Selasa, 31 Maret 2015

KELOMPOK DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL KARYAWAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.                      Latar Belakang
Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak dijumpai kelompok-kelompok ini. Hamper pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, dan barang kali adanya kesamaan kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu sama lain. Mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.
Banyak teori yang mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuknya suatu kelompok. Teori yang sangat dasar terbentuknya kelompok adalah mencoba menjelaskan adanya afiliasi diantara orang-orang tertentu teori ini disebut Propinquiti atau teori pendekatan, teori pendekatan ini ialah bahwa seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan uang dan daerahnya atau (spatial and geographical proximity).
Dasar pokok yang amat penting dari daya tarik antarindividu dan pembentukan kelompok adalah secara sederhana karena adanya kesempatan berinteraksi satu sama lain. Hal ini dapat di pahami secara jelas, bahwa orang yang jarang melihat, atau berbicara satu sama lain sulit dapat tertarik. Hasil-hasil penelitian membuktikan bahwa faktor lingkungan juga merupakan penentu untuk menaikkan atau mengurangi kesempatan berinteraksi.
Kelompok atau group didefinisikan sebagai dua atau lebih individu yang saling bergantung dan bekerjasama, yang secara bersama berupaya mencapai tujuan. Kelompok kerja (work group) adalah kelompok yang para anggotanya saling berinteraksi terutama untuk saling berbagi informasi untuk membuat keputusan guna membantu satu sama lain dalam wilayah kewenangannya masing-masing.
Kelompok adalah dua individu atau lebih yang  berinteraksi dan saling bergantung, yang bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Yang dapat bersifat formal ataupun informal. Perkembangan Kelompok mempunyai lima tahapan model secara umumya itu pembentukan (forming), keributan (storming), penormaan (norming), pelaksanaan (perfoming), dan peristirahatan (adjourning).

1.2.                      Rumusan Masalah
1.   Apakah yang dimaksud dengan kelompok ?
2.   Apa sajakah  tipe – tipe kelompok ?
3.    Apa  sajakah syarat terbentuknya kelompok ?
4.    Dari manakah sumber kelompok berasal ?
5.    Apa sajakah karakteristik Kelompok ?
6.    Apa sajakah tahapan-tahapan pembentukan kelompok?

1.3.                      Tujuan
1.   Mampu untuk memahami apa yang dimaksud dengan kelompok
2.   Mampu untuk memahami tipe – tipe kelompok
3.   Mampu untuk memahami syarat terbentuknya kelompok
4.   Mampu untuk memahami sumber kelompok
5.   Mampu untuk memahami karakteristik kelompok
6.   Mampu untuk memahami tahapan-tahapan pembentukan kelompok





BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Pengertian Kelompok
Kelompok (group) menurut Robbins (1996) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan salin bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu. Sementara Gibson (1995) memandang kelompok dari empat kelompok prespektif, diantaranya :
1)      Dari sisi persepsi, kelompok dipandang sebagai kumpulan sejumlah orang yang  saling berinteraksi satu sama lain, dimana masing-masing anggota menerima kesan atau persepsi dari anggota lain.
2)      Dari sisi organisasi, kelompok adalah suatu sistem terorganisasi yang terdiri dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan dengan sistem menunjukkan beberapa fungsi, mempunyai standar dari peran hubungan di antara anggota.
3)      Dari sisi motivasi, kelompok dipandang sebagai sekelompok individu yang keberadaannya sebagai suatu kumpulam yang menghargai individu.
4)      Dari sisi interaksi, menyatakan bahwa inti dari pengelompokkan adalah interaksi dalam bentuk interpedensi.
Dari beberapa pandangan tersebut, Gibson menyimpulkan bahwa yang disebut kelompok itu adalah kumpulan individu dimana perilaku dan atau kinerja satu anggota dipengaruhi oleh perilaku dan atau prestasi anggota yang lainnya.
Dipandang dari proses kemunculannya, kelompok dapat terbentuk karena tindakan manajerial dan karena adanya keinginan individu. Manager menciptakan kelompok kerja untuk melaksanakam pekerjaan dan tugas yang diberikan. Kelompok juga berfungsi dan berinteraksi dengan kelompok lain, masing-masing mengembangkan satu set karakteristik yang unik termasuk struktur , kepaduan peran, norma-norma dan proses. Kelompok juga menciptakan sendiri kultur mereka. Akibatnya, kelompok akan bekerja sama atau  bersaing dengan kelompok lain dan perrsaingan antara kelompok dapat memicu akan adanya konflik.

2.2.       Tipe – Tipe Kelompok
Kelompok-kelompok di dalam organisasi secara sengaja direncanakan atau sengaja dibiarkan terbentuk oleh manajemen selaku bagian dari struktur organisasi formal. Kendati begitu, kelompok juga kerap muncul melalui proses sosial dan organisasi informal. Organisasi informal muncul lewat interaksi antar pekerja di dalam organisasi dan perkembangan kelompok jika interaksi tersebut berhubungan dengan norma perilaku mereka sendiri, kendati tidak digariskan lewat struktur formal organisasi. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara kelompok formal dan informal.
1)             Kelompok Formal
Kelompok ini dibangun selaku akibat dari pola struktur organisasi dan pembagian kerja yang ditandai untuk menegakkan tugas – tugas. Kebutuhan dan proses organisasi menimbulkan formulasi tipe – tipe kelompok yang berbeda – beda. Khususnya ada dua tipe kelompok formal, diantaranya :
a.      Kelompok Komando (Command Group)
Kelompok komando ditentukan oleh bagan organisasi. Kelompok terdiri dari bawahan yang melapor langsung kepada seorang supervisor tertentu. Hubungan wewenang antara manajer departemen dengan supervisor, atau antara seorang perawat senior dan bawahannya, merupakan kelompok komado.
b.      Kelompok tugas (Task Group)
Kelompok tugas terdiri dari para karyawan yang bekerja – sama untuk menyelesaikan suatu tugas atau proyek tertentu. Misalnya, kegiatan para karyawan administrasi dalam perusahaan asuransi pada waktu orang mengajukan tuntutan kecelakaan, merupakan tugas yang harus dilaksanakan.
2)      Kelompok Informal
Kelompok informal adalah pengelompokan secara wajar dari orang – orang dalam situasi kerja untuk memenuhi kebutuhan sosial. Dengan perkataan lain, kelompok informal tidak muncul karena dibentuk dengan sengaja, tetapi muncul secara wajar. Orang mengenal dua macam kelompok informal khusus diantaranya:
a.      Kelompok Kepentingan (Interest Group)
Orang yang mungkin tidak merupakan anggota dari kelompok komando atau kelompok tugas yang sama, mungkin bergabung untuk mencapai sesuatu sasaran bersama. Para karyawan yang bersama – sama bergabung dalam kelompok untuk membentuk front yang terpadu menghadapi manajemen untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak dan pelayan wanita yang mengumpulkan uang persen mereka merupakan contoh dari kelompok kepentingan. Perlu diketahui juga tujuan kelompok semacam itu tidak berhubungan dengan tujuan organisasi, tetapi tujuan itu bersifat khusus bagi tiap – tiap kelompok.
b.      Kelompok Persahabatan (Friendship Group)
Banyak kelompok dibentuk karena para anggotanya mempunyai sesuatu kesamaan, misalnya usia, kepercayaan politis, atau latar belakang etnis. Kelompok persahabatan ini seringkali melebarkan interaksi dan komunikasi mereka sampai pada kegiatan diluar pekerjaan.

            Jika Pola gabungan karyawan dicatat, maka akan segera menjadi jelas bahwa mereka termasuk dalam berbagai macam kelompok yang sering bersamaan. Maka diadakan perbedaan diantara dua klasifikassi kelompok yang luar :  kelompok formal dan informal. Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa kelompok formal ( kelompok komando dan kelompok tugas) dibentuk oleh organisasi formal dan merupakan alat untuk mencapai tujuan, sedangkan kelompok informal (kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan) adalah penting untuk keperluan mereka sendiri ( artinya, mereka memenuhi kebutuhan pokok akan berkelompok).

2.2.1.      Fungsi – Fungsi Kelompok
            Pada dasarnya fungsi kelompok dibagi menjadi dua yaitu, fungsi organisasi formal dan fungsi kebutuhan individual. Fungsi kelompok formal sebagai sarana untuk mengerjakan tugas-tugas yang kompleks yang saling berkaitan dan terlalu sukar untuk dikerjakan oleh siapapun, sebagai sarana untuk mencetuskan gagasan-gagasan yang baru atau pemecahan masalah yang memerlukan kreativitas tertentu, dan sebagai wahana sosialisasi serta pelaksanaan keputusan yang rumit.
            Fungsi kelompok individual yang didasarkan bahwa setiap individu memiliki beraneka macam kebutuhan, dan kelompok dapat memenuhi kebutuhan yang meliputi pemenuhan kebutuhan persahabatan, dukungan, dan kasih sayang, sebagai sarana untuk mengembangkan, meningkatkan, dan menegaskan rasa identitas dan memelihara harga diri, sebagai sarana untuk menguji kenyataan sosial melalui diskusi dengan orang lain, pengembangan perspektif, dan konsensus bersama yang dapat mengurangi keragu-raguan dalam lingkungan sosial sehingga dapat diambil sebuah keputusan.

2.2.2.      Ciri – Ciri Utama Kelompok
            Penelitian mendalam mengenai sifat-sifat dan hasil-hasil interaksi dalam kehidupan  (empat) cirri kelompok yaitu :
1.      Terdapat dorongan (motif) yang sama pada individu-individu yang menyebabkan terjadinya interaksi di antaranya ke arah tujuan yang sama.
2.      Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu-individu yang satu dari yang lain berdasarkan reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapan-kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya. Oleh karea itu, lambat laun mulai terbentuk pembagian tugas serta struktur tugas-tugas tertentu dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan yang sama itu. Di sisi lain, terbentuk pula norma-norma yang kkhas Dalam interaksi kelompok kearah tujuannya sehinggga mulai terbentuk kelompok sosial dengan cirri-ciri yang khas.
3.      Pembentukan dan penegasan strukutr (organisasi) kelompok yang jelas dan terdiri atas peranan-peranan dan kedudukan hierarkis yang lambat laun berkembang dengan sendirinya dalam usaha pencapaian tujuan. Terjadi pembatasan yang jelas antara usaha-usaha dan orang yang termasuk ingroup serta usaha-usaha dan orang outgroup.
4.      Terjadinya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota  kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasikan tujuan kelompok. Norma-norma dan pedoman tingkah laku ini sebagaiman juga struktur pembagian tugas anggotanya merupakan norma dan struktur yang khas bagi kelompoknya itu.

2.2.3.      Manfaat Kelompok bagi Organisasi
            Banyak manfaat yang dapat dipetik dari adanya kelompok baik di dalam maupun di luar satuan organisasi, antara lain:
1.        Kelompok merupakan alat perjuangan bagi anggotanya.
2.        Kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan inovasi dan kreatifitas.
3.        Kelompok lebih baik daripada perorangan dalam pengambilan keputusan yang mengangkut orang banyak
4.        Anggota kelompok dapat memperoleh keuntungan dari pelaksanaan pengambilan keputusan.
5.        Kelompok dapat mengendalikan dan mendisiplinkan anggotanya dibanding dengan mereka yang tidak masuk dalam kelompok
6.        Kelompok membantu menangkis pengaruh – pengaruh negative dari meningkatnya organisasi yang semakin besar.
7.        Kelompok adalah fenomena alami di dalam organisasi. Perkembangannya yang spontan tidak dapat dihalangi, dan dibutuhkan oleh para anggota sebagai alat untuk mencapai tujuan.

2.3.   Syarat Pembentukan Kelompok
            Kumpulan individu-individu yang mempunyai hubungan tertentu yang membuat mereka saling bergantung satu sama lain dalam ukuran-ukuran yang bermakna atau dengan kata lain memiliki hubungan tertentu yang bermakna. Sekumpulan individu dikatakan sebagai kelompok apabila memiliki syarat - syarat sebagai berikut :
  1. Keanggotaan yang jelas, teridentifikasi melalui nama atau identitas lainya.
  2. Adanya kesadaran kelompok sebagai anggota, (memiliki kesatuan persepsi).
  3. Suatu perasaan mengenai adanya kesamaan tujuan atau sasaran.
  4. Saling ketergantungan dalam upaya pemenuhan kebutuhan untuk mencapai tujuan.
  5. Saling interaksi, berkomunikasi untuk bereaksi terhadap anggota lainnya.
  6. Merupakan satu kesatuan organisasi yang tunggal dalam mencapai tujuan kelompok dengan terbentuk struktur kelompok.

2.3.1.    Alasan Mengapa Orang Membentuk Kelompok
            Menurut (Gibson dkk, 1989, 205-207, Marvin E.Shaw, 1981, 81-97)

1)      Pemuasan Kebutuhan
Hasrat untuk mendapatkan kepuasan dari terpenuhinya kebutuhan dapat merupakan daya motivasi yang kuat dalam pembentukan kelompok.
2)      Keamanan
Individu yang berada dalam kelompok bisa mengurangi rasa tidak aman karena sendirian. Individu akan merasa lebih kuat, percaya diri, dan tahan terhadap ancaman.
3)      Sosial
Keinginan untuk termasuk dalam kelompok dan menjadi anggota kelompok  menunjukkan kebutuhan sosial semua orang.
4)      Penghargaan
Dalam lingkungan tertentu, suatu kelompok yang bergengsi tinggi karena berbagai macam alasan (missal; keahlian, teknis, kegiatan di luar, dsb).
5)      Kedekatan dan Daya Tarik
Kedekatan adalah jarak fisik antara para karyawan yang melaksanakan pekerjaan , sedangkan daya tarik adalah menunjukkan daya tarik orang yang satu dengan lainnya karena mereka mempunyai kesamaan persepsi,sikap,hasil karya atau motivasi.
6)      Tujuan Kelompok
Untuk mencapai tujuan kelompok dan menyelesaikan tugas dibutuhkan lebih dari satu atau dua orang. Ada kebutuhan mengumpulkan bakat, pengetahuan, atau kekuasaan untuk menyelesaikan pekerjaan.
7)      Alasan Ekonomi
Motif ekonomis menyebabkan terbentuknya kelompok, karena mereka menganggap akan memperoleh keuntungan ekonomis yang lebih besar dari pekerjaan mereka, jika mereka membentuk kelompok.


2.3.2.                Tahapan-tahapan Pembentukan Kelompok
     Pembentukan kelompok merupakan salah satu langkah awal terjadinya interaksi antar individu satu dengan yang lain, karena dengan terjadinya proses pembentukan kelompok akan terpenuhi kebutuhan dalam berkelompok. Pembentukan sebuah kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya. Proses pembentukan kelompok dimulai dari adanya perasaan/persepsi yang sama untuk memenuhi kebutuhan, dari perasaan ini akan muncul motivasi dalam memenuhi kebutuhan, kemudian menetukan tujuan yang sama dan akhirnya terjadi interaksi, sehingga terwujudlah sebuah kelompok.
     Pada tahap awal pembentukan kelompok ini akan ditentukan kedudukan masing-masing individu, siapa yang menjadi ketua dan siapa yang menjadi anggotanya. Dalam perjalanan kelompok akan terjadi interaksi antar anggota yang memungkinkan terjadinya perpecahan (konflik), tapi konflik ini biasanya bersifat sementara karena manfaat kelompok ini lebih besar, maka anggota akan menyesuaikan diri karena kepentingan bersama dan setelah itu perubahan kelompok akan mudah terjadi. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat proses pembentukan kelompok :
a)      Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang, apabila ada anggota yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang mencolok.


b)      Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi setiap anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat, dalam mencapai tujuan kelompok.
c)      Tujuan
Pembentukan kelompok diantaranya adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan menggunakan metode diskusi ataupun kerjasama, seahingga di sini suatu kelompok memiliki tujuan yang sama dengan tujuan anggotanya.
d)     d)   dOrganisasi
Pengorganisasian dimaksudkan untuk mempermudah koordinasi, sehingga penyelesaian masalah kelompok menjadi lebih efektif dan efisien.
e)      Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok, yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan anggota kelompok dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Kebebasan disesuaikan dengan aturan yang berlaku dalam kelompok, sehingga tidak mengganggu proses kelompok.
f)       Interaksi
Interaksi/hubungan timbal balik antar anggota kelompok merupakan syarat yang penting dalam kelompok, karena dengan adanya interaksi/hubungan timbal balik akan ada proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota ke anggota yang lain, sehingga transfer ilmu dapat berjalan (kebutuhan akan informasi terpenuhi).


Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman pada 1965. Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah konsep ini dicetuskan. Teori ini memfokuskan pada cara suatu kelompok menghadapi suatu tugas mulai dari awal pembentukan kelompok hingga proyek selesai. Selanjutnya Tuckman menambahkan tahap kelima yaitu adjourning dan transforming untuk melengkapi teori ini.
a.      Tahap Forming
Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain.
b.      Tahap Storming
Pada tahap ini kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah apa yang harus mereka selesaikan, bagaimana fungsi mereka masing-masing dan model kepemimpinan seperti apa yang dapat mereka terima.
Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa kelompok yang mandek pada tahap ini. Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Tahap ini bisa saja menyakitkan bagi anggota kelompok yang menghindari konflik. Anggota kelompok harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang ada.


c.       Tahap Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Kelompok mulai menemukan haromoni seiring dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan. Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi penting masing-masing anggota untuk kelmpok.
d.      Tahap Performing
Kelompok pada tahap ini dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling tergantung satu sama lainnya dan mereka saling respek dalam berkomunikasi. Supervisor dari kelompok ini bersifat partisipatif. Keputusan penting justru banyak diambil oleh kelompok.
e.       Tahap Adjourning dan Transforming
Ini adalah tahap yang terakhir dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap manapun ketika mereka mengalami perubahan (transforming). Misalnya jika ada review mengenai goal ataupun ada perubahan anggota kelompok.

2.4.       Sumber Kelompok
                        Tingkat prestasi potensial sebuah kelompok sebagian besar tergantung pada sumber daya yang dibawa anggota – anggotanya secara pribadi kedalam kelompok.
a.      Kemampuan
Menetapkan parameter bagi apa yang dapat dilakukan anggota dan bagaimana efektifnya mereka akan dalam sebuah kelompok.

b.      Ciri – Ciri Kepribadian
Besarnya pengaruh setiap satu ciri adalah kecil, tetapi menggabungkan cirri – cirri kepribadian, akibatnya bagi para pelaku kelompok sangat berarti.

2.5.       Karakteristik Kelompok
            Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma dan peran. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah tentang norma. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan lainnya. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, prosedural dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara para nggota kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan.
Beberapa ahli mengatakan bahwa dalam suatu kelompok terdapat ciri – ciri, yaitu :
1. Terdiri dari 2 orang atau lebih
2.  Adanya interaksi yang terus menerus
3.  Adanya pengembangan identitas kelompok
4.  Adanya norma – norma kelompok
5.  Adanya diferensiasi peran
6.  Peran yang saling tergantung
7.  Produktivitas bertambah atau meningkat
8.  Saling membagi tujuan yang sama



2.6.       Dasar-dasar Daya Tarik Antar Orang (Interpersonal Attraction)
1)      Kesempatan untuk Berinteraksi
Dasar pokok yang amat penting dari daya tarik antarindividu dan pembentukan kelompok adalah secara sederhana karena adanya kesempatan berinteraksi satu sama lain. Hal ini dapat di pahami secara jelas, bahwa orang yang jarang melihat, atau berbicara satu sama lain sulit dapat tertarik. Hasil-hasil penelitian membuktikan bahwa faktor lingkungan juga merupakan penentu untuk menaikkan atau mengurangi kesempatan berinteraksi. Kesempatan berinteraksi dan yang di hubungkan dengan faktor lingkungan ini dapat dibedakan atas :
a.      Hal-hal yang berhubungan dengan jarak fisik (Physical Distance)
Dengan demikian orang yang bertempat tinggal atau bertempat kerja berdekatan satu sama lain akan berkesempatan besar untuk berinteraksi satu sama lain dan berkemungkinan membentuk suatu kelompok.
b.      Jarak psikologis dan arsitektur (Architecture and psychological distance)
Jarak fisik bukan satu-satunya halangan dari interaksi sosial. Seperti desain arsitektur yang membuat ruang kerja pintunya mengarah ke ruang pusat kerja, seperti tempat pertemuan rapat, atau ruang tunggu elevator, ruangan yang semacam inilah yang memberikan kesempatan yang baik bagi karyawan untuk saling berinteraksi satu sama lain.
2)      Status
Status merupakan salah satu faktor yang menentukan pula dalam daya tarik antar individu. Ada dua tendensi di bidang status ini yakni:
1.      Seseorang tertarik pada orang lain karena ada kesamaan status.
2.      Seseorang itu lebih suka berintegrasi dengan orang lain yang mempunyai
status lebih tinggi.
3)      Kesamaan Latar Belakang
Latar belakang yang sama merupakan salah satu faktor penentu dari proses daya tarik individu untuk berinteraksi satu sama lain. Misalnya usia, agama, pendidikan, ras, dan status sosial seseorang akan memudahkan untuk menemukan daya tarik berinteraksi satu sama lain.
4)      Kesamaan Sikap
Kesamaan sikap ini sebenarnya pengembangan lebih lanjut dari kesamaan latar belakang. Orang-orang yang mempunyai kesamaan latar belakang. Orang-orang yang mempunyai kesamaan latar belakang nampaknya mempunyai kesamaan pengalaman, dan orang yang mempunyai kesamaan pengalaman ini lebih memudahkan untuk berinteraksi dibandingkan orang yang tidak mempunyai kesamaan pengalaman. Daya tarik orang-orang yang berinteraksi yang disebabkan karena kesamaan sikap ini dapat dilihat dalam pergaulan-pergaulan :
-          Antara mahasiswa
-          Orang bertetangga
-          Teman sejawat
-          Pasangan yang sudah kawin
-          Tentara
-          Buruh suatu pabrik dll.



BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Kelompok (group) menurut Robbins (1996) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan salin bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu. Sementara menurut Gibson, memandang berdasarkan  4 kelompok perspektif, yaitu:(1). Dari sisi persepsi, yang mengutamakan interaksi. (2). Dari sisi organisasi, yang menganggap kelompok adalah sistem organisasi. (3). Dari sisi motivasi, setiap individu wajib menghargai satu sama lain. (4). Dari sisi interaksi, penekanan pada interaksi personal yaitu komunikasi dengan cara tatp muka. Melalui  beberapa pandangan tersebut, Gibson menyimpulkan bahwa yang disebut kelompok itu adalah kumpulan individu dimana perilaku dan atau kinerja satu anggota dipengaruhi oleh perilaku dan atau prestasi anggota yang lainnya.
Pembentukan kelompok dalam sebuah organisasi baik sengaja ataupun tidak sengaja, diperlukan bagi organisasi. Kelompok yang sengaja dibentuk oleh organisasi contonya adalah kelompok formal. Kelompok formal terbentuk karena adanya struktur organisasi. Organisasi mempunyai persyaratan teknis yang timbul dari tujuannya, pencapaian tujuan tersebut memerlukan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Akibatnya pembentukan anggota kelompok didasarkan posisi mereka dalam organisasi. Sedangkan pembentukan kelompok secara tidak sengaja adalah kelompok informal. Di dalam organisasi kelompok informal muncul melalui interaksi para anggota organisasi. Perkembangan kelompok ini berhubungan dengan norma perilaku mereka sendiri. Tipe-tipe kelompok formal adalah (1). Kelompok Komando (commando group); (2). Kelompok Tugas (task group). Tidak hanya kelompok formal yang memiliki tipe kelompok, kelompok informal juga terdiri dari: (1). Kelompok kepentingan (interest group); (2) kelompok persahabatan (friendship group).
Fungsi kelompok dibagi menjadi dua yaitu, fungsi organisasi formal dan fungsi kebutuhan individual. Fungsi kelompok formal sebagai sarana untuk mengerjakan tugas-tugas. Fungsi kelompok individual yang didasarkan bahwa setiap individu memiliki beraneka macam kebutuhan, dan kelompok dapat memenuhi kebutuhan sosial bermasyarakat. Ciri-ciri utama yang ada pada kelompok, yaitu: (1)Terdapat dorongan (motif); (2). Terdapat timbal balik terhadap interaksi; (3). Pembentukan dan penegasan struktur organisasi; (4). Terjadinya penegasan terhadap norma-norma berperilaku sebgai pedoman.
Beberapa individu yang berkumpul, bisa dikatakan sebagai kelompok bila memiliki syarat-syarat terbentuknya kelompok. Syarat-syarat ini antara lain: keanggotaan yang jelas, sadar sebagai anggota kelompok, memiliki satu kesaamaan tujuan, saling ketergantungan antar anggota lainnya, terjadinya interaksi dalam kelompok, kelompok yang muncul berada dalam satu kesatuan tunggal organisasi. Adapun alasan mengapa individu membentuk suatu kelompok, yaitu untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial ini antara lain: keamanan, sosial, penghargaan.

3.2.   Studi Kasus
KESALAHAN BERKOMUNIKASI PADA RAPAT PEMUDA KARANG TARUNA

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak bisa terlepas dari komunikasi. Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua individu atau lebih yang bertujuan untuk memberi dan menerima informasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan lisan maupun isyarat. Namun, seringkali komunikasi dapat mengakibatkan konflik antara individu maupun kelompok yang  bersangkutan. Sebagai contoh kesalahan komunikasi dalam organisasi pemuda desa atau sering disebut organisasi Karang Taruna. Organisasi yang beranggotakan pemuda ini, sering mengadakan rapat rutin untuk membahas rencana-rencana maupun membahas suatu kegiatan yang dilakukan maupun yang akan dilakukan. Rapat rutin yang biasa diadakan setiap bulan sekali, pastilah ada komunikasi didalamnya saat rapat tiba. Pembahasan-pembahasan atau  pendapat dari seseorang tertentu harus benar-benar diperhatikan.
Tak sedikit yang bisa kita  jumpai, konflik-konflik yang menimpa anggota karang taruna hanya diakibatkan dari komunikasi yang belum tertata dengan baik dan kesalahpahaman dalam menerima informasi. Didalam rapat rutin karang taruna, membahas juga beberapa masalah dalam lingkungan yang harus diselesaikan. Seorang ketua karang taruna akan menginformasikan masalah-masalah atau bahan pembahasan dalam rapat itu dan membutuhkan tanggapan atau  pendapat dari anggota.
Tak jarang komunikasi untuk berpendapat maupun menerima  pendapat menimbulkan masalah tersendiri dikalangan antar individu maupun dengan anggota-anggota yang lainnya. Ada beberapa kata atau kalimat yang sering diucapkan namun terkesan memaksa. Jadi anggota yang lainnya merasa ada sebuah keterpaksaan yang harus dilaksanakan. Misalkan dalam bahasa jawa seseorang sering berkata “pokok’e” atau “pokoknya”. Kata-kata itu kesannya memaksakan kehendak, dan mengakibatkan anggota yang lain tidak enak untuk mendengarkan pembicaraannya yang lain.
Bila seseorang tidak  bisa menerima pendapat yang juga kurang bisa dikemas dengan baik itu, maka orang itu juga akan merespon tanggapan itu dengan nada-nada yang tidak enak didengar. Seringkali  pembicaraan jadi sangat memanas saat anggota lain menanggapinya dengan emosi. Namun, ketika hal itu terjadi akan ada peringatan dari anggota yang lainnya yang mungkin bisa diredakan. Ada juga seseorang yang karena emosinya terlalu tinggi dan menciptakan komunikasi atau pembicaraan yang tidak pantas untuk diucapkan, ia akan dibawa teman-temannya kuluar dari rapat. Bisa juga orang itu yang malah langsung meninggalkan rapat dengan meninggalkan kata-katanya yang mengandung emosi tinggi.
            Konflik komunikasi tersebut tidak hanya akan terjadi selama rapat, namun akan  berturut-turut bermasalah dengan lawan bicara dalam rapat tersebut. Entah beberapa hari, minggu, maupun hitungan bulan. Mereka akan saling diam, tidak melihat dan menganggap tidak ada seseorang yang berkonflik dengan orang itu dengan memasang muka wajah yang sengit. Bila tidak ada pihak yang mengalah, maka tidak ada perdamaian didalamnya. Itulah masalah akibat berkomunikasi yang kurang efektif dan kesalahpahaman yang sering dialami oleh rapat rutin karang taruna yang seharusnya bertujuan bermusyawarah untuk mencapai mufakat.

Analisa Kasus
Ada banyak faktor yang melatarbelakangi kesalahan dalam berkomunikasi baik mengemukakan pendapat maupun menerima pendapat. Beberapa analisa yang dapat diambil yaitu :

1.      Perbedaan pendirian dan perasaan antar individu Setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut terhadap suatu hal dalam lingkungan dapat menimbulkan konflik sosial.
2.      Perbedaan latar belakang setiap individu Latar belakang setiap individu berbeda-beda. Ada yang hidup dalam keluarga miskin maupun kaya. Ada yang hidup dalam keluarga berpendidikan, dan lain sebagainya. Latar  belakang itulah yang dapat membawakan perasaan yang memicu konflik.
3.      Perbedaan sifat dan watak Sifat dan watak memang bawaan dari kelahiran seseorang dan berbeda-beda dengan individu yang lain. Itu tidak bisa diubah, namun bisa disikapi dengan baik, agar tidak menimbulkan konflik.
4.      Mengemukakan pendapat yang kurang bisa dikemas dengan komunikasi yang baik Komunikasi yang kurang dikemas dengan baik dan belum tertata, dapat memicu konflik yang bermula dari kesalahpahaman saja.
5.      Kurangnya pengetahuan Kurangnya pengetahuan akan topik bahasan maupun pengetahuan tentang berkomunikasi dengan baik, dapat menimbulkan salah paham dan konflik bila tidak berhati-hati dengan apa yang diucapkan dan menangkap informasi yang kurang jelas.
6.      Menanggapi tanggapan yang disertai emosi atau kontrol emosi yang kurang baik Kontrol emosi sangat penting dalam musyawarah, apalagi dalam menghadapi banyak orang. Tidak setiap orang mudah mengontrol emosinya. Suatu tanggapan yang disertai emosi inilah yang dapat memicu banyak konflik.


Solusi Yang Dapat Diberikan Banyak solusi yang bisa diberikan dari kegagalan berkomunikasi dalam rapat atau musyawarah ini. Baik saat konflik terjadi langsung bisa diselesaikan, maupun dengan tahapan-tahapan :
1.      Menciptakan suasana kondusif dan santai dalam musyawarah. Tidak ada ketegangan suasana dan sedikit menciptakan suasana lucu atau lelucon. Hal ini akan membawa keyamanan disetiap anggotanya dan akan santai mengikuti musyawah dengan baik.
2.      Tidak memaksakan kehendak dikalangan individu. Mampu menghargai dan menerima  pendapat orang lain, yang kemudian akan dipertimbangkan bersama-sama dalam musyawarah tersebut untuk mencapai hasil yang terbaik.
3.      Memiliki sikap perhatian antar individu. Bisa mengerti perasaan orang lain, misalkan “jika aku menjadi dia dan jika dia menjadi aku”. Saling menyadari perbedaan perasaan satu
4.      sama lain.
5.      Mengerti sifat dan watak orang lain, agar kita mampu menyikapinya dengan baik.
6.      Mampu mengontrol emosi dengan baik. Sabar dalam menerima pendapat yang mungkin kurang berkenan. Menanggapi dengan emosi tidak menyelesaikan masalah, namun hanya akan menimbulkan masalah lagi.
7.      Memperjelas dan mempertegas suatu informasi yang mungkin kurang bisa dipahami oleh anggota yang lainnya. Sedapat mungkin dijelaskan dengan baik, sabar, dan meyakinkan individu yang lain.
8.      Jika ada konflik antar individu didalamnya dapat diselesaikan dengan pihak ketiga, atau  bantuan dari teman-teman anggota. Dapat mengadakan forum kembali untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada anggotanya.
9.      Memotivasi orang lain dengan dorongan-dorongan yang akan menguatkan dia saat menghadapi masalah dengan lawan bicara.













DAFTAR PUSTAKA

Sigit, Soehardi. 2003. Perilaku Organisasional. BPFE UST: Yogyakarta.
Robins.P.Stephen. PRINSIP-PRINSIP PERILAKU ORGANISASI, Erlangga.
          Jakarta. 2002
Gibson, Ivancevich, Donnelly. 1997. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses Jilid 1
          dan 2. Binarupa Aksara: Jakarta.
Amirullah, dkk. 2000. Perilaku Organisasi. Bayumedia: Malang.
Seta Basri. 2011. Kelompok dan Tim dalam Organisasi. (Online),
Suparyanti, R. 2008. Handout Komunikasi Kelompok.
Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan,
          Yogyakarta: Fitramaya.
Wiryanto, 2004. Ilmu Komunikasi. PT Gramedia, Jakarta



“KELOMPOK DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL KARYAWAN”

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Interpersonal Employeement Relation

 











Disusun Oleh :
Kelompok 4
Margaretha Widi Utami        8105117994
Moch. Mawarrizqi S.A.         8105116563
Nur Risnanda Oktaviani       8105117991

KONSENTRASI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN EKONOMI DAN ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
                                                                          2015


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Interpersonal Employeement Relation yang berjudul Kelompok dan Hubungan Interpersonal Karyawan  ini dengan lancar.
Makalah  Interpersonal Employeement Relation mengenai Kelompok ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Interpersonal Employeement Relation yang diberikan oleh Ibu Susan Febriantina, S.Pd, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Interpersonal Employeement Relation.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Susan Febriantina, S.Pd, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Interpersonal Employeement Relation yang telah memberikan pengajaran kepada kami, serta kepada teman-teman yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Namun, makalah Interpersonal Employeement Relation tentang Kelompok ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

                                                                                                Jakarta, Maret 2015


 Penyusun







i
 

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......…………………………………………………      i
DAFTAR ISI ......…………………………………………………...............       ii
BAB I      PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang……………………………………………….………      1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………      2
1.3 Tujuan……………………………………………………………….        2
BAB II    PEMBAHASAN
           2.1 Pengertian Kelompok………………………………………………..       3
           2.2 Tipe – Tipe Kelompok……………………………………………….       4
              2.2.1   Fungsi – Fungsi Kelompok……………………………………..       6
              2.2.2   Ciri – Ciri Utama Kelompok…………………………………....       6
              2.2.3   Manfaat Kelompok bagi Organisasi………………………........       7
           2.3 Syarat Pembentukann Kelompok………………………………........       8
              2.3.1   Alasan Mengapa Orang Membentuk Kelompok………………        8
2.3.2     Tahapan-tahapan Pembentukan Kelompok……………………        10
2.4 Sumber Kelompok…………………………………………………..        13
           2.5 Karakteristik Kelompok…………………………………………......       14
           2.6 Dasar-dasar Daya Tarik Antar Orang (Interpersonal Attraction) .................    15
BAB III   KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….        17
3.2 Studi Kasus …………………………………………………………       18
DAFTAR PUSTAKA







ii
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar