BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran
memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan
tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke
sekolah, pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya
dapat berkembang secara optimal (Mulyasa, 2005).
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik
tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru
perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya
mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian
siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang mampu
mengisi lapangan kerja dan siap berwirausaha.
Dunia pendidikan seharusnya penuh dengan kasih sayang,
tempat untuk belajar tentang moral, budi pekerti. Dunia yang seharusnya
mencerminkan sikap-sikap intelektual, budi pekerti, dan menjunjung tinggi nilai
moral, justru telah dicoreng oleh segelintir oknum pendidik (guru) yang tidak
bertanggung jawab. Realitas ini mengandung pesan bahwa dunia guru harus segera
melakukan evaluasi ke dalam. Sepertinya, sudah waktunya untuk melakukan
pelurusan kembali atas pemahaman dalam memposisikan profesi guru.
Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan
mengakibatkan bergesernya fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini
telah menyebabkan dua pihak yang tadinya sama-sama membawa kepentingan dan
saling membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak lagi saling
membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan, membosankan, dan
jauh dari suasana yang membahagiakan.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
melatih keberanian dalam mengajar?
2. Bagaimana
seorang guru dapat menguasai materi dalam mengajar?
3. Bagaimana
sikap dan perilaku seorang guru dalam mengajar?
1.3
Tujuan
Penulisan Makalah
Secara umum tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk mengetahui:
1. Cara
melatih keberanian dalam mengajar.
2. Cara
seorang guru dapat menguasai materi dalam mengajar.
3. sikap
dan perilaku seorang guru dalam mengajar.
Secara khusus tujuan penulisan
makalah ini untuk menyelesaikan tugas kelompok dan untuk mendapatkan nilai yang
diberikan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar.
1.4
Metode
Penulisan Makalah
Dalam mengumpulkan
data, kami menggunakan metode data secara sekunder, yaitu pengambilan data
secara tidak langsung melalui informasi yang sudah ada. Dan penulis menggunakan
metode kepustakaan, dan dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang
berkaitan dengan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Melatih Keberanian Mengajar
Definisi klasik menyatakan bahwa
mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah pengetahuan karena pandangan
yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa
dianggap tidak mengerti apa – apa. Pengertian ini sejalan dengan pandangan
Jerome S. Brunner yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyajikan ide,
problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami
oleh siswa. Sementara definisi modern menolak Pandangan klasik seperti diatas,
oleh sebab itu pandangan tersebut kini mulai ditinggalkan. Orang mulai beralih
ke pandangan bahwa mengajar tidaklah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan,
melainkan berusaha membuat suatu situasi lingkungan yang memungkinkan siswa
untuk belajar. Para ahli pendidikan yang sejalan dengan pendapat Nasution, yang
merumuskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadilah
proses belajar mengajar.
Menurut Tyson dan Caroll menyatakan
bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik
antara guru dengan siswa yang sama – sama aktif melakukan kegiatan. Sedangkan
Tordif berpendapat bahwa mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang (guru) dengan tujuan membantu dan memudahkan orang lain (siswa) untuk
melakukan kegiatan belajar.
Adapun konsep baru tentang mengajar
menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana
berfikir dan bagaimana menyelidiki.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami
bahwa aktivitas yang sangat menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun,
bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi diubah, kalau guru dianggap
sebagai sumber pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan siswa selalu pasif
dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan pendorong agar
siswa belajar secara aktif dan kreatif.
Namun tidak semua calon pendidik
mempunyai keberanian untuk mengajar. Banyak penyebab yang membuat pendidik
takut untuk mengajar. Padahal yang sering terjadi, biasanya ketakutan-ketakuan
itu muncul hanya ada dalam pikiran seseorang, dan belum tentu akan terjadi pada
saat mengajar. Agar tumbuh keberanian pendidik dalam mengajar, salah satu yang
bisa dilakukan adalah mencari terlebih dahulu apa penyebab ketakutan yang
menghalangi keberaniannya untuk mengajar. Ketakutan-ketakutan tersebut biasanya
ada dalam pikiran dan perasaannya dan menjadi beban pada saat mengajar. Beban
mental inilah yang terkadang menjadikan proses belajar mengajar yang
dilakukannya kurang efektif.
Beberapa faktor di bawah ini merupakan
faktor yang dominan menjadi ketakutan untuk menjadi pengajar. Ketakutan yang
pertama ialah:
a) Merasa Tidak Mampu
Pendidik yang tidak mau menjadi guru
ataupun pengajar biasanya merasa dirinya tidak mampu untuk mengajar.
Terkadang mereka merasa bahwa mengajar
adalah pekerjaan bagi orang-orang yang telah benar-benar menguasai mata
pelajaran yang akan diajarkan, dan ia merasa belum menguasai sepenuhnya.
Ketakutan lain adalah bahwa selalu merasa tidak mampu menjelaskan dengan baik
mata pelajaran yang akan diajarkan. Pendidik
juga merasa tidak bisa melakukan proses belajar mengajar, karenanya ia
merasa takut bahwa apa yang diajarkan tidak bisa diterima dengan baik oleh
peserta didik atau murid-muridnya.
Padahal, yang sering terjadi adalah,
biasanya ketakutan seperti itu hanya ada dalam pikiran, karena saat kita sudah
mulai mengajar, ketakutan itu akan dengan sendirinya hilang. Karena itulah,
seharusnya seorang guru berani untuk
mencoba.
b)
Takut
Kehilangan Kata-Kata
Salah satu ketakutan terbesar seseorang
saat mengajar adalah takut kehilangan kata-kata di tengah-tengah mengajar.
Banyak faktor yang mungkin terjadi yang menyebabkan calon pendidik atau
pendidik kehilangan kata-kata. Tetapi faktor utama adalah karena di dalam
pikirannya terjadi apa yang disebut sebagai “blank”, yaitu pikiran seakan
kosong. Pada saat pikiran dalam keadaan kosong, maka seorang guru tidak bisa
mengucapkan kata-kata. Berbagai kalimat yang disusun rapi seakan hilang atau
menyangkut di tenggorokan. Ditambah dengan kekalutan dan kepanikan, yang
terjadi kemudian adalah keringat dingin yang keluar pertanda ia mengalami
nervous dan gugup.
Kondisi seperti inilah yang menjadi
titik kritis dalam proses belajar mengajar. Jika guru mampu keluar dari situasi
kritis dengan baik, maka ia akan mampu mengembalikan keadaan seperti semula.
Tetapi jika ia tidak mampu keluar dari situasi ini, kepanikan itu akan terus
bertambah dan merusak proses belajar mengajar secara keseluruhan. Ada beberapa
sebab yang memungkinkan guru mengalami kehilangan kata-kata. Salah satunya
adalah karena ia menghapalkan materi kata demi kata secara langsung. Akibatnya,
saat ia lupa akan satu kata atau kalimat, maka ia tidak bisa melanjutkan
kalimat-kalimat berikutnya.
Untuk bisa mengatasinya, cobalah untuk
memahami materi secara komprehensif sehingga tidak perlu menghapalkan semuanya
kata per kata. Jika takut lupa, buatlah poin-poin penting berupa catatan yang
bisa dilakukan di kertas kecil atau slide presentasi. Dengan menguasai gambar
besar pengajaran akan memudahkan bagi guru untuk menghadapi berbagai situasi
apapun, termasuk lupa akan apa yang akan diucapkan.
Kehilangan kata-kata bisa juga
disebabkan karena tekanan mental yang sangat kuat bahwa guru harus tampil baik.
Tekanan untuk tampil sempurna menjadikannya terbebani mental dan pikirannya
yang mengakibatkan ia kehilangan kata-kata. Salah satu cara untuk mengembalikan
situasi menjadi lebih baik adalah dengan membuat jeda beberapa menit. Jeda ini
bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari memberikan lembar kerja dan
kuesioner yang harus diisi oleh siswa, memberikan beberapa pertanyaan yang
harus dijawab secara tertulis, memutar lagu atau video, membuat permainan
kelompok, dan berbagai aktifitas lain yang intinya melibatkan siswa.
Di satu sisi peserta mendapatkan variasi
metodologi sementara di sisi lain berbagai kegiatan yang dilakukan tersebut
memberikan waktu bagi guru untuk berpikir sejenak, melihat-lihat materi yang
ada, dan mengembalikan kembali energi dan kepercayaan diri yang sempat hilang
sebelumnya.
c)
Takut
Melakukan Kesalahan
Biasanya guru menginginkan proses
belajar mengajar yang baik, sempurna, dan semua rencana bisa berjalan dengan
lancar. Guru juga menginginkan agar siswa bisa memahami apa yang disampaikan
sehingga tujuan pengajaran bisa tercapai. Namun yang harus disadari, bahwa
setiap manusia mempunyai potensi untuk berbuat kesalahan pada saat presentasi.
Bukan saja karena ia secara pribadi adalah manusia biasa, tetapi juga karena ia
berhubungan dengan banyak orang, di mana terdapat berbagai hal yang ada di luar
kontrolnya. Siswa misalnya, adalah orang lain yang ada di luar dirinya.
Dengan menyadari secara benar bahwa
terdapat banyak faktor luar pada saat ia mengajar, maka potensi kesalahan
selalu mungkin terjadi. Kesadaran ini akan memberikan pemahaman bahwa jika
terjadi kesalahan adalah hal manusiawi. Paradigma ini menjadi penting agar kita
tidak kehilangan kepercayaan diri dan panik pada saat terjadi kesalahan.
Bahkan, kesalahan adalah cara terbaik pengajar untuk terus belajar. Dengan
mengetahui berbagai kesalahan yang dilakukannya, ia akan segera bisa
memperbaikinya di masa mendatang. Ketakutan melakukan kesalahan hanya akan
menghalanginya untuk bisa memperbaiki keterampilan mengajarnya menjadi lebih
baik. Semakin banyak melakukan kesalahan, jika ia mampu belajar dari kesalahan
tersebut, lambat laun akan semakin baik cara mengajar yang dilakukannya.
Kesalahan pada saat mengajar jangan
dianggap sebagai bencana yang akan menghancurkan seluruh sendi kehidupan kita.
Justru karena kesalahan itulah proses belajar mengajar yang kita lakukan
semakin membaik dari hari ke hari. Yang harus dilakukan pada saat melakukan
kesalahan adalah tetap tenang dan berusaha untuk selalu menguasai keadaan.
Kesalahan-kesalahan kecil, misalnya spidol terjatuh pada saat menulis, atau
menumpahkan air di atas meja, atau salah dalam menjawab, dan berbagai kesalahan
lain tidak perlu dihadapi dengan kepanikan. Berusahalah untuk tetap tenang,
perbaiki kesalahan yang ada, dan teruskanlah mengajar seakan kesalahan itu
tidak pernah terjadi.
Namun demikian, tentu saja tidak semua
kesalahan bisa ditolerir. Kesalahan fatal, salah materi misalnya adalah
kesalahan besar yang tidak boleh dilakukan pengajar profesional. Karena itulah,
jika kesalahan-kesalahan dan kekurangan yang terjadi bisa diperbaiki dari waktu
ke waktu, maka kesalahan tersebut akan semakin bisa diminimalisir. Keterampilan
seseorang tidak bisa didapatkan sekaligus dalam satu waktu. Jika kita
menginginkan tidak lagi melakukan kesalahan dalam waktu instan, hal itu sulit
dilakukan.
Cara guru belajar dari kesalahan,
bagaimana meminimalisir kesalahan akan terjadi secara bertahap sedikit demi
sedikit. Kunci dari semua itu adalah jam terbang sehingga pada saat mengajar
selanjutnya kesalahan dan kekurangan yang terjadi bisa diperbaiki. Lakukan
persiapan yang matang agar kesalahan bisa diminimalisir. Sebelum proses belajar
mengajar berjalan, lakukanlah cek dan ricek terhadap seluruh peralatan dan
persiapan mengajar yang ada, apakah semua berjalan dengan baik atau belum. Jika
semuanya sudah dilakukan, kita tinggal menyerahkan semua pada Tuhan agar
memberikan kemudahan. Itu akan membuat kita menjadi lebih yakin dan tenang.
d)
Takut
Siswa Tidak Paham
Ketakutan selanjutnya dalam mengajar
adalah takut bahwa apa yang guru sampaikan tidak dipahami oleh siswa. Jika apa
yang kita sampaikan tidak dipahami, tentu hal itu akan merisaukan. Namun,
ketakutan semacam ini biasanya terjadi lebih karena kekhawatiran melihat
situasi dan kondisi yang berkembang selama proses belajar mengajar.
Untuk bisa mengatasi ketakutan semacam
ini, persiapan materi menjadi penting. Perkaya materi yang ada dengan berbagai
hal yang kontekstual sehingga membuat siswa mau memperhatikan. Keengganan
memperhatikan inilah yang menjadi awal dari rasa kegugupan kita seakan-akan
mereka tidak memahami apa yang kita bicarakan.
Persoalan gaya bahasa dan cara mengajar
juga menjadi faktor lain mengapa siswa tidak paham. Gaya bahasa untuk anak
Sekolah Dasar tentu berbeda dengan Sekolah Menengah Pertama dan juga Sekolah
Menengah Atas. Perlu dibedakan gaya bahasa yang kita pakai sehingga memudahkan
siswa dalam menangkap apa yang kita jelaskan. Jika terlihat bahwa siswa diam
dan tidak menunjukkan reaksi, tidak perlu berkecil hati dulu. Mungkin mereka
memang secara karakter pribadi lebih banyak pendiam. Cobalah untuk memancing
pertanyaan kepada mereka, ataupun menawarkan diri jika ada yang ingin bertanya.
Dengan membuka ruang interaksi dengan siswa atau audien, diharapkan mulai ada
respon yang muncul di antara mereka.
e)
Takut
Tidak Bisa Menjawab
Satu sesi yang biasanya ingin dihindari
oleh pengajar, terutama pengajar yang baru memulai adalah sesi tanya jawab.
Tanya jawab dianggap sebagai salah satu hal yang menakutkan. Pertama, sebut
saja takut pertanyaan yang diajukan terlalu tinggi sehingga sulit untuk
dijawab. Ketakutan lain adalah adanya pertanyaan-pertanyaan lain yang memang
secara sengaja ditujukan untuk menguji pengajar. Hal lain yang ditakutkan
apakah jawabannya memuaskan bagi si penanya, apakah terasa dangkal, atau bisa
dipahami secara baik atau tidak.
Berbagai pertanyaan dan ketakutan di
atas memang wajar mengemuka , dan menjawab pertanyaan secara baik adalah seni
tersendiri yang harus selalu dipelajari dan dikembangkan. Mempersiapkan
sebanyak mungkin jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul akan
membuat pengajar lebih siap pada sesi tanya jawab.
f)
Takut
Peralatan Tidak Berfungsi
Pada proses belajar mengajar modern
sekarang ini, alat bantu presentasi dan pengajaran dengan berbagai fiturnya
yang menarik sudah menjadi bagian tidak terpisahkan. Sudah banyak pengajar
menggunakan berbagai peralatan mengajar, terutama komputer ataupun laptop dan
proyektor. Walaupun biasanya sudah dipersiapkan dengan baik, terkadang yang
terjadi, tidak semua peralatan bisa berjalan dengan baik. Terkadang laptop
yang sudah ada filenya ternyata tidak cocok dengan proyektor yang tersedia.
Ataupun terkadang microphone bermasalah, karena mendengung ataupun mati.
Cara paling mudah untuk menghilangkan
ketakutan ini adalah dengan memeriksa semua peralatan yang ada apakah berfungsi
semua atau tidak. Nyalakan laptop dan mulailah mengecek apakah sesuai dengan
projector yang tersedia atau tidak. Jika sudah sesuai, maka tidak lagi menjadi
soal. Akan tetapi jika tidak sesuai, tentu harus dicari penyebabnya, apakah ada
setting yang harus disesuaikan atau ada masalah lain. Selesaikan masalah dengan
segera sebelum proses belajar mengajar dimulai.
Jangan lupa untuk menyiapkan rencana
cadangan, karena terkadang kemungkinan tidak berfungsinya peralatan itu sering
terjadi. Rencana cadangan itu misalnya dengan menyiapkan materi presentasi di
dalam CD ataupun Fash Disk, sehigga pada saat laptop tidak bisa dibuka atau
tidak cocok dengan proyektor, bisa digunakan laptop lain.
Perlu juga diperhatikan letak
kabel-kabel yang tersambung ke beberapa peralatan tersebut. Usahakan untuk
tidak menghalangi jalan, dan letakkanlah di tempat yang tidak banyak dilalui
orang, di pojokan misalnya. Kabel-kabel yang ada dirapihkan, agar tidak
berserakan. Semua itu dilakukan agar di tengah-tengah proses belajar mengajar
tidak ada kabel yang tertendang sehingga menyebabkan listrik mati, yang
mengakibatkan matinya berbagai peralatan tersebut.
g)
Takut
Mengajar Tidak Menarik
Setiap pengajar biasanya dibebani dengan
satu tekad untuk menjadikan proses belajar mengajarnya menarik di hadapan
siswa. Tekad itu begitu kuat karena ia ingin membuat kesan yang baik. Karena itulah
biasanya ia mempersiapkan segala sesuatunya secara matang. Materi pengajaran
dipersiapkan secara baik dan mendalam, desain slide presentasi dibuat dengan
menarik, penampilan juga diperhatikan. Pada intinya, ia mengelola semua faktor
dengan baik agar pengajarannya berkesan. Tuntutan untuk melakukan proses
pengajaran yang baik terkadang tidak hanya datang dari dirinya, tetapi juga
biasanya datang dari atasan atau supervisor yang membawahinya. Mereka biasanya
menuntut agar kita bisa menyampaikan sesuatu secara baik sehingga proses
belajar mengajar menjadi lebih efektif.
Dengan tuntutan yang begitu besar,
terkadang bukan malah membangkitkan motivasi guru untuk melakukannya lebih
baik. Dalam beberapa kasus, tuntutan besar ini menjadi beban mental yang berat.
Ia terbebani untuk bisa tampil sempurna di hadapan siswa. Beban berat itu
akhirnya bisa menjadi bumerang, karena pengajar akhirnya tampil tidak lepas,
kaku, dan demam panggung. Karena itu, sangat penting bagi pengajar untuk merasa
rileks dan lepas dalam mengajar. Kepercayaan diri yang kuat akan menjadi kunci
bagaimana membuat mengajar yang kita lakukan menarik. Kepercayaan diri yang
tinggi membuat apa yang kita sampaikan menjadi lebih meyakinkan.
Harus
diakui, mengajar memang bukan perkara mudah. Dibutuhkan keberanian dan
kepercayaan diri yang kuat agar bisa menyakinkan peserta didik bahwa apa yang
disampaikannya berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Namun demikian, setiap
orang pada dasarnya mampu mengajar. Persoalannya sangat tergantung dari kemauan
seseorang apakah ingin mengembangkan diri dalam mengajar yang baik atau tidak.
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan guru atau calon guru agar dapat
memupuk dan melatih keberanian dalam mengajar antara lain:
a)
Berlatihlah secara Teratur
Sebagai
sebuah keterampilan, mengajar memang tidak bisa begitu saja, dibutuhkan latihan
yang terus menerus agar keberanian yang dimiliki bisa terus dikembangkan.
Dengan keberanian yang terus berkembang, akan menumbuhkan kepercayaan diri pada
seseorang bahwa ia bisa mengajar dengan baik. Dan kunci utama membangun
kepercayaan diri yang baik tentu saja adalah dengan meningkatkan keterampilan
mengajar secara terus menerus.
b) Menggunakan Media
Pembelajaran
Guru yang berniat melakukan mengajar secara
efektif akan terus belajar, walaupun secara umum ia telah menguasai
keterampilan komunikasi dan presentasi dengan baik. Karena perkembangan
teknologi dan keilmuan yang selalu berubah memungkinkan proses belajar mengajar
dilakukan dengan mengikuti perkembangan zaman.
Ambil contoh pada perkembangan komunikasi saat
ini sudah menggunakan audio video dan multimedia. Pada zaman dahulu, jika
guru sedang mengajar, tidak ada
fasilitas secanggih sekarang. Untuk bisa menggunakan sound system yang canggih,
tidak semua ruang bisa menyediakan.
Tetapi sekarang ini di pasaran sudah terdapat
banyak sekali peralatan audio system portable dengan kualitas yang baik dan
tidak kalah canggih dengan audio system yang dipasang permanen pada suatu
ruangan. Hal itu menjadikan seorang pengajar menjadi lebih percaya diri karena
faktor audio system, di manapun ia melakukan presentasi pengajaran bisa
terselesaikan. Jika ada audio permanen di sana, ia tinggal memakainya, tetapi
jika tidak puas dengan apa yang ada, ia bisa membawa sendiri audio portable
yang bisa dibawa ke mana-mana.
Perkembangan teknologi informasi juga
memungkinkan variasi multimedia menjadi beragam. Seorang guru bisa menampilkan
gambar, huruf, suara, animasi, dan bahkan juga film dalam presentasinya.
Didukung efek suara yang canggih, akan menambah daya dukung untuk membangun
emosi dan keterlibatan siswa sesuai dengan yang diinginkan.
c)
Rileks dan Jangan
Tegang
Apabila seorang guru ingin mengajar, usahakan
untuk selalu rileks dan jangan tegang. Apabila seorang guru mudah rileks
didepan kelas maka akan timbul percaya diri yang menyebabkan keberanian untuk
mengajar didepan kelas. Sedangkan ketegangan hanya akan memicu adrenalin yang
membuat otak juga menjadi tegang sehingga sulit untuk berpikir. Jika ketegangan
itu terjadi, maka akan sulit bagi seseorang untuk mengembangkan kemampuannya
secara maksimal. Bisa saja terjadi apa yang sudah dipersiapkan selama ini
tiba-tiba hilang ataupun lupa dengan apa yang akan disampaikan.
Berusahalah untuk tersenyum, hal itu akan
membuat guru menjadi rileks. Berinteraksi dengan murid-murid juga menjadi salah
satu cara ampuh untuk mengurangi ketegangan. Apalagi, jika guru mampu membangun
suasana menjadi menyenangkan, maka hal itu akan membuat guru menjadi nyaman
dalam mengajar.
d) Jangan Berpikir, Lakukan Saja
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh
orang yang ingin mengajar adalah terlalu banyak berpikir dan menimbang-nimbang
tentang apa yang akan dilakukan. Terlalu banyak pertimbangan akan menyebabkan
seseorang terpaku pada bagaimana mengajar secara sempurna dan tidak membuat
kesalahan.
Pemikiran semacam itu memang baik, tetapi di
sisi lain akan menjadi beban mental yang malah akan mempengaruhi penampilan
secara keseluruhan. Beban mental yang berat akan menjadi demam panggung yang
menjadikan otak tidak bisa berpikir dengan jernih, dan rasa-rasanya semua yang
dilakukan tidak ada yang benar.
Kalau sudah memasuki kelas, yang perlu
dilakukan adalah jangan berpikir kalau kita akan berbuat salah. Lakukan saja
apa yang harus dilakukan. Lakukan dengan penuh percaya diri bahwa itulah yang
terbaik yang bisa kita berikan. Selesai mengajar, barulah kita berpikir dan
melakukan review tentang apa yang sudah kita lakukan, mana yang sudah baik dan
di sisi mana yang perlu ada perbaikan dalam proses belajar mengajar.
e)
Lakukan dengan
gaya mengajar yang sesuai
Materi pembelajaran yang baik akan tambah
menarik jika disampaikan dengan gaya mengajar yang juga menarik. Untuk bisa
menemukan gaya presentasi yang pas, seseorang harus memahami secara mendalam
kekuatan dan kelebihan yang dimilikinya. Pemahaman terhadap kekuatan diri
sendiri ini akan menjadi faktor penentu kesuksesan seseorang karena biasanya
akan menjadi atribut dan juga ciri khas seseorang yang harus terus dipupuk dan
dikembangkan.
Seperti sering dikatakan orang, materi itu
penting, tetapi lebih penting adalah cara membawakan materi itu sendiri.
Sebagus apapun materi pengajaran jika dibawakan dengan gaya mengajar yang
kurang baik tidak akan mampu menimbulkan efek yang baik dan sulit mencapai
tujuan seperti apa yang diharapkan.
Gaya mengajar memang memungkinkan diterapkan
berbeda antara satu kondisi dengan kondisi lain. Karena bagaimanapun murid dan
mahasiswa membutuhkan pengalaman yang berbeda antara satu dengan yang lain
disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dihadapi.
f)
Berinteraksilah dengan
murid-murid
Tentu saja sebuah proses belajar mengajar tidak
bisa berjalan dengan baik apabila tidak terjadi interaksi dengan siswa. Siswa
adalah salah satu bagian orkestrasi belajar mengajar. Tanpa adanya
interaktifitas, pembelajaran hanyalah omongan satu arah yang kurang
menyenangkan. Interaksi menjadi bagian tidak terpisahkan dan menjadi salah satu
faktor penting kesuksesan belajar mengajar. Interaksi dengan siswa bisa terjadi
kalau guru mehamami profil mereka dengan baik. Pemahaman profil siswa menjadi
penting agar guru mampu menyesuaikan dengan gaya bicara, bahasa, dan juga pola
interaktivitas dengan siswanya.
Interaksi dengan siswa diperlukan untuk melihat
pemahaman mereka terhadap materi yang diberikan sekaligus memberikan pendalaman
terhadap materi tersebut. Ketika mata kita bisa menyapu mereka satu per satu,
kita bisa melihat apakah mereka memahami apa yang kita ajarkan atau tidak.
Dengan demikian, sepanjang proses belajar mengajar akan tercipta suasana dialog
dan komunkasi dua arah yang menyenangkan.
Melakukan interaksi dengan siswa akan
mencairkan suasana sekaligus memahamkan kepada mereka bahwa mereka adalah
bagian penting dari proses belajar mengajar. Dengan demikian, proses penyadaran
bahwa belajar adalah kebutuhan mereka akan lebih mudah dilakukan. Sebagai guru,
tugasnya adalah menjadi jembatan pengetahuan dan juga memotivasi mereka agar
mereka mau terus belajar dan menimba ilmu pengetahuan.
g)
Lakukan persiapan
dengan baik
Persiapan adalah salah satu proses paling
penting dalam langkah-langkah menuju proses belajar mengajar yang efektif.
Siapkan mulai dari mental, fisik, hingga peralatan dan materi yang akan
disajikan. Persiapan ini menjadi titik tolak penting bagaimana mengajar bisa
dijalankan dengan sukses.
Ketika persiapan sudah dijalankan dengan baik,
jangan lupa untuk berdoa dengan permohonan agar proses belajar mengajar yang
dijalankan bisa berjalan dengan baik. Dengan demikian, kita akan merasa tenang
bahwa apa yang kita lakukan mendapatkan keridhaan dan pertolongan-Nya.
Ketenangan hati ini akan membawa pada
ketenangan mental, sikap, dan pikiran sehingga apa yang sudah dipersiapkan bisa
berjalan dengan lancar. Berdoa akan memberikan kepercayaan diri yang kuat bahwa
Tuhan akan memberikan pertolongan kepada kita.
2.2 Penguasaan Materi
Menurut Undang-Undang RI No.14
tahun 2005 seorang guru harus memiliki kompetensi yang berkaitan dengan
tugasnya antara lain : Pertama, kompetensi pedagogic, maksudnya adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.Kedua, kompetensi kepribadian,
maksudnya adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Ketiga, kompetensi profesional,
maksudnya adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam. Keempat, kompetensi sosial, maksudnya adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesien dengan peserta didik,
sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar guru profesional tidak
akan bisa terus bertahan (survive), bila ia tidak terus menerus memperdalam
pengetahuannya, mengasah keterampilannya, dan memperkaya wawasan dan
pengalamannya. Untuk itulah para profesional membutuhkan proses belajar
(termasuk praktek) yang berkesinambungan (continual), dengan bermacam-macam
cara. Mulai dari membaca buku, menganalisa pengalaman orang lain, mengikuti
seminar atau diskusi (bukan untuk mencari sertifikat tapi cari ilmu), kerja
praktek hingga mengikuti program reedukasi (retraining) mungkin juga
melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi.
Kemampuan mengajar guru yang sesuai
dengan tuntutan standar tugas yang diemban memberikan efek positif bagi hasil
yang ingin dicapai seperti perubahan hasil akademik siswa, sikap siswa,
keterampilan siswa, dan perubahan pola kerja guru yang makin meningkat,
sebaliknya jika kemampuan mengajar yang dimiliki guru sangat sedikit akan
berakibat bukan saja menurunkan prestasi belajar siswa tetapi juga menurunkan
tingkat kinerja guru itu sendiri. Untuk itu kemampuan mengajar guru menjadi
sangat penting dan menjadi keharusan bagi guru untuk dimiliki dalam menjalankan
tugas dan fungsinya, tanpa kemampuan mengajar yang baik sangat tidak mungkin
guru mampu melakukan inovasi atau kreasi dari materi yang ada dalam kurikulum
yang pada gilirannya memberikan rasa bosan bagi guru maupun siswa untuk
menjalankan tugas dan fungsi masing-masing.
Menurut
Wina Sanjaya (2007) kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan
bidang studi yang diajarkan adalah salah satu tingkat keprofesionalan seorang
guru. Kemampuan penguasaan materi memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi.
Menurut Muhammad Ali (1996:44) “kehadiran seorang guru haruslah seorang yang memang professional dalam arti memiliki ketrampilam dasar mengajar yang baik, memahami atau menguasai bahan dan memilliki loyalitas terhadap tugasnya sebagai guru”. Dengan demikian guru dituntut harus memiliki kompetensi. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah kompetensi professional.
Kompetensi professional yang dimaksud disini adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing para peserta didik.
Menurut Muhammad Ali (1996:44) “kehadiran seorang guru haruslah seorang yang memang professional dalam arti memiliki ketrampilam dasar mengajar yang baik, memahami atau menguasai bahan dan memilliki loyalitas terhadap tugasnya sebagai guru”. Dengan demikian guru dituntut harus memiliki kompetensi. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah kompetensi professional.
Kompetensi professional yang dimaksud disini adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing para peserta didik.
Bahan ajar atau materi pembelajaran
(instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi
pembelajaran terdiri dari pengetahuan antara lain :
a.
Materi
fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama
orang, dan sebagainya. (Ibu kota Negara RI adalah Jakarta; Negara RI merdeka
pada tanggal 17 Agustus 1945).
b.
Termasuk materi konsep
adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek
(Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan
lengan-lengannya).
c.
Termasuk materi prinsip
adalah dalil, rumus, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang
menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”,
rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
d.
Materi jenis prosedur
adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau
berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah
mengoperasikan peralatan mikroskup, cara menyetel televisi.
e.
Materi jenis sikap
(afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai
kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat
bekerja, dan sebagainya.
Ditinjau dari pihak guru, materi
pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajran.
Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan
menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian
belajar.
Penguasaan materi bagi guru
merupakan hal yang sangat menentukan, khususnya dalam proses belajar mengajar
yang melibatkan guru mata pelajaran.
a.
Ruang
Lingkup Materi yang Harus Dikuasai oleh Guru dan Siswa
Bagi guru:
Bila siswa harus menguasai materi minimal seperti yang
tercantum dalam GBPP, maka guru tentu saja harus menguasai lebih dari apa yang
tercantum dalam GBPP. Oleh karena itu, idealnya buku teks untuk tiap mata
pelajaran harus ada:
·
Buku sumber untuk siswa
yang membahas materi yang dituntut GBPP.
·
Buku sumber pegangan
guru yang membahas perluasan materi yang dituntut GBPP.
Antara
lain termasuk latar belakang materi, konsep-konsep dasar dan perkembangan baru
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bagi siswa:
Materi
yang harus dikuasai secara minimal oleh siswa adalah materi yang tercantum
dalam GBPP. Bila kemungkinan siswa dapat diberi program pengayaan yang baik
secara horizontal maupun vertikal tentang materi pelajaran yang dipelajarinya.
b.
Usaha
Meningkatkan Penguasaan Materi
Ada
beberapa alternatif dalam upaya meningkatkan penguasaan materi bagi guru,
antara lain sebagai berikut:
1.
Melalui musyawarah guru
mata pelajaran (MGMP). Pendalaman materi dari guru, oleh guru, dan untuk guru.
2.
Melalui buku sumber
yang tersedia atau kegiatan mandiri.
3.
Melalui ahli/ilmuwan
yang bersangkutan.
4.
Melalui kursus
pendalaman materi (KPM).
5.
Melalui pendidikan
khusus.
c.
Fungsi
Kegiatan Pendalaman Materi
1.
Meningkatkan
kepercayaan diri akan kemampuan profesionalnya sehingga tidak ragu lagi dalam
mengelola PBM.
2.
Memperdalam dan
memperluas wawasan atau konsepsi tinjauan akademis dan aplikasinya sehingga
dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan analisis materi pelajaran (AMP).
d.
Langkah
Pembinaan untuk Pendalaman Materi bagi Guru
Persiapan:
Diberikan
tes penguasaan materi esensial atau kuesioner. Dari hasil tes ini kita
analisis, materi esensial mana yang sebagian besar belum dikuasai. Materi-materi
yang belum dikuasai inilah yang menjadi sasaran pendalaman materi.
Pelaksanaan:
Pelaksanaan
pembinaan pendalaman materi dapat dilakukan:
1. Melalui
MGMP
2. Melalui
buku sumber atau inisiatif individu/kelompok baik pada wadah MGMP atau yang
lain.
3. Ceramah
ilmiah dari ahlinya dengan menggunakan studi kasus.
Apabila
penguasaan dan pendalaman materi dapat dilakukan dengan baik maka akan lebih
mudah juga dalam melaksanakan analisis materi pelajaran.
Analisis
materi pelajaran (AMP) adalah hasil dari kegiatan yang berlangsung sejak
seseorang guru mulai meneliti isi GBPP kemudian mengkaji materi dan
menjabarkannya serta mempertimbangkan penyajiannya. AMP merupakan salah satu
bagian dari rencana kegiatan belajar mengajar yang berhubungan erat dengan
materi pelajaran dan strategi penyajiannya.
Analisis
materi pelajaran berfiungsi sebagai acuan untuk menyusun program pengajaran
yaitu tahunan, program caturwulan, program satuan pelajaran/persiapan mengajar
dan rencana pelajaran.
Berikut
merupakan format alternatif yang bisa dikembangkan sendiri oleh guru sesuai
dengan ciri-ciri komponen bahan kajian dalam GBPP atau karakteristik mata pelajaran.
Penjabaran Kurikulum/AMP
Halaman:.....
Jumlah
Halaman:.....
Satuan Pelajaran :.........................................................
Kelas Program :.........................................................
Mata Pelajaran :.........................................................
No
|
Konsep/Subkonsep
|
Penjabaran Materi
Pelajaran
|
Cawu
|
Jum lah
|
Metode
|
Sarana
|
Ket.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1.
|
1.1 Pengetahuan Peta
1.1.1 Peta
1.1.2 dst
|
Pengertian peta,
gambaran dari permukaan bumi yang dibuat dengan skala tertentu dan
digambarkan pada bidang datar.
Syarat-syarat peta:
a.Tidak membingungkan
dan mudah dimengerti maksudnya agar berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
dst......
|
1
|
3x40
|
1. Ceramah
2. Tanya-jawab
3.Demons-trasi
4.Penuga-san
5. Diskusi
|
- Peta dinding
- Peta timbul
- Globe
- Atlas
|
|
Diketahui Saran Kepala Sekolah Guru
Mata Pelajaran
Kepala Sekolah
..............................................
..............................................
..............................................
____________ ________________
NIP NIP
Keterangan Pengisian
Format AMP:
Kolom (1) : Cukup jelas
Kolom (2) : Menyalin/diambil dari GBPP
Kolom
(3) : Dirumuskan oleh
guru/kelompok guru mata pelajaran tentang materi hasil pelajaran
Kolom
(4) : Diisi dengan cawu yang
sedang berlangsung pada saat itu
Kolom
(5) : Diisi waktu/jumlah jam
pelajaran yang diperlukan untuk penyajian pokok bahasan tersebut
Kolom
(6) : Diisi jenis metode
penyajian yang paling cocok/efektif
Kolom
(7) : Diisi jenis sarana yang
palinhcocok/tersedia
Kolom
(8) : Diberi keterangan bila
diperlukan
2.3 Sikap
dan Perilaku Guru dalam Mengajar
Walgito (1990) menjelaskan bahwa, sikap adalah
gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan
tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Berkowitz, dalam
Azwar (2002) menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau
emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi.
Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu
senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan
melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap
adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk
menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya
dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek.
Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas guru, antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka
karya, bahkan melalui pendidikan formal maupun menyekolahkan
guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelakansaannya masih jauh
dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan
suatu kondisi yang menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki ijazah perguruan
tinggi.
Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi
positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang
mempengaruhi. Walaupun dalam kenyataannya banyak guru yang melakukan
kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam
pembelajaran, ada tujuh kesalahan antara lain:
1.
mengambil jalan pintas dalam
pembelajaran,
2.
menunggu peserta didik berperilaku
negatif,
3.
menggunakan destruktif discipline,
4.
mengabaikan kebutuhan-kebutuhan
khusus (perbedaan individu) peserta didik,
5.
merasa diri paling pandai di
kelasnya,
6.
tidak adil (diskriminatif), serta
7.
memaksakan hak peserta didik.
Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut maka
seorang guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi
tersebut tertuang dalam UndangUndang Dosen dan Guru, yakni:
1.
kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,
2.
kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik,
3.
kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pelajaran luas mendalam,
4.
kompetensi sosial adalah kemampuan
guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.
Sedangkan perilaku merupakan bentuk tindakan nyata
seseorang sebagai akibat dari adanya aksi respon dan reaksi. Menurut Mann dalam
Azwar (2000) sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan
bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali
jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh
sikap semata namun juga ditentukan faktor eksternal lainnya.
Menurut penuturan R.Tantiningsih dalam Mulyasa
2005, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar beberapa sikap dan
perilaku menyimpang dalam dunia pendidikan dapat hindari, diantaranya: Pertama,
menyiapakan tenaga pendidik yang benar-benar profesional yang dapat menghormati
siswa secara utuh. Kedua, guru merupakan key succes factor dalam
keberhasilan budi pekerti. Dari guru siswa mendapatkan action exercise dari
pembelajaran yang diberikan. Guru sebagai panutan hendaknya menjaga image dalam
bersikap dan berperilaku. Ketiga, Budi pekerti dijadikan mata
pelajaran khusus di sekolah. Keempat, adanya kerjasama dan
interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah), dan orang tua.
Menurut Danni Ronnie M ada enam belas pilar agar guru
dapat mengajar dengan hati. Keenam belas pilar tersebut menekankan pada sikap
dan perilaku pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik. Enam belas
pilar pembentukan karakter yang harus dimiliki seorang guru, antara lain:
1)
kasih sayang
2)
penghargaan
3)
pemberian ruang untuk mengembangkan
diri
4)
kepercayaan
5)
kerjasama
6)
saling berbagi
7)
saling memotivasi
8)
saling mendengarkan
9)
saling berinteraksi secara positif
10)
Saling menanamkan nilai-nilai moral,
11)
saling mengingatkan dengan ketulusan
hati,
12)
saling menularkan antusiasme,
13)
saling menggali potensi diri,
14)
saling mengajari dengan kerendahan
hati,
15)
saling menginsiprasi,
16)
saling menghormati perbedaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kasus dan Solusi
KASUS:
Pada
sebuah Sekolah Menengah Atas di daerah Bogor, seorang guru mata pelajaran
Matematika mengalami kesulitan dalam mengajar siswanya. Guru tersebut masih
kurang mempunyai rasa percaya diri sehingga rasa grogi atau tegang lah yang
timbul saat mengajar. Maka saat mengajar, dia kehilangan konsentrasi yang
menyebabkan timbul kesulitan dalam menguasai materi dan menyampaikan kata-kata
untuk menjelaskan is materi pelajaran kepada siswa. Hal tersebut menimbulkan
proses belajar mengajar tidak berjalan dengan baik. Padahal seharusnya seorang
guru mampu mengatasi rasa percaya diri saat mengajar, terutama untuk mata
pelajaran Matematika yang membutuhkan praktek cara menghitung secara detail
bukan hanya sebatas teori saja. Selain itu juga mata pelajaran Matematika ini
termasuk salah satu mata pelajaran yang diujikan saat Ujian Nasional. Apabila
guru saja dalam proses mengajar mengalami kesulitan seperti hal tersebut, maka
bagaimana dengan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran Matematika?
Tentu saja siswa juga akan lebih mengalami kesulitan dalam memahami mata
pelajaran Matematika. Dan kegiatan belajar mengajar ini akan terlihat tidak
menarik sehingga menimbulkan rasa malas pada siswa dalam mengikuti mata
pelajaran Matematika. Dalam hal ini guru tersebut kurang memiliki sikap dan
perilaku profesional karena kurang mampu untuk menciptakan proses saling berinteraksi
secara positif antara siswa dengan guru dan pada akhitnya guru tidak dapat
memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar.
SOLUSI:
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan
peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Tugas guru
tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk
kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia yang mampu mengisi lapangan kerja dan siap berwirausaha.
Oleh karena itu, untuk menciptakan hasil yang optimal
dalam membantu perkembangan peserta didik/siswa maka hendaknya setiap guru
harus mengoptimalkan kemampuan nya terlebih dahulu terutama dalam kegiatan
mengajar. Seperti . kompetensi yang harus dimiliki setiap guru yang tertuang
dalam UndangUndang Dosen dan Guru, yakni:
1.
kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,
2.
kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik,
3.
kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam,
4.
kompetensi sosial adalah kemampuan
guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.
Dalam kasus di atas, seorang guru tersebut kurang
memiliki rasa percaya diri sehingga grogi dan tengang yang menimbulkan
kesulitan dalam berkomunikasi saat mengajar, hal ini dapat dikatakan juga bahwa
guru tersebut kurang menguasai kompetensi sosial dimana guru harus mampu
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan siswa.
Kelemahan pada guru tersebut yaitu kurang rasa percaya
diri dapat disebabkan oleh beberapa hal yang telah dijelaskan pada pembahasan
kami di atas, yaitu diantaranya: (1) merasa tidak
mampu menjelaskan dengan baik mata pelajaran yang akan diajarkan; (2) merasa
takut kehilangan kata-kata saat di tengh-tengah mengajar atau sering dikatakan
‘blank’ yaitu pikiran seakan kosong; (3) merasa takut melakukan kesalahan
walaupun kesalahan kecil seperti menjatuhkan spidol, menumpahkan air, dan
sebagainya yang dikarenakan rasa tegang; (4) merasa takut siswa tidak paham apa
materi yang disampaikan; (5) merasa takut tidak mampu menjawab pertanyaan yang
diberikan siswa; (6) merasa takut peralatan tidak berfungsi sesuai harapan; (7)
merasa takut tidak menarik perhatian siswa.
Oleh karena itu, berikut hal-hal yang
perlu diperhatikan untuk mengatasi rasa kurang percaya diri agar lebih berani
saat melakukan kegiatan mengajar, antara lain:
a) Berlatih Secara
Teratur. Melatih keterampilan mengajar terus
menerus tanpa menyerah, jika sudah sering dilatih maka hal itu akan menjadi
kebiasaan dan kita akan lebih mampu dalam menghadapi rasa percaya diri saat
mengajar siswa.
b) Menggunakan media
pembelajaran yang efektif dan efisien. Guru mempersiapkan media pembelajaran yang
menarik perhatian siswa seperti gambar, suara dan lain-lain. Walaupun tak
menggunakan teknologi, kita juga bisa membuat media pembelajaran sendiri yang
sederhana.
c) Rileks dan jangan
tegang. Apabila seorang guru mudah rileks
didepan kelas maka akan timbul percaya diri yang menyebabkan keberanian untuk
mengajar didepan kelas. Sedangkan ketegangan hanya akan memicu adrenalin yang
membuat otak juga menjadi tegang sehingga sulit untuk berpikir. Jika ketegangan
itu terjadi, maka akan sulit bagi seseorang untuk mengembangkan kemampuannya
secara maksimal.
d)
Jangan
berpikir, lakukan saja. Terlalu banyak
pertimbangan akan apa yang dilakukan akan menyebabkan seseorang terpaku pada
bagaimana mengajar secara sempurna dan tidak membuat kesalahan. Pemikiran
semacam itu memang baik, tetapi di sisi lain akan menjadi beban mental yang
malah akan mempengaruhi penampilan secara keseluruhan. Maka lakukan dengan
penuh percaya diri bahwa itulah yang terbaik yang bisa kita berikan. Selesai
mengajar, barulah kita berpikir dan melakukan review tentang apa yang sudah
kita lakukan, mana yang sudah baik dan di sisi mana yang perlu ada perbaikan
dalam proses belajar mengajar.
e) Lakukan dengan gaya
mengajar yang sesuai. Untuk bisa menemukan
gaya presentasi yang pas, seseorang harus memahami secara mendalam kekuatan dan
kelebihan yang dimilikinya.
f) Berinteraksilah dengan
murid-murid. Tanpa adanya interaktifitas,
pembelajaran hanyalah omongan satu arah yang kurang menyenangkan. Interaksi
menjadi bagian tidak terpisahkan dan menjadi salah satu faktor penting
kesuksesan belajar mengajar. Pemahaman profil siswa menjadi penting agar guru
mampu menyesuaikan dengan gaya bicara, bahasa, dan juga pola interaktivitas
dengan siswanya.
g) Lakukan persiapan
dengan baik. Siapkan mulai dari mental, fisik, hingga
peralatan dan materi yang akan disajikan. Ketenangan hati ini akan membawa pada
ketenangan mental, sikap, dan pikiran sehingga apa yang sudah dipersiapkan bisa
berjalan dengan lancar. Berdoa akan memberikan kepercayaan diri yang kuat bahwa
Tuhan akan memberikan pertolongan kepada kita.
Ketika
hal-hal di atas tersebut mampu diterapkan oleh guru maka guru pun dapat
menguasai kelas dengan nyaman sehingga rasa percaya diri dan pemberian materi
akan berjalan dengan lancar.
Disamping
itu, guru juga harus mampu dalam menguasai materi. Karena apabila hal-hal di
atas tersebut sudah dapat dikuasai tetapi ia tidak mampu menguasai materi maka
itu juga akan menghambat kegiatan mengajar. Untuk meningkatkan penguasaan
materi dapat dilakukan dengan cara bermusyawarah dengan guru mata pelajaran
agar saling bertukar pikiran tentang setiap masalah yang dihadapi, dan guru
juga harus memiili buku sumber yang menjadi pegangan saat mengajar, serta
mengikuti kegiatan pendalaman materi.
Dengan
hal di atas, maka kepercayaan diri akan kemampuan profesionalnya tidak ragu lagi dalam mengelola PBM dan mampu
melaksanakan analisis materi pelajaran (AMP).
Solusi-solusi
yang telah dijelaskan tersebut dapat menimbulkan rasa saling menghargai, saling
bekerja sama, saling memotivasi, saling berinteraksi secara positif, dan
lain-lain yang termasuk dalam pilar pembentukan karakter sikap dan
perilaku profesional yang harus dimiliki seorang guru.
3.2
Kesimpulan
Melatih keberanian mengajar dan penguasaan
materi akan menciptakan sikap dan perilaku guru yang profesional yang mampu
menjadi teladan bagi para peserta didik, mampu mengembangkan kompetensi dalam
dirinya, dan mampu mengembangkan potensi para peserta didik.
Melatih keberanian mengajar dapat
dilakukan dengan cara berlatih secara teratur, menggunakan media pembelajaran
yang sesuai, rileks dan jangan tegang,
jangan terlalu memikirkan kesalahan yang terjadi dan jika terdapat kesalahan
maka segera perbaiki, melakukan haya mengajar yang sesuai, berinteraksi positif
dengan siswa-siswa, dan mempersiapkan mental, fisik, media serta materi yang
akan disampaikan.
Ada beberapa alternatif dalam upaya
meningkatkan penguasaan materi bagi guru, antara lain sebagai berikut: (1) Melalui
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP); (2) Melalui buku sumber yang tersedia
atau kegiatan mandiri; (3) Melalui ahli/ilmuwan yang bersangkutan; (4) Melalui
kursus pendalaman materi (KPM); (5)Melalui pendidikan khusus.
Sikap dan perilaku guru yang profesional
mencakup enam belas pilar dalam pembangun karakter. Keenam belas pilar
tersebut, yakni kasih sayang, penghargaan, pemberian ruang untuk mengembangkan
diri, kepercayaan, kerjasama, saling berbagi, saling memotivasi, saling
mendengarkan, saling berinteraksi secara positif, saling menanamkan nilai-nilai
moral, saling mengingatkan dengan ketulusan hati, saling menularkan antusiasme,
saling menggali potensi diri, saling mengajari dengan kerendahan hati, saling
menginsiprasi, saling menghormati perbedaan.
3.3 Saran
Pihak
sekolah melakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja guru dalam mengajar
secara rutin, dan memberi masukan, pelatihan atau pendalaman cara mengajar guru
yang baik dan benar untuk meminimalisir terjadinya sikap dan perilaku guru yang
kurang profesional dalam kegiatan mengajar.