DIMENSI |
INDIKATOR |
TEORI 1 |
TEORI 2 |
TEORI 3 |
1) Pekerjaan itu sendiri |
a. Tugas yang menarik b. Kesempatan untuk belajar c. Kesempatan untuk menerima tanggung jawab |
Menurut Luthans (2006:243) terdapat lima dimensi pekerjaan yang telah
diidentifikasi untuk merepresentasikan karakteristik pekerjaan yang paling
penting dimana karyawan memiliki respons afektif. Kelima dimensi tersebut
adalah: a. Pekerjaan itu sendiri. Dalam hal di mana pekerjaan memberikan tugas yang menarik, kesempatan untuk
belajar, dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab. b. Gaji. Sejumlah upah yang diterima dan
tingkat di mana hal ini bisa dipandang sebagai
hal yang dianggap pantas dibandingakan dengan orang lain dalam
organisasi. c. Kesempatan promosi. Kesempatan untuk maju
dalam organisasi. d. Pengawasan. Kemampuan penyelia untuk
memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku. e. Rekan kerja. Tingkat di mana rekan kerja
pandai secara teknis dan mendukung secara sosial. (Fred Luthans. 2006. Perilaku Organisasi Edisi 10.
Yogyakarta: ANDI. Halaman 243) |
Smith, Kendal, dan Hulin menilai kepuasan kerja keseluruhan dengan
mengggunakan: kepuasan terhadap pengawasan,
kepuasan terhadap rekan kerja, kepuasan
dengan pekerjaan itu sendiri, kepuasan
terhadap pembayaran, dan kepuasan
terhadap promosi. (Mutiara S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bogor: Ghalia Indonesia. Halaman 132) |
Kreitner dan Kinicki mengemukakan bahwa aspek-aspek kepuasan kerja yang
relevan terdiri atas kepuasan terhadap pekerjaan,
gaji, promosi, rekan kerja, dan penyelia. (Mutiara S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bogor: Ghalia Indonesia. Halaman 129) |
2) Gaji |
a. Sejumlah upah yang diterima b. Hal yang dianggap pantas |
|||
3) Kesempatan promosi |
a. Kesempatan untuk maju dalam organisasi |
|||
4) Pengawasan |
a. Kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis b. Kemampuan penyelia untuk memberikan dukungan perilaku |
|||
5) Rekan kerja |
a. Pandai secara teknis b. Memberikan dukungan sosial |
Kamis, 27 Mei 2021
PEMETAAN TEORI VARIABEL KEPUASAN KERJA
Rabu, 26 Mei 2021
Teori Penghubung Tingkat Pendidikan Terhadap Kepuasan Kerja
1. Schlutz
& Schlutz mengatakan bahwa terdapat hubungan negatif kepuasan kerja dengan
tingkat pendidikan. Terdapat indikasi bahwa karyawan dengan pendidikan lebih
rendah pada umumnya lebih mengalami kepuasan sebab karyawan lulusan perguruan
tinggi memiliki harapan-harapan lebih tinggi dalam pekerjaannya.
Sumber:
Natassia Ayudiarini, Pengaruh Iklim Organisasi dan Pengembangan
Karir Terhadap Kepuasan Kerja,
(Depok: Jurnal Universitas Gunadarma), p. 6
Sumber
buku:
Schultz, P. Duane dan
Sydney E. Schultz, 1990, Psychology and Industry Today: An Introduction to
Industrial and Organizational Psychology, MAcMillan Publishing Co., New York.
2. Semakin
latar belakang pendidikan sesuai dengan keilmuannya dan keahliannya di bidangnya,
maka semakin banyak kesempatan untuk mengembangkan karirnya sesuai profesi
dimana terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan terakhir dan
kepuasan kerja.
Sumber:
Sri Suartini dan Rina
Marlina, Hubungan Faktor Demografi dan
Kepuasan Kerja pada Profesi Dosen di Universitas Singaperbangsa Karawang,
LPPM Universitas Singaperbangsa Karawang, Jurnal Solusi Vol. 5 No. 8, 2008, p.
16
3. Harold
E. Burt, mengemukakan tentang faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja
yaitu:
a.
Faktor hubungan antar karyawan
1) Hubungan
antara manajer dengan karyawan
2) Faktor
fisik dan kondisi kerja
3) Hubungan
social diantara karyawan
4) Sugesti
dari teman sekerja
b.
Faktor individual, hubungan dengan:
1) Sikap
orang terhadap pekerjaan
2) Usia
orang dengan pekerjaan
3) Jenis
kelamin
c.
Faktor luas
1) Keadaan
keluarga karyawan
2) Rekreasi
3) Pendidikan
Sumber:
Danang Sonyoto, Teori, Kuesioner, dan Proses Analisis Data Perilaku
Organisasional, (Yogyakarta: CAPS, 2013), p. 15-16.
4. Menurut
Giwangkara (2002): “Penelitian menunjukkan bahwa terdapat suatu hubungan
negatif antara taraf pendidikan dengan kepuasan. Latar belakang pendidikan yang
tinggi merasa kurang puas dengan pekerjaannya dan pendapatannya, berbanding
terbalik dengan mereka yang berpendidikan rendah”.
Sumber:
Edy Wuryanto, Hubungan Lingkungan Kerja
dan Karakteristik Individu dengan Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum
Daerah Tugurejo Semarang, (Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan UI, 2010),
Tesis, p. 15.
5. Menurut
Sondang P. Siagian, Semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin orang mempunyai keinginan untuk menggunakan keterampilannya,
sehingga mengakibatkan orang menjadi mudah tidak puas jika pengetahuan dan
keterampilannya tidak optimal digunakan.
Sumber: Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012).
6.
Menurut Kadarisman, Education is one of the factors that
influence employee job satisfaction. (Pendidikan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan).
Sumber:
Muh. Kadarisman, Analysis
on Factors that Influence Job Satisfaction of Government Employees, (Journal
of Administrative Science & Organization, January 2012,
Volume 19, Number 1, ISSN 0854 - 3844, Accredited by DIKTI
Kemendiknas RI No : 64a/DIKTI/Kep/201), p. 67