BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Kelompok
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan terlibat dalam
aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan
organisasi. Dalam organisasi akan banyak dijumpai kelompok-kelompok ini. Hamper
pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau
kecil adalah sangat kuat kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam
kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang
dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, dan barang kali adanya
kesamaan kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu sama lain. Mulailah
mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.
Banyak teori yang mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula
terbentuknya suatu kelompok. Teori yang sangat dasar terbentuknya kelompok
adalah mencoba menjelaskan adanya afiliasi diantara orang-orang tertentu teori
ini disebut Propinquiti atau teori pendekatan, teori pendekatan ini ialah bahwa
seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan uang
dan daerahnya atau (spatial and geographical proximity).
Dasar pokok yang amat penting dari daya tarik antarindividu dan pembentukan
kelompok adalah secara sederhana karena adanya kesempatan berinteraksi satu
sama lain. Hal ini dapat di pahami secara jelas, bahwa orang yang jarang
melihat, atau berbicara satu sama lain sulit dapat tertarik. Hasil-hasil
penelitian membuktikan bahwa faktor lingkungan juga merupakan penentu untuk
menaikkan atau mengurangi kesempatan berinteraksi.
Kelompok atau group didefinisikan sebagai dua atau
lebih individu yang saling bergantung dan bekerjasama, yang secara bersama
berupaya mencapai tujuan. Kelompok kerja (work group) adalah
kelompok yang para anggotanya saling berinteraksi terutama untuk saling berbagi
informasi untuk membuat keputusan guna membantu satu sama lain dalam wilayah
kewenangannya masing-masing.
Kelompok
adalah dua individu atau lebih yang
berinteraksi dan saling bergantung, yang bergabung untuk mencapai tujuan
tertentu. Yang dapat bersifat formal ataupun informal. Perkembangan Kelompok
mempunyai lima tahapan model secara umumya itu pembentukan (forming), keributan
(storming), penormaan (norming), pelaksanaan (perfoming), dan peristirahatan
(adjourning).
1.2.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan kelompok ?
2.
Apa sajakah
tipe – tipe kelompok ?
3.
Apa sajakah
syarat terbentuknya kelompok ?
4.
Dari manakah sumber kelompok berasal ?
5.
Apa sajakah karakteristik Kelompok ?
6.
Apa sajakah tahapan-tahapan pembentukan kelompok?
1.3.
Tujuan
1.
Mampu untuk memahami apa yang dimaksud dengan kelompok
2.
Mampu untuk memahami tipe – tipe kelompok
3.
Mampu untuk memahami syarat terbentuknya kelompok
4.
Mampu untuk memahami sumber kelompok
5.
Mampu untuk memahami karakteristik kelompok
6.
Mampu untuk memahami tahapan-tahapan pembentukan
kelompok
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kelompok
Kelompok (group) menurut
Robbins (1996) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih, yang
berinteraksi dan salin bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai
sasaran-sasaran tertentu. Sementara Gibson (1995) memandang kelompok dari empat
kelompok prespektif, diantaranya :
1) Dari
sisi persepsi, kelompok dipandang sebagai kumpulan
sejumlah orang yang saling berinteraksi
satu sama lain, dimana masing-masing anggota menerima kesan atau persepsi dari
anggota lain.
2) Dari
sisi organisasi, kelompok adalah suatu sistem
terorganisasi yang terdiri dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan
dengan sistem menunjukkan beberapa fungsi, mempunyai standar dari peran
hubungan di antara anggota.
3) Dari
sisi motivasi, kelompok dipandang sebagai sekelompok
individu yang keberadaannya sebagai suatu kumpulam yang menghargai individu.
4) Dari
sisi interaksi, menyatakan bahwa inti dari pengelompokkan
adalah interaksi dalam bentuk interpedensi.
Dari beberapa pandangan
tersebut, Gibson menyimpulkan bahwa yang disebut kelompok itu adalah kumpulan
individu dimana perilaku dan atau kinerja satu anggota dipengaruhi oleh
perilaku dan atau prestasi anggota yang lainnya.
Dipandang dari proses
kemunculannya, kelompok dapat terbentuk karena tindakan manajerial dan karena
adanya keinginan individu. Manager menciptakan kelompok kerja untuk
melaksanakam pekerjaan dan tugas yang diberikan. Kelompok juga berfungsi dan
berinteraksi dengan kelompok lain, masing-masing mengembangkan satu set
karakteristik yang unik termasuk struktur , kepaduan peran, norma-norma dan
proses. Kelompok juga menciptakan sendiri kultur mereka. Akibatnya, kelompok
akan bekerja sama atau bersaing dengan
kelompok lain dan perrsaingan antara kelompok dapat memicu akan adanya konflik.
2.2. Tipe – Tipe Kelompok
Kelompok-kelompok di dalam
organisasi secara sengaja direncanakan atau sengaja dibiarkan terbentuk oleh
manajemen selaku bagian dari struktur organisasi formal. Kendati begitu,
kelompok juga kerap muncul melalui proses sosial dan organisasi informal.
Organisasi informal muncul lewat interaksi antar pekerja di dalam organisasi
dan perkembangan kelompok jika interaksi tersebut berhubungan dengan norma
perilaku mereka sendiri, kendati tidak digariskan lewat struktur formal
organisasi. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara kelompok formal dan
informal.
1)
Kelompok
Formal
Kelompok ini
dibangun selaku akibat dari pola struktur organisasi dan pembagian kerja yang
ditandai untuk menegakkan tugas – tugas. Kebutuhan dan proses organisasi
menimbulkan formulasi tipe – tipe kelompok yang berbeda – beda. Khususnya ada
dua tipe kelompok formal, diantaranya :
a.
Kelompok
Komando (Command Group)
Kelompok
komando ditentukan oleh bagan organisasi. Kelompok terdiri dari bawahan yang
melapor langsung kepada seorang supervisor tertentu. Hubungan wewenang antara
manajer departemen dengan supervisor, atau antara seorang perawat senior dan
bawahannya, merupakan kelompok komado.
b.
Kelompok
tugas (Task Group)
Kelompok
tugas terdiri dari para karyawan yang bekerja – sama untuk menyelesaikan suatu
tugas atau proyek tertentu. Misalnya, kegiatan para karyawan administrasi dalam
perusahaan asuransi pada waktu orang mengajukan tuntutan kecelakaan, merupakan
tugas yang harus dilaksanakan.
2) Kelompok Informal
Kelompok
informal adalah pengelompokan secara wajar dari orang – orang dalam situasi
kerja untuk memenuhi kebutuhan sosial. Dengan perkataan lain, kelompok informal
tidak muncul karena dibentuk dengan sengaja, tetapi muncul secara wajar. Orang
mengenal dua macam kelompok informal khusus diantaranya:
a.
Kelompok
Kepentingan (Interest Group)
Orang yang
mungkin tidak merupakan anggota dari kelompok komando atau kelompok tugas yang
sama, mungkin bergabung untuk mencapai sesuatu sasaran bersama. Para karyawan
yang bersama – sama bergabung dalam kelompok untuk membentuk front yang terpadu
menghadapi manajemen untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak dan pelayan
wanita yang mengumpulkan uang persen mereka merupakan contoh dari kelompok
kepentingan. Perlu diketahui juga tujuan kelompok semacam itu tidak berhubungan
dengan tujuan organisasi, tetapi tujuan itu bersifat khusus bagi tiap – tiap
kelompok.
b.
Kelompok
Persahabatan (Friendship Group)
Banyak
kelompok dibentuk karena para anggotanya mempunyai sesuatu kesamaan, misalnya
usia, kepercayaan politis, atau latar belakang etnis. Kelompok persahabatan ini
seringkali melebarkan interaksi dan komunikasi mereka sampai pada kegiatan
diluar pekerjaan.
Jika Pola
gabungan karyawan dicatat, maka akan segera menjadi jelas bahwa mereka termasuk
dalam berbagai macam kelompok yang sering bersamaan. Maka diadakan perbedaan
diantara dua klasifikassi kelompok yang luar :
kelompok formal dan informal. Perbedaan utama antara keduanya adalah
bahwa kelompok formal ( kelompok komando dan kelompok tugas) dibentuk oleh
organisasi formal dan merupakan alat untuk mencapai tujuan, sedangkan kelompok
informal (kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan) adalah penting untuk
keperluan mereka sendiri ( artinya, mereka memenuhi kebutuhan pokok akan
berkelompok).
2.2.1.
Fungsi –
Fungsi Kelompok
Pada dasarnya fungsi kelompok dibagi
menjadi dua yaitu, fungsi organisasi formal dan fungsi kebutuhan individual.
Fungsi kelompok formal sebagai sarana untuk mengerjakan tugas-tugas yang
kompleks yang saling berkaitan dan terlalu sukar untuk dikerjakan oleh
siapapun, sebagai sarana untuk mencetuskan gagasan-gagasan yang baru atau
pemecahan masalah yang memerlukan kreativitas tertentu, dan sebagai wahana sosialisasi
serta pelaksanaan keputusan yang rumit.
Fungsi kelompok individual yang
didasarkan bahwa setiap individu memiliki beraneka macam kebutuhan, dan
kelompok dapat memenuhi kebutuhan yang meliputi pemenuhan kebutuhan
persahabatan, dukungan, dan kasih sayang, sebagai sarana untuk mengembangkan,
meningkatkan, dan menegaskan rasa identitas dan memelihara harga diri, sebagai
sarana untuk menguji kenyataan sosial melalui diskusi dengan orang lain,
pengembangan perspektif, dan konsensus bersama yang dapat mengurangi
keragu-raguan dalam lingkungan sosial sehingga dapat diambil sebuah keputusan.
2.2.2. Ciri
– Ciri Utama Kelompok
Penelitian mendalam mengenai
sifat-sifat dan hasil-hasil interaksi dalam kehidupan (empat) cirri
kelompok yaitu :
1.
Terdapat
dorongan (motif) yang sama pada individu-individu yang menyebabkan terjadinya
interaksi di antaranya ke arah tujuan yang sama.
2.
Terdapat
akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu-individu yang satu
dari yang lain berdasarkan reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapan-kecakapan yang
berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya. Oleh karea itu, lambat
laun mulai terbentuk pembagian tugas serta struktur tugas-tugas tertentu dalam
usaha bersama untuk mencapai tujuan yang sama itu. Di sisi lain, terbentuk pula
norma-norma yang kkhas Dalam interaksi kelompok kearah tujuannya sehinggga
mulai terbentuk kelompok sosial dengan cirri-ciri yang khas.
3.
Pembentukan
dan penegasan strukutr (organisasi) kelompok yang jelas dan
terdiri atas peranan-peranan dan kedudukan hierarkis yang lambat laun
berkembang dengan sendirinya dalam usaha pencapaian tujuan. Terjadi pembatasan
yang jelas antara usaha-usaha dan orang yang termasuk ingroup serta
usaha-usaha dan orang outgroup.
4.
Terjadinya
penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku
anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok
dalam merealisasikan tujuan kelompok. Norma-norma dan pedoman tingkah laku ini
sebagaiman juga struktur pembagian tugas anggotanya merupakan norma dan struktur
yang khas bagi kelompoknya itu.
2.2.3.
Manfaat Kelompok bagi Organisasi
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari adanya kelompok baik
di dalam maupun di luar satuan organisasi, antara lain:
1.
Kelompok
merupakan alat perjuangan bagi anggotanya.
2.
Kelompok
dapat digunakan untuk meningkatkan inovasi dan kreatifitas.
3.
Kelompok
lebih baik daripada perorangan dalam pengambilan keputusan yang mengangkut
orang banyak
4.
Anggota
kelompok dapat memperoleh keuntungan dari pelaksanaan pengambilan keputusan.
5.
Kelompok
dapat mengendalikan dan mendisiplinkan anggotanya dibanding dengan mereka yang
tidak masuk dalam kelompok
6.
Kelompok
membantu menangkis pengaruh – pengaruh negative dari meningkatnya organisasi
yang semakin besar.
7.
Kelompok
adalah fenomena alami di dalam organisasi. Perkembangannya yang spontan tidak
dapat dihalangi, dan dibutuhkan oleh para anggota sebagai alat untuk mencapai
tujuan.
2.3. Syarat Pembentukan Kelompok
Kumpulan
individu-individu yang mempunyai hubungan tertentu yang membuat mereka saling bergantung
satu sama lain dalam ukuran-ukuran yang bermakna atau dengan kata lain memiliki
hubungan tertentu yang bermakna. Sekumpulan individu dikatakan sebagai kelompok
apabila memiliki syarat - syarat sebagai berikut :
- Keanggotaan yang jelas,
teridentifikasi melalui nama atau identitas lainya.
- Adanya kesadaran kelompok sebagai
anggota, (memiliki kesatuan persepsi).
- Suatu perasaan mengenai adanya
kesamaan tujuan atau sasaran.
- Saling ketergantungan dalam upaya
pemenuhan kebutuhan untuk mencapai tujuan.
- Saling interaksi, berkomunikasi untuk
bereaksi terhadap anggota lainnya.
- Merupakan satu kesatuan organisasi
yang tunggal dalam mencapai tujuan kelompok dengan terbentuk struktur
kelompok.
2.3.1. Alasan Mengapa Orang Membentuk Kelompok
Menurut (Gibson dkk, 1989, 205-207,
Marvin E.Shaw, 1981, 81-97)
1) Pemuasan Kebutuhan
Hasrat untuk mendapatkan kepuasan dari terpenuhinya
kebutuhan dapat merupakan daya motivasi yang kuat dalam pembentukan kelompok.
2) Keamanan
Individu yang berada dalam kelompok bisa mengurangi
rasa tidak aman karena sendirian. Individu akan merasa lebih kuat, percaya
diri, dan tahan terhadap ancaman.
3) Sosial
Keinginan untuk termasuk dalam kelompok dan menjadi
anggota kelompok menunjukkan kebutuhan
sosial semua orang.
4) Penghargaan
Dalam lingkungan tertentu, suatu kelompok yang
bergengsi tinggi karena berbagai macam alasan (missal; keahlian, teknis,
kegiatan di luar, dsb).
5) Kedekatan dan Daya Tarik
Kedekatan adalah jarak fisik antara para karyawan yang
melaksanakan pekerjaan , sedangkan daya tarik adalah menunjukkan daya tarik
orang yang satu dengan lainnya karena mereka mempunyai kesamaan
persepsi,sikap,hasil karya atau motivasi.
6) Tujuan Kelompok
Untuk mencapai tujuan kelompok dan menyelesaikan tugas
dibutuhkan lebih dari satu atau dua orang. Ada kebutuhan mengumpulkan bakat,
pengetahuan, atau kekuasaan untuk menyelesaikan pekerjaan.
7) Alasan Ekonomi
Motif ekonomis menyebabkan
terbentuknya kelompok, karena mereka menganggap akan memperoleh keuntungan
ekonomis yang lebih besar dari pekerjaan mereka, jika mereka membentuk
kelompok.
2.3.2.
Tahapan-tahapan
Pembentukan Kelompok
Pembentukan
kelompok merupakan salah satu langkah awal terjadinya interaksi antar individu
satu dengan yang lain, karena dengan terjadinya proses pembentukan kelompok
akan terpenuhi kebutuhan dalam berkelompok. Pembentukan sebuah kelompok dapat
diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama
dalam memenuhi kebutuhannya. Proses pembentukan kelompok dimulai dari adanya
perasaan/persepsi yang sama untuk memenuhi kebutuhan, dari perasaan ini akan
muncul motivasi dalam memenuhi kebutuhan, kemudian menetukan tujuan yang sama
dan akhirnya terjadi interaksi, sehingga terwujudlah sebuah kelompok.
Pada
tahap awal pembentukan kelompok ini akan ditentukan kedudukan masing-masing
individu, siapa yang menjadi ketua dan siapa yang menjadi anggotanya. Dalam
perjalanan kelompok akan terjadi interaksi antar anggota yang memungkinkan
terjadinya perpecahan (konflik), tapi konflik ini biasanya bersifat sementara
karena manfaat kelompok ini lebih besar, maka anggota akan menyesuaikan diri
karena kepentingan bersama dan setelah itu perubahan kelompok akan mudah
terjadi. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat proses
pembentukan kelompok :
a)
Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan
mempunyai kemampuan yang berimbang, apabila ada anggota yang mempunyai tingkat
intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi
mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang
mencolok.
b)
Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang
akan memotivasi setiap anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat, dalam
mencapai tujuan kelompok.
c)
Tujuan
Pembentukan kelompok diantaranya
adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan
menggunakan metode diskusi ataupun kerjasama, seahingga di sini suatu kelompok
memiliki tujuan yang sama dengan tujuan anggotanya.
d)
Organisasi
Pengorganisasian dimaksudkan
untuk mempermudah koordinasi, sehingga penyelesaian masalah kelompok menjadi
lebih efektif dan efisien.
e)
Independensi
Kebebasan merupakan hal penting
dalam dinamika kelompok, yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan
anggota kelompok dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Kebebasan disesuaikan
dengan aturan yang berlaku dalam kelompok, sehingga tidak mengganggu proses kelompok.
f)
Interaksi
Interaksi/hubungan timbal balik
antar anggota kelompok merupakan syarat yang penting dalam kelompok, karena
dengan adanya interaksi/hubungan timbal balik akan ada proses memberi dan
menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota ke anggota yang lain, sehingga
transfer ilmu dapat berjalan (kebutuhan akan informasi terpenuhi).
Model pembentukan suatu kelompok
pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman pada 1965. Teori ini
dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan
banyak ide-ide lain setelah konsep ini dicetuskan. Teori ini memfokuskan pada
cara suatu kelompok menghadapi suatu tugas mulai dari awal pembentukan kelompok
hingga proyek selesai.
Selanjutnya
Tuckman menambahkan tahap kelima yaitu adjourning dan transforming untuk
melengkapi teori ini.
a. Tahap Forming
Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan
tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki
itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya.
Waktu banyak dihabiskan untuk merencanakan, mengumpulkan infomasi dan
mendekatkan diri satu sama lain.
b. Tahap Storming
Pada tahap ini kelompok mulai
mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas yang mereka hadapi. Mereka
membahas isu-isu semacam masalah apa yang harus mereka selesaikan, bagaimana
fungsi mereka masing-masing dan model kepemimpinan seperti apa yang dapat
mereka terima.
Anggota kelompok saling terbuka dan
mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa
kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa kelompok yang mandek pada tahap ini.
Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Tahap ini
bisa saja menyakitkan bagi anggota kelompok yang menghindari konflik. Anggota
kelompok harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang ada.
c. Tahap Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus
antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Kelompok mulai
menemukan haromoni seiring dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai
aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan. Pada tahap ini, anggota kelompok
mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi
penting masing-masing anggota untuk kelmpok.
d. Tahap Performing
Kelompok pada tahap ini dapat berfungsi
dalam menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang
tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling tergantung satu
sama lainnya dan mereka saling respek dalam berkomunikasi. Supervisor dari
kelompok ini bersifat partisipatif. Keputusan penting justru banyak diambil
oleh kelompok.
e. Tahap Adjourning dan Transforming
Ini adalah tahap yang terakhir dimana
proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada
tahap manapun ketika mereka mengalami perubahan (transforming). Misalnya jika
ada review mengenai goal ataupun ada perubahan anggota kelompok.
2.4. Sumber Kelompok
Tingkat
prestasi potensial sebuah kelompok sebagian besar tergantung pada sumber daya
yang dibawa anggota – anggotanya secara pribadi kedalam kelompok.
a. Kemampuan
Menetapkan parameter bagi apa yang dapat dilakukan anggota dan bagaimana
efektifnya mereka akan dalam sebuah kelompok.
b. Ciri – Ciri Kepribadian
Besarnya pengaruh setiap satu ciri adalah kecil, tetapi menggabungkan cirri
– cirri kepribadian, akibatnya bagi para pelaku kelompok sangat berarti.
2.5. Karakteristik Kelompok
Ada
dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma dan peran. Yang
akan dibahas dalam tulisan ini adalah tentang norma. Norma adalah persetujuan
atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berperilaku
satu dengan lainnya. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial,
prosedural dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara para nggota
kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana
kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat
keputusan.
Beberapa ahli mengatakan bahwa
dalam suatu kelompok terdapat ciri – ciri, yaitu :
1. Terdiri dari 2 orang atau lebih
2. Adanya interaksi yang terus menerus
3. Adanya pengembangan identitas kelompok
4. Adanya norma – norma kelompok
5. Adanya diferensiasi peran
6. Peran yang saling tergantung
7. Produktivitas bertambah atau meningkat
8. Saling membagi tujuan yang sama
1. Terdiri dari 2 orang atau lebih
2. Adanya interaksi yang terus menerus
3. Adanya pengembangan identitas kelompok
4. Adanya norma – norma kelompok
5. Adanya diferensiasi peran
6. Peran yang saling tergantung
7. Produktivitas bertambah atau meningkat
8. Saling membagi tujuan yang sama
2.6.
Dasar-dasar
Daya Tarik Antar Orang (Interpersonal Attraction)
1)
Kesempatan untuk
Berinteraksi
Dasar pokok yang amat
penting dari daya tarik antarindividu dan pembentukan kelompok adalah secara
sederhana karena adanya kesempatan berinteraksi satu sama lain. Hal ini dapat
di pahami secara jelas, bahwa orang yang jarang melihat, atau berbicara satu
sama lain sulit dapat tertarik. Hasil-hasil penelitian membuktikan bahwa faktor
lingkungan juga merupakan penentu untuk menaikkan atau mengurangi kesempatan
berinteraksi. Kesempatan berinteraksi dan yang di hubungkan dengan faktor
lingkungan ini dapat dibedakan atas :
a. Hal-hal yang
berhubungan dengan jarak fisik (Physical Distance)
Dengan demikian orang yang
bertempat tinggal atau bertempat kerja berdekatan satu sama lain akan
berkesempatan besar untuk berinteraksi satu sama lain dan berkemungkinan
membentuk suatu kelompok.
b. Jarak psikologis
dan arsitektur (Architecture and psychological distance)
Jarak fisik bukan
satu-satunya halangan dari interaksi sosial. Seperti desain arsitektur yang
membuat ruang kerja pintunya mengarah ke ruang pusat kerja, seperti tempat
pertemuan rapat, atau ruang tunggu elevator, ruangan yang semacam inilah yang
memberikan kesempatan yang baik bagi karyawan untuk saling berinteraksi satu
sama lain.
2)
Status
Status merupakan salah satu
faktor yang menentukan pula dalam daya tarik antar individu. Ada dua tendensi
di bidang status ini yakni:
1.
Seseorang
tertarik pada orang lain karena ada kesamaan status.
2.
Seseorang itu
lebih suka berintegrasi dengan orang lain yang mempunyai
status lebih tinggi.
3)
Kesamaan Latar Belakang
Latar belakang yang sama
merupakan salah satu faktor penentu dari proses daya tarik individu untuk
berinteraksi satu sama lain. Misalnya usia, agama, pendidikan, ras, dan status
sosial seseorang akan memudahkan untuk menemukan daya tarik berinteraksi satu
sama lain.
4)
Kesamaan Sikap
Kesamaan sikap ini sebenarnya pengembangan lebih lanjut dari kesamaan latar
belakang. Orang-orang yang mempunyai kesamaan latar belakang. Orang-orang yang
mempunyai kesamaan latar belakang nampaknya mempunyai kesamaan pengalaman, dan
orang yang mempunyai kesamaan pengalaman ini lebih memudahkan untuk
berinteraksi dibandingkan orang yang tidak mempunyai kesamaan pengalaman. Daya
tarik orang-orang yang berinteraksi yang disebabkan karena kesamaan sikap ini
dapat dilihat dalam pergaulan-pergaulan :
- Antara mahasiswa
- Orang bertetangga
- Teman sejawat
- Pasangan yang sudah kawin
- Tentara
- Buruh suatu pabrik dll.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kelompok (group) menurut Robbins (1996)
mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan
salin bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu.
Sementara menurut Gibson, memandang berdasarkan
4 kelompok perspektif, yaitu:(1). Dari sisi persepsi, yang mengutamakan
interaksi. (2). Dari sisi organisasi, yang menganggap kelompok adalah sistem
organisasi. (3). Dari sisi motivasi, setiap individu wajib menghargai satu sama
lain. (4). Dari sisi interaksi, penekanan pada interaksi personal yaitu
komunikasi dengan cara tatp muka. Melalui
beberapa pandangan tersebut, Gibson menyimpulkan bahwa yang disebut
kelompok itu adalah kumpulan individu dimana perilaku dan atau kinerja satu
anggota dipengaruhi oleh perilaku dan atau prestasi anggota yang lainnya.
Pembentukan kelompok
dalam sebuah organisasi baik sengaja ataupun tidak sengaja, diperlukan bagi
organisasi. Kelompok yang sengaja dibentuk oleh organisasi contonya adalah
kelompok formal. Kelompok formal terbentuk karena adanya struktur organisasi.
Organisasi mempunyai persyaratan teknis yang timbul dari tujuannya, pencapaian
tujuan tersebut memerlukan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Akibatnya
pembentukan anggota kelompok didasarkan posisi mereka dalam organisasi.
Sedangkan pembentukan kelompok secara tidak sengaja adalah kelompok informal.
Di dalam organisasi kelompok informal muncul melalui interaksi para anggota
organisasi. Perkembangan kelompok ini berhubungan dengan norma perilaku mereka
sendiri. Tipe-tipe kelompok formal adalah (1). Kelompok Komando (commando group); (2). Kelompok Tugas (task group). Tidak hanya kelompok
formal yang memiliki tipe kelompok, kelompok informal juga terdiri dari: (1). Kelompok
kepentingan (interest group); (2)
kelompok persahabatan (friendship group).
Fungsi kelompok dibagi menjadi dua yaitu, fungsi organisasi
formal dan fungsi kebutuhan individual. Fungsi kelompok formal sebagai sarana
untuk mengerjakan tugas-tugas. Fungsi kelompok individual yang didasarkan bahwa
setiap individu memiliki beraneka macam kebutuhan, dan kelompok dapat memenuhi
kebutuhan sosial bermasyarakat. Ciri-ciri utama yang ada pada kelompok, yaitu:
(1)Terdapat dorongan (motif); (2). Terdapat timbal balik terhadap interaksi;
(3). Pembentukan dan penegasan struktur organisasi; (4). Terjadinya penegasan
terhadap norma-norma berperilaku sebgai pedoman.
Beberapa individu yang
berkumpul, bisa dikatakan sebagai kelompok bila memiliki syarat-syarat terbentuknya
kelompok. Syarat-syarat ini antara lain: keanggotaan yang jelas, sadar sebagai
anggota kelompok, memiliki satu kesaamaan tujuan, saling ketergantungan antar
anggota lainnya, terjadinya interaksi dalam kelompok, kelompok yang muncul
berada dalam satu kesatuan tunggal organisasi. Adapun alasan mengapa individu
membentuk suatu kelompok, yaitu untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan
sosial ini antara lain: keamanan, sosial, penghargaan.
3.2. Studi
Kasus
KESALAHAN BERKOMUNIKASI PADA RAPAT
PEMUDA KARANG TARUNA
Komunikasi
merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari,
seseorang tidak bisa terlepas dari komunikasi. Komunikasi adalah pertukaran
informasi antara dua individu atau lebih yang bertujuan untuk memberi dan
menerima informasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan lisan maupun isyarat.
Namun, seringkali komunikasi dapat mengakibatkan konflik antara individu maupun
kelompok yang bersangkutan. Sebagai contoh kesalahan komunikasi dalam
organisasi pemuda desa atau sering disebut organisasi Karang Taruna. Organisasi
yang beranggotakan pemuda ini, sering mengadakan rapat rutin untuk membahas
rencana-rencana maupun membahas suatu kegiatan yang dilakukan maupun yang akan
dilakukan. Rapat rutin yang biasa diadakan setiap bulan sekali, pastilah ada
komunikasi didalamnya saat rapat tiba. Pembahasan-pembahasan atau
pendapat dari seseorang tertentu harus benar-benar diperhatikan.
Tak sedikit yang bisa kita jumpai,
konflik-konflik yang menimpa anggota karang taruna hanya diakibatkan dari
komunikasi yang belum tertata dengan baik dan kesalahpahaman dalam menerima
informasi. Didalam rapat rutin karang taruna, membahas juga beberapa masalah
dalam lingkungan yang harus diselesaikan. Seorang ketua karang taruna akan
menginformasikan masalah-masalah atau bahan pembahasan dalam rapat itu dan
membutuhkan tanggapan atau pendapat dari anggota.
Tak jarang komunikasi untuk berpendapat maupun
menerima pendapat menimbulkan masalah tersendiri dikalangan antar
individu maupun dengan anggota-anggota yang lainnya. Ada beberapa kata atau
kalimat yang sering diucapkan namun terkesan memaksa. Jadi anggota yang lainnya
merasa ada sebuah keterpaksaan yang harus dilaksanakan. Misalkan dalam bahasa
jawa seseorang sering berkata “pokok’e” atau “pokoknya”. Kata-kata itu kesannya
memaksakan kehendak, dan mengakibatkan anggota yang lain tidak enak untuk
mendengarkan pembicaraannya yang lain.
Bila seseorang tidak bisa menerima pendapat yang
juga kurang bisa dikemas dengan baik itu, maka orang itu juga akan merespon tanggapan
itu dengan nada-nada yang tidak enak didengar. Seringkali pembicaraan
jadi sangat memanas saat anggota lain menanggapinya dengan emosi. Namun, ketika
hal itu terjadi akan ada peringatan dari anggota yang lainnya yang mungkin bisa
diredakan. Ada juga seseorang yang karena emosinya terlalu tinggi dan
menciptakan komunikasi atau pembicaraan yang tidak pantas untuk diucapkan, ia
akan dibawa teman-temannya kuluar dari rapat. Bisa juga orang itu yang malah
langsung meninggalkan rapat dengan meninggalkan kata-katanya yang mengandung
emosi tinggi.
Konflik komunikasi tersebut tidak
hanya akan terjadi selama rapat, namun akan berturut-turut bermasalah
dengan lawan bicara dalam rapat tersebut. Entah beberapa hari, minggu, maupun
hitungan bulan. Mereka akan saling diam, tidak melihat dan menganggap tidak ada
seseorang yang berkonflik dengan orang itu dengan memasang muka wajah yang
sengit. Bila tidak ada pihak yang mengalah, maka tidak ada perdamaian
didalamnya. Itulah masalah akibat berkomunikasi yang kurang efektif dan
kesalahpahaman yang sering dialami oleh rapat rutin karang taruna yang
seharusnya bertujuan bermusyawarah untuk mencapai mufakat.
Analisa Kasus
Ada banyak
faktor yang melatarbelakangi kesalahan dalam berkomunikasi baik mengemukakan
pendapat maupun menerima pendapat. Beberapa analisa yang dapat diambil yaitu :
1. Perbedaan pendirian dan perasaan
antar individu Setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda.
Perbedaan tersebut terhadap suatu hal dalam lingkungan dapat menimbulkan
konflik sosial.
2. Perbedaan latar belakang setiap
individu Latar belakang setiap individu berbeda-beda. Ada yang hidup dalam
keluarga miskin maupun kaya. Ada yang hidup dalam keluarga berpendidikan, dan
lain sebagainya. Latar belakang itulah yang dapat membawakan perasaan
yang memicu konflik.
3. Perbedaan sifat dan watak Sifat dan
watak memang bawaan dari kelahiran seseorang dan berbeda-beda dengan individu
yang lain. Itu tidak bisa diubah, namun bisa disikapi dengan baik, agar tidak
menimbulkan konflik.
4. Mengemukakan pendapat yang kurang
bisa dikemas dengan komunikasi yang baik Komunikasi yang kurang dikemas dengan
baik dan belum tertata, dapat memicu konflik yang bermula dari kesalahpahaman
saja.
5. Kurangnya pengetahuan Kurangnya
pengetahuan akan topik bahasan maupun pengetahuan tentang berkomunikasi dengan
baik, dapat menimbulkan salah paham dan konflik bila tidak berhati-hati dengan
apa yang diucapkan dan menangkap informasi yang kurang jelas.
6. Menanggapi tanggapan yang disertai
emosi atau kontrol emosi yang kurang baik Kontrol emosi sangat penting dalam
musyawarah, apalagi dalam menghadapi banyak orang. Tidak setiap orang mudah
mengontrol emosinya. Suatu tanggapan yang disertai emosi inilah yang dapat
memicu banyak konflik.
Solusi Yang
Dapat Diberikan Banyak solusi yang bisa diberikan dari kegagalan berkomunikasi
dalam rapat atau musyawarah ini. Baik saat konflik terjadi langsung bisa
diselesaikan, maupun dengan tahapan-tahapan :
1. Menciptakan suasana kondusif dan
santai dalam musyawarah. Tidak ada ketegangan suasana dan sedikit menciptakan
suasana lucu atau lelucon. Hal ini akan membawa keyamanan disetiap anggotanya
dan akan santai mengikuti musyawah dengan baik.
2. Tidak memaksakan kehendak dikalangan
individu. Mampu menghargai dan menerima pendapat orang lain, yang
kemudian akan dipertimbangkan bersama-sama dalam musyawarah tersebut untuk
mencapai hasil yang terbaik.
3. Memiliki sikap perhatian antar
individu. Bisa mengerti perasaan orang lain, misalkan “jika aku menjadi dia dan
jika dia menjadi aku”. Saling menyadari perbedaan perasaan satu
4. sama lain.
5. Mengerti sifat dan watak orang lain,
agar kita mampu menyikapinya dengan baik.
6. Mampu mengontrol emosi dengan baik.
Sabar dalam menerima pendapat yang mungkin kurang berkenan. Menanggapi dengan
emosi tidak menyelesaikan masalah, namun hanya akan menimbulkan masalah lagi.
7. Memperjelas dan mempertegas suatu
informasi yang mungkin kurang bisa dipahami oleh anggota yang lainnya. Sedapat
mungkin dijelaskan dengan baik, sabar, dan meyakinkan individu yang lain.
8. Jika ada konflik antar individu
didalamnya dapat diselesaikan dengan pihak ketiga, atau bantuan dari
teman-teman anggota. Dapat mengadakan forum kembali untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang ada pada anggotanya.
9. Memotivasi orang lain dengan
dorongan-dorongan yang akan menguatkan dia saat menghadapi masalah dengan lawan
bicara.
DAFTAR
PUSTAKA
Sigit, Soehardi. 2003. Perilaku Organisasional. BPFE UST:
Yogyakarta.
Robins.P.Stephen.
PRINSIP-PRINSIP PERILAKU ORGANISASI, Erlangga.
Jakarta. 2002
Gibson,
Ivancevich, Donnelly. 1997. Organisasi: Perilaku,
Struktur, Proses Jilid 1
dan 2. Binarupa
Aksara: Jakarta.
Amirullah, dkk. 2000.
Perilaku Organisasi. Bayumedia:
Malang.
Seta Basri. 2011. Kelompok dan Tim dalam Organisasi.
(Online),
Suparyanti, R. 2008.
Handout Komunikasi Kelompok.
Tyastuti, dkk., 2008,
Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan,
Yogyakarta: Fitramaya.
Wiryanto, 2004. Ilmu Komunikasi. PT Gramedia,
Jakarta
“KELOMPOK DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL KARYAWAN”
Disusun Untuk Memenuhi Salah
Satu Tugas Mata Kuliah
Interpersonal Employeement Relation
Disusun Oleh :
Kelompok
4
Margaretha Widi Utami 8105117994
Moch. Mawarrizqi
S.A. 8105116563
Nur Risnanda
Oktaviani 8105117991
KONSENTRASI
PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN
EKONOMI DAN ADMINISTRASI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2015
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat
kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran
yang benar yaitu agama Islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Interpersonal Employeement Relation yang berjudul “Kelompok dan Hubungan Interpersonal
Karyawan” ini dengan lancar.
Makalah
Interpersonal Employeement Relation mengenai Kelompok ini kami susun
guna memenuhi tugas mata kuliah Interpersonal Employeement Relation yang
diberikan oleh Ibu Susan Febriantina, S.Pd, M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Interpersonal Employeement Relation.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Susan
Febriantina, S.Pd, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Interpersonal Employeement
Relation yang telah memberikan pengajaran kepada kami, serta kepada teman-teman
yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Namun,
makalah Interpersonal Employeement Relation tentang Kelompok ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Jakarta,
Maret 2015
Penyusun
|
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR …......………………………………………………… i
DAFTAR
ISI …......…………………………………………………............... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang……………………………………………….……… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………… 2
1.3 Tujuan………………………………………………………………. 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kelompok……………………………………………….. 3
2.2 Tipe
– Tipe Kelompok………………………………………………. 4
2.2.1 Fungsi – Fungsi Kelompok…………………………………….. 6
2.2.2 Ciri – Ciri Utama Kelompok………………………………….... 6
2.2.3 Manfaat Kelompok bagi Organisasi………………………........ 7
2.3 Syarat Pembentukann
Kelompok………………………………........ 8
2.3.1 Alasan Mengapa Orang Membentuk Kelompok……………… 8
2.3.2
Tahapan-tahapan Pembentukan
Kelompok…………………… 10
2.4 Sumber
Kelompok………………………………………………….. 13
2.5 Karakteristik
Kelompok…………………………………………...... 14
2.6 Dasar-dasar
Daya Tarik Antar Orang (Interpersonal Attraction) ................. 15
BAB
III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 17
3.2
Studi Kasus ………………………………………………………… 18
DAFTAR
PUSTAKA
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar