BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kegiatan
komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang paling banyak
dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak bangun tidur di pagi hari
sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar dari waktu kita digunakan
untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Dengan demikian kemampuan
berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling dasar. Akan tetapi dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mengalami perbedaan pendapat, ketidaknyamanan
situasi atau bahkan terjadi konflik yang terbuka yang disebabkan adanya
kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi seperti ini, manusia
baru akan menyadari bahwa diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana cara berkomunikasi
yang baik dan efektif yang harus dimiliki seorang manusia.
Efektifitas seorang
komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauh mana tujuan-tujuan tersebut
dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi adalah mendapat perhatian.
Jika pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya, maka usaha komunikasi
tersebut akan gagal. Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada pemahaman
pesan dan penerima. Jika penerima tidak mengerti pesan tersebut, maka tidaklah
mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi atau mempengaruhinya. Bahkan jika
suatu pesan tidak dimengerti, penerima mungkin tidak meyakini bahwa
informasinya benar, sekalipun komunikator benar-benar memberikan arti apa yang dikatakan.
Kemampuan berkomunikasi
interpersonal yang baik dan efektif sangat diperlukan oleh manusia agar dia
dapat menjalani semua aktivitasnya dengan lancar. Terutama ketika seseorang
melakukan aktivitas dalam situasi yang formal, misal dalam lingkungan kerja.
Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang adalah berhadapan langsung
dengan orang lain dimana sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan
komunikasi interpersonal.
Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka
dibutuhkan keahlian dalam berkomunikasi (communication skill). Dan
tidaklah semua orang memiliki communication skill. Banyak orang yang
berkomunikasi hanya mengandalkan gaya yang dipakai sehari-hari. Mereka
menganggap cara komunikasi yang mereka pakai sudah benar. Padahal kalau
dicermati masih banyak kesalahan dalam berkomunikasi.
B. Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini, akan dipaparkan
tentang masalah–masalah yang timbul dalam Komunikasi Interpersonal. Oleh karena itu, masalah pada
makalah ini adalah :
1.
Apakah yang dimaksud
dengan Komunikasi Interpersonal?
2.
Apakah tujuan dari
Komunikasi Interpersonal?
3.
Apa sajakah model-model
dalam Komunikasi Interpersonal?
4.
Bagaimana cara membuat
Komunikasi Interpersonal menjadi efektif?
5.
Apa sajakah ciri-ciri
dari Komunikasi Interpersonal?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui
pengertian dari Komunikasi Interpersonal
2.
Untuk mengetahui tujuan
dari Komunikasi Interpersonal
3.
Untuk mengetahui
model-model dalam Komunikasi Interpersonal
4.
Untuk mengetahui
keefektifitasan Komunikasi Interpersonal
5.
Untuk mengetahui
ciri-ciri dari Komunikasi Interpersonal
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal
adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untukmendapatkan umpan
balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media. Berdasarkan definisi ini
maka terdapat kelompok maya atau faktual (Burgon & Huffner, 2002). Contoh kelompok maya,
misalnya komunikasi melalui internet (chatting, facebook, email, etc.). Berkembangnya kelompok
maya ini karena perkembangan teknologi media komunikasi. Terdapat definisi lain
tentang komunikasi interpersonal, yaitu suatu proses komunikasi
yang bersetting pada objek objek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu stimulus (dalam hal ini: informasi/pesan) (McDavid & Harari).
Komunikasi
interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan
paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat
langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005, p.158-159).
Menurut
Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu
orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera
(Effendy,2003, p. 30).
Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah
komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat
dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73)
Menurut
Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar
komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif
dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya
yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator
mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi
dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif
atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada
komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
Dapat
disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi
antara komunikator dengan komunikan berupa percakapan dan di dalamnya terdapat
informasi yang ingin disampaikan, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan
lancar dan juga mendapatkan umpan balik dari proses komunikasi tersebut.
B. Tujuan
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa
tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain (Muhammad, 2004, p.
165-168) :
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal
adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan
interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita
maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan
kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri
kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan,
pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang
lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran,
dan tingkah laku kita.
b. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita
dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi
dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi
interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari
media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.
c. Membentuk dan
Menjaga Hubungan yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar
adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu
kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan
menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
d. Berubah Sikap dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah
sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh
menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru,
membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang
tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi
interpersonal.
e. Untuk Bermain dan Kesenangan
Bermain
mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan.
Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan,
berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya
hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan
melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan
yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di
lingkungan kita.
f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan
terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka
untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam
interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang
teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang
sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
C. Model
Komunikasi Interpersonal
Hubungan interpersonal
sendiri dibagi kedalam empat model. Model sendiri menurut B. Aubrey Fisher merupakan
analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan unsur, sifat,
atau komponen yang penting dari sebuah fenomena. Dengan kata lain model adalah
gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori.
Model
pertama adalah Model Pertukaran sosial (social exchange model) Dimana
didefinisikan secara singkat bahwa hubungan interpersonal diidentifikasikan
dengan transaksi dagang. Untuk memperoleh sesuatu ada harga yang arus dibayar
(cost-reward).
Model
hubungan interpersonal yang kedua adalah Model Peranan (role model). Dalam
model ini, hubungan interpersonal digambarkan sebagai panggung sandiwara.
Individu akan dipandan baik bila dapat memainkan perana sesuai ekspektasi lawan
hubungan. Bila individu tersebut bertindak jauh dari ekspektasi, maka hubungan
interpersonal cenderung akan menjadi lebih renggang.
Model
yang ketiga adalah Model Permainan (games people play model). Untuk
menjelaskan model ini digunakan analisis transaksional dimana manusia
diklasifikasikan dalam tiga karakter, yaitu kepribadian anak-anak, dewasa, dan
orang tua. Model hubungan transaksional keempat adalah Model Interaksional.
Model interaksional inilah yang akan saya jelaskan secara lebih mendalam.
Model
Interaksional Interaksi menurut KBBI (2001:438) didefinisikan sebagai hal
saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi, antar hubungan. Dan Model,
seperti yang telah disebutkan di atas merupakan gambaran untuk menjelaskan
sebuah teori. Model Interaksional dapat dipahami sebagai gambaran tertentu
untuk menjelaskan teori mengenai suatu bentuk hubungan antara satu pihak dengan
pihak lainnya yang saling melakukan aksi.
Dalam
model interaksional ini, suatu hubungan interpersonal didefinisikan sebagai
suatu sistem. Saya mengambil analogi sistem pencernaan manusia. Dalam sistem
tersebut, masing masing organ seperti mulut, kerongkongan, lambung, dan usus
harus dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik. Bila salah satu organ dalam
sistem mendapatkan gangguan, maka akan mengganggu kinerja organ lainnya.
Demikian
pula halnya dengan hubungan interpersonal yang terjadi antara satu pihak dengan
pihak lainnya. Suatu gangguan atau permasalahan pada satu pihak akan berengaruh
terhadap pihak lainnya. Model hubungan ini amat berbeda dengan model linier
dimana suatu hubungan (dalam bentuk komunikasi) hanya terdiri atas satu arah.
Model s-r menggambarkan hanya mengenai stimulus dan respon. Fokus kajian dalam
model s-r hanya sampai tahap dimana pihak penerima stimulus memberikan respon.
Model Interaksional yang memandang hubungan sebagai sebuah sistem menggambarkan
lebih jauh dari sekedar proses stimulus hingga keluarnya respon. Bila model
linier menggambarkan bahwa individu bersikap pasif, maka dalam model
interaksional ini digambarkan bahwa individu bersifat aktif.
Model
interaksional mengacu pada perspektif interaksionisme simbolik yang
dikembangakan oleh ilmuwan sosial untuk menjelaskan komunikasi. Beberapa konsep
penting dalam model interaksional ini adalah diri sendiri, orang lain, simbol,
makna, penafsiran, dan tindakan. Blumer sebagai tokoh penganut interaksional,
mengemukakan tiga premis yang menjadi premis model ini. Premis pertama
mngemukakan bahwa manusia bertindak sesuai makna yang diberikan kepadanya.
Pemis kedua mengatakan bahwa makna tersebut berhubungan langsung dengan interaksi
sosil yang dilakukan individu dalam lingkungannya. Premis yang ketiga
menyatakan bahwa makna diciptakan, dipertahankan, dan diubah melalui proses
penafsiran yang dilakukan individu dalam berinteraksi dengan sekitarnya.
Model
Interaksional menekankan bahwa individu yang melakukan hubungan sederajat satu
sama lain. Elemen yang juga penting diperhitungkan dalam model ini adalah feed
back atau umpan balik. Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita
berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga
menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita
tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari
segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan
interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat
persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. Model Pertukaran Sosial &
Analisis transaksional Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari
teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar
yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan
tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. Ganjaran yang
dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang
dari suatu hubungan. Ganjaran dapat
berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya.
Sedangkan suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan,
dankeruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan
efekefek tidak menyenangkan.
Haree
dan Lamb (1996) mendefinisikan teori analisis transaksional sebagai sesuatu
teori kepribadian dan tingkah laku sosial yang dipakai sebagai wahana untuk psikoterapi
dan perubahan sosial yang lebih umum. Konsep kepribadian dan prilaku sosial
dalam teori ini dipandang sebagai satu kesatuan dimana struktur kepribadian
seseorang diyakini akan mempengaruhi cara yang bersangkutan berinteraksi secara
social. Komunikasi atau tindakan membina hubungan dengan orang lain merupakan
wujud interaksi social. Karena alasan ini kemudian analisis transaksional
menempatkan tindakan komunikasi antar manusia sebagai bagian yang tak
terlepaskan. Menurut teori analisis transaksional, ketika dua lebih orang
bertemu, cepat atau lambat; salah satu dari mereka akan menyapa atau memberikan
indikasi lainnya atas kehadiran orang lain. Hal ini disebut “Stimulus
Transaksional”. Orang lain tersebut kemudian akan mengatakan atau melakukan
sesuatu yang berkaitan dengan stimulus yang diterima. Respon yang diberikan
orang lain tersebut dinamai “Tanggapan Transaksional”.Orang yang menyampaikan
stimulus disebut “agen” dan orang yang merespon disebut “Responden”.
D. Efektifitas
Komunikasi Interpersonal
Efektifitas
Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan
yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung
(supportiveness), sikap mendukung (supportiveness), dan kesetaraan (equality). ( Devito, 1997, p.259-264 )
a. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada
sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator
interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya
berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan
semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu
komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan
informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu
kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang
datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan
peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka
terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada
yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih
menyenangkan. Kita memperlihatkan
keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan”
perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini
adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang
milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan
tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti
orang pertama tunggal).
b. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan
empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami
orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata
orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain
atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti
orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang
sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi
dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik
secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan
empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui
ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi
komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3)
sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
c. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan
interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung
(supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya
Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam
suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan
bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3)
provisional, bukan sangat yakin.
d. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam
komunikasi interpersonal dengam
sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu
pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri
mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi
komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada
yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak
menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi
atau suasana interaksi.
e.
Kesetaraan
(Equality)
Dalam setiap situasi,
barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih
kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak
pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila
suasananya setara. Artinya, harus
ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih
dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai
kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan
tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku
verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain,
atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan
”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
E. Ciri-ciri Komunikasi
Interpersonal
Ada lima aspek yang merupakan ciri - ciri dari
komunikasi interpersonal, antara lain :
1.
Komunikasi
interpersonal biasanya terjadi secara spontan dan tanpa tujuan terlebih dahulu. Maksudnya, bahwa biasanya
komunikasi interpersonal terjadi
secara kebetulan tanpa rencana sehingga pembicaraan terjadi secara spontan.
2.
Komunikasi
interpersonal mempunyai akibat yang direncanakan maupun tidak terencana.
3.
Komunikasi
interpersonal biasanya berlangsung berbalasan. Salah satu ciri khas komunikasi interpersonal adalah adanya
timbal balik bergantian dalam saling
memberi maupun menerima informasi antara komunikator dan komunikan secara bergantian sehingga
tercipta suasana dialogis.
4.
Komunikasi
interpersonal biasanya dalam suasana kedekatan atau cenderung menghendaki keakraban. Untuk mengarh
kepada suasana kedekatan atau
keakraban tentunya kedua belah pihak yaitu komunikator dan komunikan harus berani membuka hati, siap
menerima keterusterangan
pihak lain.
5.
Komunikasi
interpersonal dalam pelaksanaannya lebih menonjol dalam pendekatan psikologis daripada unsur
sosiologisnya. Hal ini karena adanya unsur kedekatan atau keakraban yang
terbatas pada dua atau dengan paling
banyak tiga individu saja yang terlibat. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang lebih mudah terungkap dalam komunikasi tersebut.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Komunikasi
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Dengan melakukan komunikasi yang baik, maka segala urusan dan pekerjaan dapat
terlaksana dengan baik. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi
antara dua orang atau lebih, yang biasanya tidak diatur secara formal. Dalam
komunikasi interpersonal, setiap partisipan menggunakan semua elemen dari
proses komunikasi. Misalnya, masing-masing pihak akan membicarakan latar
belakang dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut.
Komunikasi
sangat penting bagi semua aspek kehidupan manusia. Dengan komunikasi manusia
dapat mengekspresikan gagasan, perasaan, harapan dan kesan kepada sesama serta
memahami gagasan, perasaan dan kesan orang lain. Komunikasi tidak hanya
mendorong perkembangan kemanusiaan yang utuh, namun juga menciptakan hubungan
sosial yang sangat diperlukan dalam kelompok sosial apapun. Komunikasi
memungkinkan terjadinya kerja sama sosial, membuat kesepakatan-kesepakatan
penting dan lain-lain. Individu yang terlibat dalam komunikasi memiliki latar
belakang sosial, budaya dan pengalaman psikologis yang berbeda-beda. Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih. Setiap
pihak dapat menjadi pemberi dan pengirim pesan sekaligus pada waktu yang
bersamaan.
- Saran
Berhubungan dengan isi makalah mengenai Komunikasi Interpersonal dalam Hubungan Interpersonal
Karyawan kami selaku penulis menyadari bahwa isi
makalah jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami selaku penulis membutuhkan
kritik dan saran seperti :
1. Perlunya
dorongan dan perhatian dari dosen pembimbing guna memperbaiki kekurangan dari
isi makalah yang diselesaikan penulis.
2. Kritik
dan saran bagi pembaca makalah ini yang sifatnya membangun guna perbaikan isi
makalah.
KASUS
Pasangan suami istri mengalami konflik dalam rumah
tangga.
Komunikasi yang terjadi tidak berjalan dengan baik.
Sang suami terlalu sibuk di kantor, sedangkan istrinya seorang ibu rumah
tangga. Sehingga istrinya merasa dilupakan, karena suaminya menganggap
pekerjaannya lebih penting dari pada urusan dirumah.
Analisislah
kasus tersebut dan berilah tanggapan bagaimana komunikasi interpersonal dapat
berjalan dengan baik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar