelola, serta tingkat kemalasan sosial yang minim.

B.   Rumusan Masalah
Melihat dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai beikut :
1.    Apa yang dimaksud dengan tim ?
2.    Apa perbedaan antara tim dan kelompok ?
3.    Apa saja tipe-tim tim ?
4.    Bagaimanakah karakteristik tim yang efektif ?
5.    Seperti apakah efektifitas tim kerja ?
6.    Bagaimana komposisi tim yang efektif ?
7.    Bagaimana menciptakan tim yang berkualitas ?

C.  Tujuan Penulisan Makalah
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.    Menjelaskan pengertian tim.
2.    Menjelaskan perbedaan antara tim dan kelompok.
3.    Mengetahui tipe-tipe dalam tim.
4.    Menjelaskan karakteristik tim yang efektif.
5.    Seperti apakah efektifitas tim kerja.
6.    Mengetahui komposisi tim yang efektif.
7.    Menjelaskan bagaimana menciptakan tim yang berkualitas.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Tim
Menurut Burn (2004) istilah tim didefinisikan sebagai sebuah kelompok kerja yang terdiri dari beberapa orang dengan kompetensi yang setara, dimana mereka bekerja secara interdependen/ketergantungan dalam melaksanakan pekerjaan di satu organisasi. Hare (dalam Burn 2004) menyebutkan bahwa sesama tim adalah kelompok, tetapi tidak semua kelompok dapat dikategorikan sebagai tim. Di sini, istilah tim merujuk pada kelompok kerja yang terdiri dari beberapa individu yang memandang diri mereka, dan dipandang oleh lingkungan kerjanya, sebagai sebuah kesatuan sosial.
Menurut Snow (1992), Johnson dan Johnson (2000) dan Cummings dan Worley (2001), tim (team) adalah satu set interaksi interpersonal yang terstruktur untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Tim terdiri dari dua orang atau lebih individu yang (a) menyadari adanya interdependensi yang positif dalam mencapai sasaran bersama, (b) saling berinteraksi, (c) menyadari siapa saja yang menjadi anggota dan bukan anggota tim, (d) memiliki peran atau fungsi spesifik dalam menampilkan performa, dan (e) memiliki masa keanggotaan yang terbatas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen. Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang – orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular. Ketiga, orang – orang dalam sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.


B.   Perbedaan Tim dengan Kelompok
Stephen P. Robbins melakukan pembedaan antara Kelompok Kerja dengan Tim Kerja berdasarkan 4 variabel yaitu: Sasaran, Sinergi, Akuntabilitas, dan Keahlian.
1)      Sasaran
a.    Kelompok   : Berbagi informasi, saling membantu membuat  keputusan kinerja
  masing-masing.
b.   Tim : Kebutuhan kerja kolektif, saling membantu demi usaha bersama.
2)      Sinergi
a.    Kelompok   : Netral (kadang negatif)
b.   Tim             : Positif melaui usaha yang terkoordinasi
3)      Akuntabilitas
a.    Kelompok   : Individu tidak saling melengkapi
b.   Tim             : Individual dan saling melengkapi
4)      Keahlian
a.    Kelompok   : Acak dan jarang
b.   Tim             : Saling mengganti
Kelompok dan tim bukan merupakan hal yang sama persis, ada perbedaan antara kelompok kerja dengan tim kerja. Kelompok kerja berinteraksi untuk berbagi informasi dan saling membantu membuat keputusan kinerja masing-masing bukan dalam rangka kebutuhan kinerja kolektif dalam usaha bersama, juga tidak ada sinergi positif kecuali semata-mata merupakan sajian akhir dari kontribusi individu dari anggota kelompok tersebut.
Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Usaha individu memberikan tingkat kinerja lebih besar daripada jumlah individu tersebut. Tim dibentuk manajemen untuk mencari sinergi positif yang membuat mereka meningkatkan kerja. Penggunaan tim yang ektensif menciptakan potensi bagi organisasi untuk menghasilkan output yang lebih besar tanpa peningkatan dalam input.
Perbedaan Kelompok dan Tim, sebagai berikut:
KELOMPOK
TIM
1.   Anggota beranggapan pengelompokan hanya sekedar administrasi.
2.   Pendekatan hanya sebagai tenaga bayaran.
3.   Mengerjakan tugas bagian masing-masing masih harus diperintah.
4.   Dalam penyampaian saran harus berhati-hati, karena dapat dianggap sebagai upaya untuk memecah belah.
5.   Dalam penerapan hasil kerja sangat dibatasi oleh pemimpin.
6.   Anggota tidak berperan aktif terhadap pengambilan keputusan.
1.    Anggota menyadari ketergantungan satu sama lain,dan tidak mencari keuntungan pribadi.
2.    Adanya komitmen terhadap sasaran yang akan dicapai.
3.    Rasa peka, atau sadar diri terhadap tugas masing-masing, yang dapat dikontribusikan untuk keberhasilan.
4.    Bekerja dalam suasana saling percaya, saran dapat diterima dengan terbuka.
5.    Penerapan hasil kerja sangat didukung oleh tim.
6.    Anggota berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

Definisi-definisi ini membantu menjelaskan mengapa ada begitu banyakorganisasi yang akhir-akhir ini menyusun ulang proses kerja seputar tim. Manejemen mencari sinergi positif yang memungkinkan organisasi mereka untuk menungkatkan kinerja. Penggunaan tim secara ekstensif menghasilkan potensi bagi sebuah organisasi untuk membuahkan banyak hasil yang lebih besar tanpa peningkatan masukan. Namun, perhatikan apa yang kita sebut ‘potensi’. Tidak ada yang dengan sendirinya membuat berbagi tim yang     memastikan pencapaian sinergi positif. Hanya semata-mata menyebut sebuah             kelompok sebagai tim tidak otomatis meningkatkan kinerjanya. Tim yang efektif memiliki berbagai karakteristik umum. Apabila ingin mendapatkan peningkatkan kinerja organisasi dengan menggunakan tim, menejemen harus memastikan bahwa tim-timnya memiliki karakteristik-karakteristik.
Agar lebih memahami perbedaan antara kelompok dengan tim adalah dengan melihat skema berikut :
 










Sementara itu, penulis lain seperti Laurie J. Mullins membedakan Kelompok dan Tim berdasarkan 6 variabel yaitu : Ukuran, Seleksi, Kepemimpinan, Persepsi, Gaya, dan Semangat. Taksonomi beda lengkapnya sebagai berikut :

Perbedaan Variabel Kelompok dan Tim
 

C.      Manfaat dan Fungsi Tim
Bekerja dalam bentuk tim memiliki fungsi yaitu antara lain dapat merubah sikap, perilaku dan nilai-nilai pribadi serta dapat turut serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Selain itu, bekerja dalam tim dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan , merundingkan dan bernegoisasi.
1.      Manfaat Bekerja Dalam Tim
a)      Bagi Organisasi Tim
(1)   Meningkatkan produktivitas kerja.
(2)   Meningkatkan kualitas kerja.
(3)   Meningkatkan mentalitas kerja.
(4)   Meningkatkan kemajuan organisasi.
b)      Bagi Anggota Tim
(1)   Tanggung jawab atas pekerjaan ditanggung bersama.
(2)   Sebagai media aktualisasi diri.
(3)   Stres atau beban kerja berkurang.


2.      Tujuan Bekerja Dalam Tim
a)      Kesatuan Tujuan
Setiap anggota tim memiliki kesamaan visi,misi dan program kerja.
b)      Efisiensi
Setiap anggota tim menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara cepat,cermat dan tepat tanpa pemborosan dan kecerobohan.
c)      Efektif
Setiap anggota tim memiliki tujuan yang jelas, memiliki keterampilan yang memadai, memiliki komitmen, saling percaya, memiliki komunikasi yang baik, memiliki kemampuan bernegoisasi, dan memiliki kemampuan yang tepat.

D.    Jenis-Jenis Tim
Menurut Daft (2000) jenis tim terdiri dari enam jenis, yaitu:
1.    Tim Formal
Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari struktur organisasi formal.
2.    Tim Vertikal
Tim  vertikal  adalah  sebuah  tim  formal  yang  terdiri  dari  seorang  manajer  dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal.
3.    Tim Horizontal
Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari tingkat hirarki yang hampir sama tetapi berasal dari area keahlian yang berbeda.


4.    Tim dengan Tugas Khusus
Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk di luar organisasi formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas khusus.
5.    Tim Mandiri
Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari lima hingga dua puluh orang pekerja dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang annggota terpilih.
6.    Tim Pemecahan Masalah
Tim pemecahan masalah biasanya terdiri dari lima hingga dua belas karyawan yang dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.
Tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya. Terdapat 4 bentuk umum dari tim yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu : Tim Problem-Solving, Tim Self-Managed Work, Tim Cross-Functional, dan Tim Virtual.
1.    Tim Problem-Solving
Bentuk tim awalnya serupa satu sama lain. Mereka umumnya terdiri atas 4 hingga 12 pekerja yang dibayar per jam dari departemen yang sama yang saling bertemu sekian jam setiap minggu untuk membahas peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim seperti ini disebut Tim Problem-Solving.
Dalam tim jenis ini, para anggota saling berbagi gagasan dan menawarkan saran seputar  proses dan metode kerja seperti apa yang perlu dilakukan agar produktivitas dapat ditingkatkan. Jarangkali tim-tim ini diberikan otoritas untuk secara unilateral (sendirinya) menerapkan saran mereka ke dalam tindakan. Satu hal yang dikenal sebagai bentuk Tim Problem-Solving adalah Lingkaran Kualitas. Ini merupakan tim kerja terdiri atas gabungan 8 hingga 10 pekerja dan supervisor yang saling berbagi gagasan wilayah kewenangan dan bertemu secara teratur guna mendiskusikan masalah kualitas pekerjaan mereka, menyelidiki sebab-sebab masalah, dan merekomendasikan penyelesaian.
2.    Tim Self-Managed Work
Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang benar, tetapi mereka tidak beranjak jauh dalam hal pelibatan pekerja dalam proses pembuatan keputusan (apalagi implementasi) yang berhubungan dengan suatu pekerjaan. Kekurangan ini mendorong eksperimen dari tim yang benar-benar otonom yang tidak hanya bercorak problem-solving melainkan juga menerapkan penyelesaian dan punya kewenangan penuh atas hasil-hasilnya.
Tim Work Self-Managed umumnya terdiri atas 10 hingga 15 orang yang mengambil alih tanggung jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini termasuk kendali menyeluruh atas kecelakaan kerja, penentuan penilaian pekerjaan, pemecahan masalah organisasi, dan pilihan prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara kolektif. Tim ini bahkan memilih sendiri anggotanya.

3.    Tim Cross-Functional
Menurut Robbins, Custom Research, Inc, firma riset pemasaran di Minneapolis, Amerika Serikat secara historis telah mengorganisir departemen-departemen yang bersifat fungsional, tetapi manajemen senior menyimpulkan bahwa departemen-departemen tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan yang berubah-ubah dari klien-klien firma. Akibat dari hal tersebut, firma ini menggagas dibentuknya satu tim lintas departemen yang bertujuan meningkatkan komunikasi dan penelusuran catatan kerja, yang akan membawa pada peningkatan produktivitas dan kepuasan klien. Organisasi ini mencerminkan Tim Cross-Functional. Tim ini terdiri atas pekerja-pekerja dari tingkat hirarki yang serupa tetapi beda wilayah pekerjaannya. Mereka bergabung bersama guna menyelesaikan suatu pekerjaan.
Robbins menyebutkan, banyak organisasi sudah menggunakan Tim Cross-Functional seperti ini semisal IBM membentuk gugus tugas tahun 1960-an yang terdiri atas pekerja lintas departemen dalam perusahaan guna mengembangkan Sistem 360 yang terbukti sukses. Gugus tugas tiada lain melainkan Tim Cross-Functional yang sifatnya temporer. Namun, Robbins mencatat bahwa ledakan penggunaan Tim Cross-Functional kemudian juga terjadi di tahun 1980-an yang dilakukan oleh Toyota, Honda, Nissan, BMW, General Motors, Ford, dan DaimlerChrysler.
Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga Juni 2000 manajemen senior IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu staf teknologi informasinya guna meminta saran bagaimana perusahaan bisa cepat menyelesaikan proyek dan memasarkan produk secara cepat ke pasar.  Ke-21 anggota dipilih karena mereka punya karakteristik yang serupa dimana mereka pernah berhasil memimpin proyek-proyek berjangka cepat. “Speed Team”, demikian julukan tim tersebut, bekerja selama 8 bulan saling berbagi informasi, menguji perbedaan antara proyek-proyek berjangka cepat dan lambat, dan mereka mampu melahirkan rekomendasi-rekomendasi seputar bagaimana IBM bisa mempercepat produksinya.
4.    Tim Virtual
Tim-tim yang telah dibahas melakukan pertemuan face-to-face. Tim Virtual menggunakan teknologi komputer guna menghubungkan orang-orang yang terpisah secara fisik guna mencapai sasaran bersama. Teknik tersebut memungkinkan orang saling bekerjasama lewat metode online, kendati mereka dipisahkan yuridiksi negara bahkan benua.
Tim Virtual dapat melakukan lebih banyak hal ketimbang tim-tim lainnya, terutama dalam hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan perampungan pekerjaan. Mereka terdiri atas para anggota dari organisasi yang sama ataupun hubungan anggota organ dengan para pekerja dari organisasi lain semisal supplier ataupun partner perusahaan.
Terdapat 3 faktor utama yang membedakan Tim Virtual dengan tim-tim lain yang face-to-face, yaitu : (1) Ketiadaan komunikasi lisan-fisik; (2) terbatasnya konteks sosial, dan (3) kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat. Dalam komunikasi face-to-face, orang menggunakan paraverbal seperti nada suara, intonasi, dan volume suara serta nonverbal seperti gerak mata, roman muka, gerak tangan, dan bahasa tubuh lainnya. Keduanya semakin menjelaskan komunikasi, tetapi kini hal-hal tersebut nihil di dalam Tim Virtual. Tim Virtual menderita kekuarangan laporan sosial yang manusiawi akibat interaksi langsung yang kecil diantara para anggotanya.

E.   Karakteristik Tim Kerja Yang Efektif
Agar menjadi tim yang menguntungkan perusahaan karena bekerja efektif, maka suatu tim harus memiliki beberapa karakteristik. Sangat tidak mudah untuk mengidentifikasi karakteristik yang tepat untuk suatu tim yang efektif. Suatu tim dianggap efektif atau tidak sangat tergantung dari kriteria yang diterapkan perusahaan. Tetapi biasanya suatu tim yang bekerja efektif memiliki karakteristik sebagai berikut:
1)      Memiliki tujuan dan sasaran yang jelas atas dasar komitmen bersama. Semua anggota tim mengerti dan menyetujui tujuan dan sasaran tim dan mereka mau bekerja sama untuk memenuhi hal tersebut.
2)      Pembagian peran kepemimpinan. Anggota tim saling berbagi peran dalam kepemimpinan. Sebagai contoh : kepemimpinan tim di setiap fase proyek akan didelegasikan kepada anggota yang memiliki keahlian dan pengalaman di bidang itu. Sehingga fungsi kepemimpinan di dalam tim dilihat dari kompentensi seseorang, bukan berasal dari titel, otoritas dan senioritas.
3)      Keterbukaan dan saling mempercayai antar anggota tim. Semua anggota mendapatkan informasi yang sama dari akses yang sama pula serta  dapat berkomunikasi dengan lancar dan jelas. Anggota tim bebas untuk mengeluarkan ide-idenya. Eksperimen dan kreativitas selalu digiatkan anggota lainnya wajib untuk menolong anggota bersangkutan, jika memang ide tersebut logis dan berguna.
4)      Keragaman latar belakang anggota tim memberi warna kepada tim. Semakin besar keragaman yang ada ( keahlian, pengetahuan dan pengalaman) akan semakin banyak tugas-tugas yang dapat ditangani.
5)      Anggota tim selalu mendukung keputusan, prosedur dan pengawasan yang dibuat bersama-sama. Mereka memahami peran, tanggung jawab dan keterbatasan otoritas masing-masing.
6)      Konflik yang terjadi diselesaikan  dengan jalan konsensus, bersifat konstruktif dan menerapkan pendekatan menang-menang (win-win approach).
7)      Tim dapat mengelola peningkatan penghargaan individu (individual self esteem).
8)      Kegiatan tim tidak hanya berfokus pada hasil tetapi juga pada pada proses dan isi. Tim harus selalu mengevaluasi fungsi dan proses yang sudah dilakukan secara reguler.
9)      Tim memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan dengan baik.
10)  Kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan dengan baik (para atasan, tim lain dan lingkungan perusahaan)

F.   Efektivitas Tim Kerja
Keefektivitasan tim adalah bagaimana tim mempengaruhi organisasi, anggota tim per individu, dan keberlangsungan tim. Dapat disimpulkan bahwa keektivitasan tim adalah perluasan dimana tim memperoleh tujuannya, memperoleh kebutuhan dan tujuan anggotanya, dan dapat mempertahankan tim lebih lama. Menurut Robbins, efektivitas tim meliputi pengukuran obyektif dari produktifitas tim, penialaian kinerja tim oleh manajer, dan sekumpulan pengukuran kepuasan anggota tim.
Salah satu teori yang banyak dipakai dalam hubungannya dengan efektivitas tim kerja adalah model input-process-output, yang menjelaskan bahwa input memiliki pengaruh langsung pada output tim dan memiliki hubungan yang tidak langsung dengan output tim melalui proses tim (Hackman). Banyak dari penelitian yang telah dilakukan mengenai aspek-aspek yang mempengaruhi efektivitas tim kerja, hanya memfokuskan pada aspek input-performance/output dan kurang memperhatikan aspek input-process. Dalam hubungannya dengan efektivitas tim kerja, input dalam suatu tim juga mempengaruhi kinerja tim tersebut. Pada model input-process-output, input dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu faktor individual (atribut anggota tim), faktor kelompok (Struktur dan ukuran) dan faktor lingkungan (karakteristik tugas dan struktur rewaring). Dalam penelitian ini difokuskan hanya pada input individual, khususnya pada kepribadian anggota tim. Output tim adalah hasil tim yang diasosiasikan dengan produktivitas tim.
Proses intragrup adalah salah satu bagian dari model input-process-output dari keefektivitasan tim. Ada banyak variabel yang dapat merefleksikan (menggambarkan) proses intragroup, dimana Hackman mendefinisikannya sebagai “interaksi yang terjadi diantara anggota tim.
Variabel-variabel dalam proses intragrup yang dapat mempengaruhi efektivitas tim kerja:
1)    Team viability adalah kemampuan anggota tim untuk melanjutkan bekerjasama, dimana semangat kooperatif membuat tim mengembangkan kemampuan berjangka panjang untuk melanjutkan bekerja bersama (Hackman).
2)    Pembagian beban kerja adalah kemampuan anggota tim untuk melakukan pembagian kerja secara adil.
3)    Fleksibilitas anggota, yaitu kemampuan adaptasi anggota tim.
4)    Komunikasi tim adalah pembagian informasi antara anggota tim untuk mencapai pemahaman bersama. Pertemuan terjadwal yang dilakukan antara anggota tim produksi untuk mendiskusikan kemajuan tim, dan memastikan anggota berkomunikasi dan kebergantungan dalam bekerja untuk mencapai tujuan.
5)    Kohevisitas tim, yaitu derajat keinginan anggota tim untuk tetap berada didalam tim, dan komitmen atau keterikatan pada tujuan tim.

G.  Komposisi Tim yang Efektif
Agar suatu tim menjadi efektif, seorang ahli organisasi memberikan suatu konsep tentang komposisi tim yang efektif. Suatu tim diharapkan terdiri dari orang-orang yang ditempatkan pada posisi yang benar-benar sesuai dengan kompetensinya. Suatu kelompok harus mempunyai:
1)   Seorang pemimpin (ketua), yaitu seorang pemikir yang disiplin yang bertugas mengorganisir dan mengkoordinir tim, memelihara keseimbangan usaha dan menjadi titik tumpu tim dalam menjaga posisi mereka.
2)   Seorang pembentuk, orang yang memiliki kemampuan untuk memberikan dinamika dan pengarahan kepada tim, menyediakan motivasi, kreatif.
3)   Seorang pemikir, yang dapat menyediakan gagasan bagi kemajuan tim.
4)   Seorang pengevaluasi, yang dapat mengevaluasi permasalahan yang ada dan hasil kerja tim.
5)   Seorang penyelidik sumberdaya, yang menyediakan informasi dan jejaring sosial dan relasi.
6)   Seorang pekerja tim, yang secara efisien berhubungan langsung dengan pekerjaan, memecahkan konflik, memperlancar hubungan dan memotivasi rekan satu tim.
7)   Seorang penyelaras akhir, yang memandu dan memberi peringatan kepada tim jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan komitmen bersama.
Ketujuh poin tersebut sebaiknya dimiliki oleh suatu tim. Tidak mustahil karakter tersebut terdapat pada orang yang sama. Untuk itu diperlukan kejelian dari manajer untuk menentukan siapa saja yang dapat masuk ke dalam tim dan menempatkan mereka pada posisi yang tepat. Tim efektif di beberapa perusahaan memiliki kegunaan yang besar. Tim hanya dapat bekerja efektif jika dikelola dengan baik oleh pihak manajemen dengan melibatkan para anggota tim yang bersangkutan. Manajer yang bertanggung jawab langsung atas tim yang bersangkutan harus bisa menempatkan diri sebagai seorang pembimbing atau pelatih dan memberikan kebebasan kepada para anggota tim untuk mengeluarkan pendapat dan gagasan.
Beberapa hal yang juga perlu diperhatikan oleh manajer adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan dan efisiensi dan efektifitas kerja tim. Di atas segalanya diperlukan komitmen penuh organisasi/perusahaan untuk memberikan kesempatan kepada tim dalam menjalankan tugasnya.



H.  Menciptakan Tim Yang Berkualitas
Salah satu teknik untuk menciptakan tim yang berkualitas dan tangguh adalah DARE, yaitu :
1)   Dream
Pertanyaan utama setiap pemimpin adalah bagaimana mempersatukan timnya untuk menjadi sebuah tim yang solid. Prioritas pekerjaan pemimpin tersebut adalah menciptakan dream. Dream atau mimpi adalah sebuah target yang dikomunikasikan pada semua anggota tim dan dapat diterima untuk menjadi sasaran yang ingin dituju. Ada 2 pertanyaan yang muncul, yang pertama adalah bagaimana caranya semua anggota tim mau menerima mimpi tersebut sebagai mimpi mereka juga, dan yang kedua adalah bagaimana men-share-kan mimpi tersebut kepada anggota tim. Intinya, dream harus benar-benar menjadi mimpi dan impian setiap anggota tim dan individu perusahaan. Impian itu menjadi alasan dan motor penggerak untuk bekerja dengan baik.
2)   Attitude
o  Pada proses kerja sama dalam team work, jelas peranan attitude menjadi jauh lebih penting dan sangat dibutuhkan dalam menjamin keberhasilan bekerja sama. Kinerja yang saling mengisi kekurangan sesama anggota tim, dimulai dari pemahaman kekurangan dan kelebihan setiap anggota tim dan untuk itu diperlukan attitude yang positif untuk saling menunjang dan bukan saling menyalahkan dan menjatuhkan.
o  Tim yang solid memerlukan teamwork yang baik. Lalu cara membentuk teamwork yang baik dimulai dari kerja sama yang solid.
o  Attitude positif itulah yang senantiasa dipelihara dan dibina untuk wawasan yang lebih luas dalam menciptakan supertim dan bukan superman.
3)   Relationship
o  Untuk menciptakan super tim yang saling memahami dan menutupi kelemahan individu sehingga tercipta tim yang solid diperlukan hubungan yang harmonis dan mantap. Atas dasar inilah maka perlu dikembangkan atmosfir yang kondusif dalam menjaga relasi interpersonal antari ndividu tim. Relasi yang muncul tersebut dapat diciptakan atas dasar saling menghargai antari dividu. Melalui saling menghargai akan tercipta suasana bahwa setiap individu itu penting dan memiliki peranannya masing-masing yang berbeda dan menguatkan dalam tim.
o  Menghargai saja tidaklah cukup, tetapi juga perlu saling mempercayai.Ada perbedaan yang cukup signi”kan antara saling menghargai dengan saling mempercayai. Saling menghargai akan menghasilkan suasana yang bersahabat, tetapi setiap individu hanya akan cenderung berperan untuk situasi sama-sama kerja dan bukan kerja sama. Saling mempercayai akan menciptakan proses kerja sama yang sesungguhnya dan menciptakan tim menjadi tim yang utuh dan solid.
o  Atmosfir yang nyaman dan kondusif akan menghasilkan tim yang kreatif, tidak kaku, dan mudah beradaptasi dalam menghadapi persaingan yang keras dan senantiasa berubah. Tim ini akan lebih mampu untuk survive menghadapi kondisi persaingan yang semakin tidak menentu !
4)   Excellent
o  Excellent berarti pekerjaan dan hasil yang sempurna dari teamwork.
o  Kesempurnaan ini dicapai justru bukan karena anggota tim adalah individu yang sempurna, tetapi justru karena akibat proses saling menghargai dan mempercayai yang senantiasa dipupuk dan dikembangkan sebagai atmos”r positif yang menciptakan attitude yang positif dalam mencapai mimpi.
o  Kesempuraan itu tidak hanya berasal dari tercapainya tujuan, tetapi juga pada proses pencapaian tujuannya.























BAB III
KASUS
A.  Kasus
·         Kasus Pertama
Dalam sebuah tim terdapat lima anggota sedang melakukan rapat untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di tempat kerja mereka. Masing-masing anggota memiliki karakter yang berbeda. Karakter dari lima anggota tersebut diantaranya: keras kepala, pembosan, offended (tersinggung), pemalu, dan immature (belum dewasa). Saat melakukan diskusi, anggota yang paling berperan dalam mengutarakan pendapat adalah anggota berkarakter keras kepala karena ia merasa menguasai diskusi dan keputusan yang sedang dibahas dalam rapat, pendapat dari anggota lain (anggota berkarakter immature dan offended) pun tidak ditanggapi oleh dirinya. Sehingga anggota yang berkarakter immature dan offended tidak menerima sikap anggota yang keras kepala dan terjadilah debat dalam rapat. Sedangkan anggota yang berkarakter pemalu dan pembosan tidak mengeluarkan pendapat mereka.
Bagaimana cara supaya tim dapat berjalan effektif sehingga rapat dapat menghasilkan suatu keputusan bersama untuk memecahkan solusi yang terjadi dalam rapat?
·         Kasus Kedua
Suatu produktivitas perusahaan menurun dikarenakan ketidakharmonisan hubungan antara bagian sales dan marketing. Bagian sales beranggapan bahwa bagian marketing hanya menghambur-hamburkan uang dan menghasilkan calon pelanggan yang tidak bermutu, begitupun tim marketing beranggapan bahwa bagian sales malas dan tidak menindaklanjuti calon pelanggan yang telah dihasilkan tim marketing. Hal ini sudah umum terjadi pada beberapa perusahaan. Jika dibiarkan terjadi terus-menerus seperti ini maka akan merugikan perusahaan dan berdampak pada karyawan di bagian lainnya.
Bagaimana solusi untuk hubungan tim yang baik antara sales dan marketing yang saling berkaitan dengan job desk pada bagian tersebut?

B.   Solusi
·         Kasus Pertama
Seperti yang telah dibahas dalam materi kelompok kami, sebuah tim memiliki anggota yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasikan kerja mereka untuk tujuan tertentu sehingga pada tim tersebut terdapat orang-oran yang memiliki tujuan kinerja yang sama.
Melihat kasus tersebut dimana anggota memiliki karakter berbeda-beda sebaiknya dapat dilakukan beberapa hal berikut:
1.      Sesama anggota dalam tim hendaknya mengesampingkan ego masing-masing terlebih dahulu karena diskusi yang sedang dilakukan mengenai tujuan bersama yang akan dicapai dalam suatu pekerjaan
2.      Sesama anggota dalam tim saling menghargai apapun pendapat dari anggota lain demi usaha yang akan dilakukan bersama-sama.
3.      Adanya pembagian tugas masing-masing anggota dalam tim yang disesuaikan dengan kemampuannuya masing-masing agar diskusi berjalan lancar seperti terdapat seorang pemimpin diskusi, pengevaluasi, pemikir, pekerja tim, penyelaras akhir, dan sebagainya.
4.      Setiap anggota tim diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapat secara bergiliran, sehingga semua anggota aktif dalam diskusi.
5.      Saling memahami dan menutupi kelemahan individu sehingga tercipta tim yang solid diperlukan hubungan yang harmonis dan mantap.
6.      Meningkatkan tipe tim problem solving dimana anggota melakukan pertemuan  sekian jam setiap minggu untuk berdiskusi membahas peningkatan kualitas dan efisiensi pekerjaan mereka yang saling berkaitan.
·         Kasus Kedua
Bagian sales dan marketing adalah tim yang tidak dapat terpisahkan karena kedua bagian tersebut akan saling berkaitan dalam meningkatkan produktivitas perusahaan. Hal berikut dapat dilakukan untuk menjalin tim yang baik antara tim sales dan tim marketing:
1.      Duduk bersama untuk melakukan komunikasi dan kolaborasi guna memberikan gagasan yang dan feedback yang membantu satu sama lain
2.      Menciptakan tim lintas fungsional dimana tim sales, tim marketing, dan tim promotion bergabung dalam suatu event New Prduct Launch. Dengan bergabungnya mereka, anggota tim marketing dapat bekerja sama dengan tim sales untuk menjual product baru melalui brosur dan leaflet yang disiapkan oleh tim promotion. Hasilnya tentu lebih maksimal dibandingkan berjalan sendiri-sendiri pada event yang berbeda. Karena tim ini memiliki tingkat hirarki yang sama. Dengan tim lintas fungsional merupakan cara berbagai bidang dalam suatu organisasi untuk bertukar informasi, mengembangkan gagasan baru dan memecahkan masalah, serta mengkoordinasikan proyek yang rumit.




BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Fungsi dari tim yaitu dapat merubah sikap, perilaku, dan nilai pribadi serta dapat turut serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Sedangkan manfaat bekerja dalam tim yaitu untuk pengambilan keputusan, merundingkan, dan bernegosiasi. Tujuan bekerja dalam tim agar anggota memiliki visi dan misi yang sama dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara efesiensi dan efektif.
Perbedaan antara kelompok dan tim kerja yaitu kelompok tidak menghasilkan sinergi positif yang bisa menciptidakan seluruh tingkat kinerja yang lebih tinggi dari jumlah masukan sedangkan tim kerja menghasilkan sinergy positif melalui usaha yang terkoordinasi dalam menghasil satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan individual.
Tim yang efektif memiliki berbagai karaketiristik umum. Apabila peningkatan kinerja organisasi dengan menggunakan tim, manajemen harus memastikan bahwa tim-timnya memiliki karakteristik-karakteristik. Tim memiliki jenis-jenis sebagai berikut: tim problem solving, tim self-managed work, tim cross-functional, tim virtual.
B.     Saran
1.      Meskipun tim menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi, namun masih diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab dalam keorganisasian.
2.      Tim tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap, maupun cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru merupakan potensi yang akan membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif. Oleh karena itu, perbedaan cara kerja dalam tiap anggota tim harus ditanggapi dengan positif.
DAFTAR PUSTAKA

Laurie J. Mullins. 2005. Management and Organizational Behavior, 7th Edition. Essex: Pearson Education Limited
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat

Stephen P. Robbins. 2003. Essentials of Organization Behavior, 7th Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar