Kamis, 21 November 2013

SUBJEK DAN SASARAN EVALUASI

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.
Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir. Kedua, dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.[1]
Kita sebagai calon guru ingin mengetahui apa hasil usaha kita bagi murid. Apakah murid itu bias berubah kea rah yang di inginkan dan di cita-citakan, apakah pengajaran yang kita berikan menemui sasaran atau tidak, apakah bahan yang kita ajarkan telah di kuasai sampai taraf yang ideal atau belum, apakah sikapnya lebih positif terhadap nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat atau tidak, untuk itu kita perlu mengadakan evaluasi atau penilaian dengan mengumpulkan keterangan-keterangan secara sistematis tentang pengaruh usaha kita untuk di analisa agar dapat di ketahui apakah dan sampai manakah tujuan pelajaran telah tercapai.
Dengan demikian kita mengetahui kebaikan dan kekurangan usaha kita yang memperkaya pengalaman kita sebagai calon pengajar yang dapat kita gunakan untuk masa-masa mendatang dengan anggapan bahwa keberhasilan sekarang juga akan memberi hasil murid-murid yang baik di kemudian hari.[2]

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan subjek evaluasi?
2.      Apa yang dimaksud dengan objek evaluasi?
3.      Apa yang dimaksud dengan sasaran evaluasi?
C.    TUJUAN
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan subjek evaluasi?
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan objek evaluasi?
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sasaran evaluasi?




























BAB II
PEMBAHASAN

A.    SUBJEK EVALUASI
Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang disebut subjek evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku. Sebagai contoh adalah sebagai berikut:[3]
a.       Untuk melaksanakan evaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian maka sebagai subjek evaluasi adalah guru.
b.      Untuk melaksanakan evaluasi sikap yang mengutamakan sebuah skala maka sebagai subjeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk, dengan didahului oleh suatu latihan melaksanakan evaluasi tersebut.
c.       Untuk melaksanakan evaluasi terhadap kepribadian dimana menggunakan sebuah alat ukur yang sudah distandarisasikan maka subjeknya adalah ahli-ahli psikologi. Di samping alatnya yang harus bersifat rahasia maka subjek evaluasi haruslah seorang yang betul-betul ahli karena jawaban dan tingkah laku orang yang di tes harus diinterpretasikan dengan cara tertentu.
Tidak setiapa orang dapat menafsirkan jawaban tes kepribadian ini, sehingga hanya orang yang telah mempelajari tes secara mendalam saja yang dapat melakukannya. Demikian juga dengan tes intelegensi, subjek pelakunya harus seorang ahli.
Dalam keterangan ini, pelaksana evaluasi dikategorikan sebagai subjek evaluasi. Ada pandangan lain yang disebut subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang yang dievaluasi. Dalam hal ini yang dipandang sebagai objek adalah mata pelajarannya, misalnya: prestasi matematika, kemampuan membaca, kecepatan lari, dan sebagainya. Pandangan lain lagi mengklasifikasikan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai subjek evaluasi.

B.     OBJEK EVALUASI
Yang dimaksud dengan sasaran atau objek evaluasi pendidikan adalah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan yang dijadikan titik pusat perhatian atau pengamatan karena pihak penilai ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut. Apapun yang ditentukan oleh evaluator atu penilai untuk dievalusi, itulah yang disebut dengan objek evaluasi.
Pada waktu evaluator ingin menilai berat badan siswa, maka yang menjadi objek evaluasi adalah berat badan siswa, sedangkan angka yang menunjukan berapa berat badan siswadimaksud, misalnya 34 kilogram, 40 kilogram, dan sebagainya adalah hasil evaluasi. Jika evaluator ingin menilai keterampilan siswa dalam menggunakan thermometer, maka yang menjadi objek evaluasi adalah benar tidaknya gerakan tangan siswa ketika memegang alat, bagaimana siswa meletakkan thermometer di badan anak yang diukur suhunya, kemampuan siswa untuk menentukan berapa lama thermometer di letakkan di bagian badan, kemudian juga kemampuan siswa dalam membaca skala yang ada pada thermometer. Gamabran tentang benar tidaknya menggunakan thermometer adalah hasil evaluasi.
Dengan masih menggunakan diagram trnsformasi pada materi sebelumnya, maka yang menjadi objek evaluasi adalah semua unsur atau komponen yang ada dalam transformasi tersebut. Agar diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang mutu dan kebenaran kinerja transformasi, maka yang dijadikan objek evaluasi adalah semua aspek yang terkait dengan kinerja transformasi, yaitu: (1) masukan mentah, (2) masukan instrumental, (3) masukan lingkungan, (4) proses transformasi itu sendiri, dan (5) keluaran, yaitu hasil dari transformasi.

Masukan Mentah sebagai Objek Evaluasi
Dalam transformasi pembelajaran, siswa bertugas sebagi objek didik. Ahli-ahli pendidikan angkatan lama berpendapat bahwa siswa adalah objek pendidikan. Kini pendapat seperti itu ditentang oleh ahli-ahli pembaharu. Dalam kegiatan pendidikan siswa adalah subjek yang aktif, bukan sekedar objek pasif yang dapat diperlakukan dan diarahkan menurut kehendak. Dalam berbicara tentang objek evaluasi ini mungkin ada pembaca yang terkacaukan pengertianya. Siswa yang dalam proses pembelajaran berstatus sebagai subjek, dalam evaluasi dia merupakan objek evaluasi, karena dicermati untuk diketahui kinerja ketika mengikuti pembelajaran. Sekali lagi jangan keliru.
Dalam proses pendidikan, siswa berstatus sebagai subjek didik-siswa aktif belajar.
Dalam evaluais, kinerja siswa berstatus sebagai objek evaluasi-kinerja siswa dicermati dan diperhatikan oleh evaluator.
Aspek-aspek yang menjadi objek evalusi yang berkenaan dengan siswa sebagai masukan mentah, masukan instrumental, dan masukan lingkungan dapat dikembangkan dari apa yang sudah disampaikan pada materi sebelumnya. Apabila evaluator meras kurang tepat atau masih menginginkan hal-hal yang dievalusi, silahkan mendaftar lagi hal-hal yang menurut kebutuhan.
Beberapa hal yang perlu dibicarakan dalam objek evalusi adalah: (a) penilaian dalam KBK, dan (b) penilaian tiga ranah psikologis.

a.      Penialian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Sejalan dengan tuntutan kebijakan baru tentang KBK yang mulai diujicobakan tahun 2001 di beberapa sekolah, dan direncanakan oleh Depdiknas mulai diberlakukan tahun 2004, tentu saja objek atau sasaran evaluasi menjadi lain. Dalam buku Pedoman Penilaian Berbasis Kompetensi disebutkan bahwa kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang dikembangkan berdasarkan pada kompetensi lulusan (untuk satu kali pembelajaran, bukan lulusan, tetapi produk hasil pembelajaran saat itu). Dalam Kpemendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045?U?2002 dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh  tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu untuk mayarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Pengertian yang disebutkan dalam UU tersebut masih terlalu luas dan perlu penjelasan yang disampaikan secara sederhana. Secara singkat dan mudah dimengerti bahwa kompetensi adalah kemampuan. Definisi operasional yang tepat dan rinci untuk kata “kompetensi” (lulusan maupun keluaran sementara) sebetulnya susah dirumuskan, tetapi lebih mudah dipahami. Wujud dari pemilikan kompetensi seseorang dapat diketahui dari kinerja orang tersebut ketika menjawab pertanyaan atau melakukan sesuatu. Bagi seorang siswa yang bersangkutan setelah yang bersangkutan mengikuti proses pendidikan tertentu.

b.      Penilaian Tiga Ranah Psikologis
Menurut teori yang dikemukakan oleh Bloom, ada tiga ranah dalam rekaan psikologis manusia yang dapat diamati oleh evaluator, yaitu (1) aspek kognitif yang sudah dikenal dan dilakukan penilaiannya, (2) aspek afektif yang menunjukkan pemilikan nilai dan sikap siswa, dan (3) aspek motorik atau keterampilan.  Di Australia ada satu aspek lain yang juga penting untuk dikembangkan dan dievaluasi, yaitu (4) aspek perilaku yang di dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah action.
Penilaian kompetensi aspek kognitif atau yang lebih banyak dikenl dengan istilah pengetahuan, dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan yang telah dikuasai dan menjadi miliknya. Cara yang digunakan dapat melalui tes tertulis maupun lisan. Perbedaan antara penilaian kurikulum yang bukan KBK deengan yang KBK, terletak pada ketepatan objek yang dinilai. Kecenderungan masa lalu sebelum ada kebijakan KBK.

c.       Penilaian Aspek Afektif
Penilaian yang sudah banyak dilakukan oleh guru, bahkan penilaian yang dilakukan Departemen Pendidikan Nasional dalam ujian akhir atau semester barulah penilaian yang tertuju pada ranah kognitif. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa ada lima ciri yang terdapat dalam penilaian antara lain sering adanya kekeliruan-kekeliruan. Dalam uraian bagian tersebut masih dapat ditambahkan satu lagi yang terkait sasaran atau objek penilaian. Kekeliruan yang dimaksud adalah bahwa aspek yang dinilai, seperti sudah sedikit disinggung, yaitu masih cenderung hanya aspek kognitif saja,  dan merupakan aspek afektif yang sebetulnya sangat erat dan mendukung pencapaian aspek kognitif.
Contoh:
Penilaian terhadap prestasi matematika pada siswa, bukan hanya kepandaian siswa itu dalam menyelesaikan perhitungan, tetapi juga harus dinilai seberapa cermat siswa tersebut dalam menuliskan angka-angka dalam hitungan yang dimaksud.  Kekurangan membuat tanda koma misalnya, akan sangat berakibat fatal dalam perhitungan. Demikian juga kerapian siswa dalam menuliskan angka sehingga menyebabkan kejelasan penampilan, perlu juga dinilai oleh guru. Apabila guru sudah terbiasa memperhatikan aspek-aspek afektif yang mungkin dirasakan sebagai hal kecil dan sederhana, dalam KBK hal seperti itu sangat penting sekali untuk diperhatikan karena akan membawa dampak besar bagi kepentingan lain, yaitu siswa menjadi cermat, rapi, hati-hati sehingga hasil akhir dari pekerjaannya menjadi lebih baik.
Bagi mata pelajaran dan pokok bahasan yang lain, jika guru terlatih melaui aspek-aspek afektif yang menyertai materi kognitif, aspek-aspek kepribadian siswa akan dengan mudak tergarap. Pelajaran budi pekerti tidak harus dipisahkan dan diajarkan secara khusus, karena sudah tersampaikan melalui pelajaran lain. Yang terjadi selama ini,  hal-hal seperti itu nampaknya terabaikan dan dipandang sambil lalu saja. Akibatnya dapat kita amati sekarang, pada umumnya anak-anak kurang bahkan tidak memperhatikan sikap-sikap negative, dan hanya memperhatikan hasil aspek kognitif saja.

C.    SASARAN EVALUASI
Pada materi sebelumnya kita telah membahas mengenai sasaran dari penilaian. Objek dan sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Unsur-unsur sasaran penilaian meliputi: input, transformasi, dan output.
Input merupakan bahan mentah yang akan diolah, transformasi adalah tempat untuk mengolah bahan mentah, sedangkan output adalah hasil pengolah yang dilakukan di dapur dan siap dipakai.
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, input atau bahan mentah yang akan diolah tidak lain adalah para calon peserta didik. Ditilik dari segi input ini, objek dari evaluasi pendidikan meliputi tiga aspek, yaitu aspek kemampuan, aspek kepribadian, aspek sikap. Dalam konsep Bloom barangkali aspek-aspek ini hampir sama dengan keluaran belajar yang dibagi olehnya menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotor (Nurgiyantoro, 1988:24-25). Konsep seperti ini pula yang dituntut dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dalam kurikulum ini aspek-aspek yang dievaluasi dimuat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.

a.      Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan berbagai macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal.

1)      Kemampuan (Aspek Kognitif)
Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.



2)      Kepribadian (Aspek Psikomotor)
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal  tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau personality test.

3)      Sikap-sikap (Aspek Afektif)
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran  kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka lalu disebut skala sikap atau attitude scale.

4)      Intelegensi
Untuk mengetahui tingkat intelegensi ini digunakan tes intelegensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan Binet dan Simon yang dikenal dengan tes Binot-Simon. Selain itu ada lagi  tes-tes yang lain misalnya SPM, Tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan diketahui IQ (Intelligence Quotient) orang tersebut. IQ bukanlah inteligensi. IQ berbeda dengan intelegensi karena IQ hanyalah angka yang memberikan petunjuk tinggi rendahnya intelegensi seseorang. Dengan pengertian ini maka kurang benarlah jika ada orang mengatakan “IQ jongkok” karena IQ berupa angka. Mestinya IQ rendah diartikan bahwa angkanya rendah.
Berkenaan hubungan antara sikap-sikap dan kepribadian, A.N Oppenheim dalam bukunya Questionnaire Design and Attitude Meansurement menjelaskan bahwa kepribadian merupakan sesuatu yang ada dalam diri manusia dan sangat dalam letaknya sehingga sangat susah dilihat.

b.      Transformasi
      Telah dijelaskan bahwa banyak unsur yang terdapat dalam transformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Unsur-unsur dalam transformasi yang menajdi objek penilaian antara lain:
1)      Kurikulum atau materi
2)      Metode dan cara penilaian
3)      Sarana pendidikan atau media
4)      System administrasi
5)      Guru dan personal lainnya

c.       Output
      Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui sebarapa jauh tingkat pencapaian atau prestasi belajar siswa selamam mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.
      Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru hanya menilai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah tes tertulis. Aspek psikomotorik, apalagi afektif, sangat langka dijamah oleh guru. Akibatnya dapat kita saksikan, yakni bahwa para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka kuasai. Lemhanya pembelajaran dan evaluasi tehadap aspe afektif ini , jika kita mau instrospeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan, yang selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlak bangsa.












BAB III
PENUTUP

Subjek (pelaku) evaluasi adalah orang yang melakukan evaluasi. Arikunto menyebutkan bahwa siapa yang dapat dikatakan sebagai subjek evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku. Misalnya, untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar atau pencapaian maka sebagai subjek evaluasi adalah guru.
Subjek evaluasi itu akan sangat bergantung pada, atau ditentukan oleh suatu aturan yang menetapkan pembagian tugas untuk melakukan evaluasi tersebut. Jadi subjek evaluasi pendidikan itu dapat berbeda-beda orangnya.
Objek (sasaran) evaluasi adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut (Arikunto, 2009). Salah satu cara untuk mengenal atau mengetahui objek dari evaluasi pendidikan adalah dengan menyorotinya dari tiga segi, yaitu segi input (dalam dunia pendidikan inputnya berupa “peserta didik”), segi transformasi (meliputi : (a) kurrikulum atau materi pembelajaran, (b) metode mengajar dan tehnik penilaian, (c) sarana atau media pendidikan, (d) sistem administrasi, (e) guru dan unsur personal lainnya yang terlibat dalam proses pendidikan), dan dari segi output yang menjadi sasaran evaluasi adalah tingkat pencapaian dan hasil prestasi yang telah diraih masing-masing peserta didik dalam jangka waktu yang telah ditentukan (Sudijono, 2011).



[1] Sagala,Syaiful.Administrasi Pendidikan Kontemporer. (Bandung: Alfabeta, 2005),h.63
[2] Nasution Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2010. PP . 73
[3] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar