Jumat, 02 Mei 2014

KEDUDUKAN MODEL, PENDEKATAN, METODE DALAM BELAJAR MENGAJAR

KEDUDUKAN MODEL, PENDEKATAN, METODE DALAM BELAJAR MENGAJAR

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Tugas Mata Kuliah
Strategi Belajar Mengajar


logoUNJ
 







Disusun oleh:



Disusun oleh: Kelompok 8
Ani Atih
(8105118050)
Nazmi Farisi
(8105118010)
Nuroktaviani
(8105117993)


PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dilimpahkan hanya kepada Allah SWT, Tuhan pemelihara semesta alam yang dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul Kedudukan Model, Pendekatan, Metode dalam Belajar Mengajar. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. Penulisan makalah ini terdapat hambatan dan rintangan tetapi atas bantuan beberapa pihak, maka hambatan dan rintangan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Untuk semua itu penulis tidak dapat membalas jasa dan memberi penghargaan sebagaimana mestinya selain  memohon kehadirat Allah SWT semoga amal dan jasa yang penulis terima dari mereka diterima oleh Allah SWT sebagai amal saleh disisi-Nya. Akhirnya dengan ketulusan hati penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang baik dari para pembaca guna memperbaiki makalah ini.



Jakarta,   Februari 2014


Penulis










DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL  ...................................................................................................  i
KATA PENGANTAR .................................................................................................  ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................  iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah .....................................................................................  1
B.     Rumusan Masalah ...............................................................................................  1
C.     Tujuan .................................................................................................................  2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Model-model Pembelajaran ................................................................................  3
B.     Pendekatan Pembelajaran ...................................................................................  8
C.     Metode Pembelajaran .........................................................................................  13
D.    Kedudukan metode dalam pembelajaran ...........................................................  14
E.     Pemilihan dan Penentuan Metode Pembelajaran ................................................  16
F.      Macam-macam Metode Pembelajaran ................................................................  19
G.    Praktik Penggunaan Metode Pembelajaran ........................................................  24

BAB III PENUTUP  
A.    Studi Kasus dan Analisisnya .............................................................................. 28
B.     Kesimpulan ......................................................................................................... 30
C.     Saran ................................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA



A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sebagai kegiatan untuk mencapai tujuan, jenis dan prosedur kegiatannya, membutuhkan rangkaian pemikiran yang cermat. Rangkaian pemikiran yang cermat itu, diperlukan agar jenis dan prosedur kegiatan yang dipilih dan ditetapkan nantinya mempunyai nilai fungsional yang tinggi sebagai alat untuk pencapaian tujuan. Terlebih lagi, faktor-faktor yang ikut terlibatkan dalam kegiatan pembelajaran sangat beranekaragam, maka kecermatan itu diperlukan, agar koherensi hubungan antar faktor tersebut, dapat sinergis dalam pencapaian tujuan. Kegiatan guru yang berkenaan dengan penelusuran, pemilihan jenis dan prosedur kegiatan serta lain-lain pendukung kegiatan pembelajaran tersebut, lazimnya disebut kegiatan pemilihan metode pembelajaran.
Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru, terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih metode pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif. Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan model-model pembelajaran?
2.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran?
3.      Apa saja macam-macam metode mengajar?
4.      Bagaimana penggunaan metode mengajar?
C.    Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model-model pembelajaran?
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran?
3.      Untuk mengetahui apa saja macam-macam metode mengajar?
4.      Untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode mengajar?




























A.    Model-model Pembelajaran
Model Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara, contoh maupun pola, yang mempunyai tujuan meyajikan pesan kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti, dan dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik/guru sesuai dengan materi yang diberikan dan kondisi di dalam kelas. Suatu model akan mempunyai ciri-ciri tertentu dilihat dari faktor-faktor yang melengkapinya. Ciri-ciri model pembelajaran Tahun 1950 di Amerika yang dipelopori oleh Marc Belt menemukan ciri-ciri dari model-model pembelajaran, antara lain sebagai berikut:
a.       Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar tertentu, misalnya model pembelajaran inkuiri yang disusun oleh Richard Suchman dan dirancang untuk mengembangkan penalaran didasarkan pada tatacara penelitian ilmiah. Model pembelajaran kelompok yang disusun oleh Hebert Thelen yang dirancang untuk melatih partisipasi dan kerjasama dalam kelompok didasarkan pada teori John Dewey.
b.      Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
c.       Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas.
d.      Memiliki perangkat bagian model yang terdiri dari:
-          urutan langkah pembelajaran,yaitu tahap-tahap yang harus dilakukan oleh guru bila akan menggunakan model pembelajaran tertentu.
-          prinsip reaksi, yaitu pola perilaku guru dalam memberikan reaksi terhadap perilaku siswa dalam belajar.
-          sistem sosial, adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat mempelajari materi pelajaran. ada tiga pola hubungan dalam sistem sosial yaitu tinggi, menengah, dan rendah. pola hubungan disebut tinggi apabila guru menjadi pemegang kendali dalam pembelajaran. pola hubungan disebut menengah apabila guru berperan sederajat dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran. pola hubungan disebut rendah apabila guru memberikan kebebasan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran.
-          sistem pendukung adalah penunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas misalnya media dan alat peraga.
e.       Memiliki dampak sebagai akibat penerapan model pembelajaran baik dampak langsung dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maupun dampak tidak langsung yang berhubungan dengan hasil belajar jangka panjang. 
Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah :
1.      Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2.      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
3.      Tingkah laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat dilaksanakandengan berhasil.
4.      Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Komaruddin (2000) bahwa model belajar dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai : (1) suatu tipe atau desain (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati, (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek peristiwa ;(4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukan sifat bentuk aslinya.
Atas dasar pengertian tersebut, maka model dalam pembelajaran dapat dipahami sebagai model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang telah diprogram melalui media media peraga dalam membantu untuk memvisualisasikan pesan yang terkandung didalamnya untuk mencapai tujuan belajar sebagai pegangan dalam melaksanakan kegiataan pembelajaran.
Joyce dan Weil (2000)mengatakan ada empat kategori yang penting diperhatikan dalam model mengajar yaitu Model Informasi, model personal, model interaksi, dan model tingkah laku. Model mengajar yang telah dikembangkan dan di tes keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran pada empat kelompok yaitu:
1.      Model pemrosesan informasi (information Procesisng Models) menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model pengelolaan informasi ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia dalam mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan yang berdimensi personal dan sosial disamping yang berdimensi intelektual. Adapun model-model pemrosesan menurut Tom Final din (2001) terdiri atas:
a.       Model berfikir Induktif.
Tokohnya adalah Hilda Taba. Tujuan dari model ini adalah untuk mengembangkan proses mental induktif dan penalaran akademik atau pembentukan teori. Kemampuan-kemampuan ini berguna untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial.
b.      Model Inkuiri Ilmiah.
Tokohnya adalah Joseph J. Schwab. Model ini bertujuan mengajarkan sistem penelitian dari suatu disiplin tetapi juga diharapkan untuk mempunyai efek dalam kawasan-kawasan lain (metode-metode sosial mungkin diajarkan dalam upaya meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial).
c.       Model Penemuan Konsep
Tokohnya, Jerome Brunet. Model ini memiliki tujuaan untuk mengembangkan penalaran induktif serta perkembangan dan analisis konsep.
d.      Model pertumbuhan Kognitif.
Tokohnya, Jean Pieget, Irving sigel, Edmund Sulivan, dan Laawrence Kohlberg, tujuannya adalah untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama penalaran logis, tetapi dapat pula diterapkan pada perkembangan sosial moral.
e.       Model Penata Lanjutan
Tokohnya, David ausebel. Tujuannya untuk me-ningkatkan efisiensi kemampuan pemrosesan informasi guna menyerap dan mengkaitkan bidang-bidang pengetahuan.
f.       Model memori
Tokohnya, harry Lorayne & Jerry Lucas. Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengingat.

2.      Model personal (personal family) merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan kepada proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya dengan baik, memikul tanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini memusatkan perhatian keada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif. Sehingga diharapkan manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya. Adapun tokoh-tokohnya adalah:
a.         Model pengajaran nondirektif.
Tokohnya, Carl Rogers. Tujuan dari model ini adalah membentuk kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian, dan konsep diri.
b.      Model latihan Kesadaran
Tokohnya adalah fritz Peris dan William schultz tujuannya adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk eksplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak me-nekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman antarpribadi.
c.       Model Sinektik
Tokohnya adalah William Gordon model ini bertujuan untuk mengembangkan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.
d.      Model Sistem-sistem Konseptual
Tokohnya adalah, David Hunt tujuannya adalah me-ningkatkan kekompleksan dan keluwesan pribadi.
e.       Model Pertemuan Kelas
Tokohnya adalah William Glasser. Bertujuan untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri dan kelompok sosial.

3.      Model sosial (social family) menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki ke-cakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas sosial. Inti dari sosial model ini adalah konsep sinergi yaitu energi atau tenaga (kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial, pembelajaran di arahkan pada upaya melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan dan menerima fungsi dan peran sosial. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan mengembangkan serta mengetes hipotesis, oleh karena itu guru, seyogianya mengajarkan proses demokratis secara langsung jadi pendidikan harus diorganisasikan dengan cara melakukan penelitian bersama (cooperative inquiry) terhadap masalah-masalah sosial dan masalah-masalah akademis.

4.      Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral Model of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajaar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah yang kecil dan berurutan.
Dari beragam pernyataan-pernyatan mengenai model pembelajaran diatas menunjukan bahwa berbagai banyak cara untuk menerapkan pembelajaran efektif dan efisien. Dengan semikian, melalui pendekatan-pendekatan tersebut diharapkan guru dapat memilih pendekatan mana yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam kondisi yang ada saat ini. Intinya para guru harus bisa menyesuaikan dengan situasi didalam kelas dan suasana hati siswa dalam proses pembelajaran. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh guru secara tepat dan kontinyu, proses pembelajaran di kelas akan dirasakan menyenangkasn baik oleh guru maupun murid.

Memilih Model Pembelajaran yang Baik

Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.
Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
Pendapat serupa dikemukakan oleh Colin Marsh (1996 : 10) yang menyatakan bahwa guru harus memiliki kompetensi mengajar, memotivasi peserta didik, membuat model instruksional, mengelola kelas, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasi. Semua kompetensi tersebut mendukung keberhasilan guru dalam mengajar.
Setiap guru harus memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang menyangkut perbaikan kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar peserta didiknya.

B.     Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain:
1.      Pendekatan Kontekstual
 konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan, memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesame teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.

2.      Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999)  kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning.Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing.
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.

3.      Pendekatan Deduktif – Induktif
1.      Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
2.      Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16). Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan secara bergantian.
4.      Pendekatan Konsep dan Proses
1.      Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
2.      Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya.

5.      Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STMharuslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosialmempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association (NSTA) (dalam Poedjiadi, 2000) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah.

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan [KBBI, 1995].
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan [Wijaya Kusumah, 2009]. Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
Sedangkan istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha para guru untuk mengembangkan kegiatan belajar mengajar [Maswins, 2010]. Pembelajaran juga merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu [Agus, 2010]. Jadi, proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran [Akhmad Sudrajat, 2008].
Jadi metode Pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang bersifat umum. Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru haruslah berusaha mengatur lingkungan belajar agar menarik bagi anak didik untuk mencapai tujuan pengajaran yang baik dan sistematis sesuai dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki. Salah satu usahanya adalah dengan memahami kedudukan metode pembelajaran sebagai salah satu komponen keberhasilan dalam proses pembelajaran. Kedudukan metode pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)      Metode sebagai  alat motivasi ekstrinsik
Metode ekstrinsik Menurut Djamarah (2006) yang dikutip dari  Sardiman. A.M. (1988:90) adalah  motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada rangsangan dari luar. Karena itu, Metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode.Tuuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan , guru perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur untuk dapat memudahkan dalam pemilihan  metode untuk menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Dalam mengajar, guru tidak hanya menggunakan satu metode, namun beberapa metode agar peserta didik tidak bosan dengan hanya satu metode. BIla seorang guru hanya menggunakan satu metode, anak diidik akan terlihat kurang bergairah dalam belajar, kejenuhan dan kemalasan tampak dalam  kegiatan belajar. ini berarti , metode tidak dapat difungsikan sebagai alat ekstrinsik dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan metode yang bervariasi dapat dijadikan sebagai alat  motivasi ekstrinsik dalam pembelajaran sekolah.
2)      Metode sebagai Strategi pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mempu berkonsentrasi dalam waktu yang relative lama. Daya serap setiap anak didik berbeda-beda. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik.  Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Metode adalah salah satunya. Boleh jadi sekelompk anak didik mudah menyerap pelajaran dengan metode Tanya jawab, atau metode demonstrasi , eksperimen, cearmah dan sebagainya.  Menurut Djamarah (2006) yang dikutip dari Dra. Roestiyah.N.K.(1989:1) dalam proses pembelajaran guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu cara untuk menguasai strategi itu harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya metode mengajar.  Dengan demikian metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.         
3)      Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang kan dicapai dalam proses  pembelajaran yang memberikan arah kemana proses pembelajaran akan dibawa.  Tujuan dari proses pembalajaran tidak akan tercapai apabila komponen-komponen lainnya tidak diperhatikan. Salah satu komonennya adalah metode . Dengan memanfaatkan metode sebaik-baiknya tujuan pembelajaran akan tercapai. Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang proses pembelajaran sehingga akan menjadi alat efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut hasil forum Carnegie tentang pendidikan dan ekonomi (Arend et al., 2001), di abad informasi ini terdapat sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam pembelajaran. Kemampuan-kemampuan tersebut, adalah memiliki pemahaman yang baik tentang kerja baik fisik maupun sosial, memiliki rasa dan kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data, memiliki kemampuan membantu pemahaman siswa, memiliki kemampuan mempercepat kreativitas sejati siswa, dan memiliki kemampuan kerja sama dengan orang lain.

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik dikelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode mengajar yang digunakan guru setiap pertemuan berbeda-beda disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Dalam bahasan ini mencoba membahas masalah pemilihan metode dan penentuan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan uraian dimulai, dari nilai strategis metode, efektifitas penggunaan metode, pentingnya pemilihan dan penentuan metode, hingga factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode.

1.      Nilai Strategis Metode
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di kelas.
Kegagalan pengajaran salah satunya disebabakan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran.
Metode dapat dipahami sebagai suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan pembelajaran. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan pembelajaran. Karena itu, guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan pennetuan metode sebelum kegitan belajar dilksanakan dikelas.

2.      Efektivitas Penggunaan Metode
Ketika anak didik tidak mampu berkonsentrasi, ketika sebagian besar anak didik membuat kegaduhan, ketika anak didik menunjukkan kelesuan, ketika minat anak didik semakin berkurang dan ketika sebagian besar anak didik tidak menguasai bahan yang telah guru sampaikan, ketika itulah guru mempertanyakan factor penyebabnya dan dan berusaha mencari jawabannya secara tepat. Karena apabila tidak, maka apa yang guru sampaikan akan sia-sia. Karenanya, efektivitas penggunaan metode patut di pertanyakan.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian sntara metode denagn semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran,sebagai persiapan tertulis.

3.      Pentingnya Pemilihan dan Penentuan Metode
Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan pennetuan metode tidak dialkukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dari masing-masing metode pengajaran. Karena itu, yang terbaik guru lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran.

4.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Dalam bukunya, Djamarah (2006)  mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:
a.       Anak didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang relative lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. Dengan demikian jelas, kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran.
b.      Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan pembelajaran. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran berbagai-bagai jenis dan fungsinya. Secara hierarki tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga yang tinggi, yaitu tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler atau tujuan kurikulum, tujuan institusional, dan tujuan pendidikan dan nasional. 
Metode yang guru pilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi kedalam diri setiap anak didik. Artinya, metodelah yang harus mengikuti tujuan. Karena itu, kemempuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya.
c.       Situasi
Situasi kegiatan pembelajaran yang guru ciptakan tidak selamanya. Sama dari  ke hari. Misalnya suatu saat guru ingin  menciptakan situasi pembelajaran di alam terbuka, yaitu diluar ruang sekolah. Maka guru dalam hal in tentu memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan.   Di lain waktu apabila guru sesuai dengan sifat dan bahan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan, maka guru menciptakan lingkungan belajar anak didik secara berkelompok. Situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran.
d.      Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar. Anak didik disekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.
e.       Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Seorang guru yang bertitel sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan guru yang sarjana bukan pendidikan dan keguruan. Guru yang sarjana pendidikan dan keguruan barangkali lebih banyak menguasai metode-metode mengajar, karena memang dia dicetak sebagai tenaga ahli dibidang keguruan dan wajar saja dia menjiwai dunia guru.
Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kepribadian,latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Nehemia dalam blognya, mengemukakan bahwa beberapa faktor yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan metode mengajar sebagai berikut:
1)      Berpedoman pada tujuan; keinginan yang hendak dicapai dalam setiap interaksi edukatif.
2)      Perbedaan individual anak didik; aspek-aspek perbedaan anak didik yang perlu dipegang adalah aspek biologis, intelektual, dan psikologis.
3)      Kemampuan guru; disebabkan latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar.
4)      Sifat bahan pelajaran; setiap mata pelajaran mempunyai sifat-sifat masing-masing.
5)      Situasi kelas; situasi kelas mempengaruhi pemilihan metode mengajar.
6)      Kelengkapan fasilitas; penggunaan metode perlu dukungan fasilitas yang memadahi.
7)      Kelebihan dan kelemahan metode; kecermatan guru untuk memilih metode yang tepat karena setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan.

Terdapat beberapa macam metode mengajar yang dapat digunakan dalam mengajarkan matematika, bergantung kepada siapa yang belajar matematiaka. Macam-macam metode tersebut antara lain:
1.      Metode Proyek
Metode Proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
Kelebihan Metode Proyek
a.       Dapat memperluas pemikran siswa yang berguna dalam menghadapi masalah kehidupan.
b.      Dapat membina siswa dengan kebiasaan ,enerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari secara terpadu
c.       Metode ini sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik moderen.
Kelemahan Metode proyek
a.       Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertical ataupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b.      Pemilihan topic unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup fasilitas, dan sumber-sumber belajar yang diperlukan, bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah.
c.       Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.

2.      Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Kelebihan Metode Eksperimen
a.       Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
b.      Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia
c.       Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia
Kelemahan Metode Eksperimen
a.       Metode ini lebih cocok untuk bidang studi science dan teknologi
b.      Metode ini memerlukan ketelitian, keuletan dan ketabahan
c.       Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan dan pengendalian

3.      Metode Tugas dan Resitasi
Metode Tugas atau Resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melekukun kegiatan belajar. Dalam penerapan metode Resitasi perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
§  Fase Pemberian Tugas
§  Langkah Pelaksanaan Tugas
§  Fase Mempertanggung Jawabkan tugas
Kelebihan Metode Resitasi (Tugas)
a.       Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun    kelompok.
b.      Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru
c.       Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
d.      Dapat mengembangkan kreativitas siswa
Kelemahan Metode Resitasi (Tugas)
a.       Siswa sulit di control, apakah mengerjakan tugas atau tidak
b.      Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan   adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik
c.       Sering memberikan tugas yang monoton dapat membuat siswa bosan
4.      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bias berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
Kelebihan Metode Diskusi
a.       Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide atau gagasan dan terobosan yang baru dalam pemecahan suatu masalah
b.      Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain
c.       Memperluas wawasan
d.      Membina untuk terbiasa bermusyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah
Kelemahan Metode Diskusi
a.       Pembicaraan terkladang menyimpang, kadang memerlukan waktu yang panjang
b.      Tidak dapat dipakai pada kelompok besar
c.       Peserta mendapat informasi yang terbatas

5.      Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama dan Role playing dapat dikatakn sama artinya, dan dalam pemakainnya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah social.
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama antara lain adalah:
a.       Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain
b.      Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
c.       Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan
d.      Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah.

6.      Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, serta disertai dengan lisan.
Kelebihan Metode Demonstrasi
a.       Dapat membuat pengajaran lebih jelas dan lebih kongkret
b.      Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
c.       Proses poengajaran lebih menarik
d.      Siswa dirangsan untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri
Kelemahan Metode Demonstrasi
a.       Memerlukan keterampilan guru secara khusus dalam mendemonstrasikan bahan ajar
b.      Fasilitas yang kurang

7.      Metode Problem Solving
Metode Problem Solving adalah metode mengajar dan juga merupakan metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Kelebihan Metode Problem Solving
a.       Dapat membuat pendidikan disekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja
b.      Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara termpil.
c.       Merangsang perkembangan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh
Kelemahan Metode Problem Solving
a.       Memerlukan keterampilan guru dalam menentukan suatu masalah yang sesuai dengan tingkat berfikir siswa
b.      Memerlukan waktu yang cukup lama dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain

8.      Metode Karyawisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a.       Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b.      Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c.       Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a.       Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b.      Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c.       Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d.      Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
e.       Biayanya cukup mahal.
f.       Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

9.      Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.

10.  Metode Latihan
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.

11.  Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.

12.  Metode Belajar Kooperatif
Dalam metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya.

Dalam praktiknya, metode mengajar tidak hanya digunakan sendiri-sendiri menginat setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Ada kalanya guru harus mengkombinasikan berbagai macam metode agar tujuan pembelajaran tercapai. Hal ini tentu saja sangat bergantung kepada kekreatifan sang guru. Berikut beberapa kemungkinan kombinasi metode pembelajaran yang dikemukakan oleh Djamarah (2006).

1.      Ceramah, Tanya Jawab, dan Tugas
Telah kita ketahui bersama bahwa metode ceramah memiliki banyak kekurangan, oleh karenanya diperlukan metode yang lain untuk mendukung metode tersebut. Salah satunya dengan metode tanya jawab dan tugas. Setelah guru memberikan ceramah, siswa diipersilahkan untuk bertanya dan atau menjawab. Dilanjutkan dengan memberi tugas seperti rangkuman tentang materi yang telah disampaikan, post test, dan sebagainya. 






Berikut langkah yang mungkin dilakukan saat menggunakan kombinasi ini.
NO
Langkah
Jenis kegiatan belajar mengajar
1
Persiapan
1.      Menciptakan kondisi belajar siswa.
2
Pelaksanaan
-          Penyajian, tugu menyampaikan bahan pelajaran (metode ceramah).
-          Asosialisasi/komparasi, artinya memberi kesempatan kepa siswa untuk menghubungkan dan membandingkan materi ceramah yang telah diterimanya dengan tanya jawab.
-          Generisasi/kesimpulan, memberikan tugas kepada iswauntuk membuat kesimpulan melalui hasil ceramah.
3
Evaluasi/tindak lanjut
Mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diterimanya

2.      Ceramah, Diskusi, dan Tugas
Tidak jauh berbeda dengan kombinasi yang pertama, disini hanya mengganti metode tanya jawab dengan diskusi siswa.
NO
Langkah
Jenis kegiatan belajar mengajar
1
Persiapan
1.      Mempersiapkan kondisibelajar siswa
2.      Memberikaninformasi/penjelasan tentang tugas dalam diskusi (metode ceramah).
3.      Mempersiapkan sarana/prasarana untuk melakukan diskusi (tempat, peserta dan waktu)
2
Pelaksanaan
4.      Siswa melakukan diskusi:
Guru merangsang seluruh peserta berdiskusi
Memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk aktif
Mencatat tanggapan/saran dan ide-ide yang penting
3
Evaluasi/tindak lanjut
5.      Memberikan tugas kepada siswa untuk :
·         Membuat kesimpulan diskusi

3.      Ceramah, Demonstrasi dan Eksperimen
NO
Langkah
Jenis kegiatan belajar mengajar
1
Persiapan
1.   Menciptakan kondisi belajar siswa untuk melaksanakan metode demonstrasi dengan:
-          Menyediakan alat-alat demonstrasi
-          Tempat duduk
2
Pelaksanaan
1.      Mengajukan masalah kepada siswa (ceramah)
2.         Melaksanakan demonstrasi:
-       Menjelaskan dan mendemonstrasikan suatu prosedur atau proses
-       Usahakan seluruh siswa dapat mengikuti/mengamati demonstrasi dengan baik
-       Beri penjelasan yang padat, tapi singkat
-       Hentikan demonstrasi kemudian lakukan tanya jawab
3
Evaluasi/tindak lanjut
-       Beri kesempatan pada siswa untuk tindak lanjut mencoba melakukan sendiri (metode eksperimen)
-       Membuat kesimpulan hasil demonstrasi
-       Mengajukan pertanyaan kepada siswa

4.      Sosiodrama, Ceramah, dan Diskusi
NO
Langkah
Jenis kegiatan belajar mengajar
1
Persiapan
1.      Menentukan dan menceritakan situasi sosial yang akan didramatisasikan (metode ceramah)
2.      Memilih para pelaku
3.      Mempersiapkan pelaku untuk menentukan persanan masing-massing
2
Pelaksanaan
-          Siswa melakukan sosiodrama
-          Guru menghentikan sosiodrama pada saat situasi sedang memuncak (tegang)
-          Akhiri sosiodrama denga diskusi tentang jalan cerita, atau pemacahan masalah selanjutnya.
3
Evaluasi/tindak lanjut
-          Siswa diberi tugas untuk menilai atau memberi tanggapan terhadap pelaksanaan sosiodrama
-          Siswa diberi kesempatan untuk membuat kesimpulan hasil sosiodrama

5.      Ceramah, Problem Solving, dan Tugas
NO
Langkah
Jenis kegiatan belajar mengajar
1
Persiapan
1.      Menentukan dan menjelaskan masalah (metode ceramah)
2.      Menyediakan alat/buku-buku yang relevan dengan masalah tersebut.
2
Pelaksanaan
1.      Siswa mengadakan identifikasi masalah
2.      Merumuskan hipotesis atau jawaban sementara dalam memecahkan massalah tersebut
3.      Mengumpulkan data atau keterangan yang relevan dengan masalah
4.      Menguji hipotesis (siswa berusaha memecahkan masalah yang dihadapinyadengan data yang ada)
3
Evaluasi/tindak lanjut
1.      Membuat kesimpulan pemecahan masalah
2.      Memberikan tugas kepada siswa untuk mencatat hasil pemecahan masalah (metode tugas)
6.      Ceramah, Demonstrasi, dan Latihan
NO
Langkah
Jenis kegiatan belajar mengajar
1
Persiapan
a.       Menyediakan peralatan yang diperlukan
b.      Menciptakan kondisi anak untuk belajar
2
Pelaksanaan
1.      Memberikan pengertian/penjelasan sebelum latihan dimulai (metode ceramah)
2.      Demonstrasi proses atau prosedur itu oleh gurudan siswa mengamatinya
3.      Siswa diberi kesempatan mmengadakan latihan (metode latihan)
4.      yang dihadapinyadengan data yang ada)
3
Evaluasi/tindak lanjut
1.      Siswa membuat kesimpulan dari latihan yang ia lakukan.
2.      Guru bertanya kepada siswa

Dan masih banyak lagi kombinasi metode yang dapat dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ini lah salah satu waktu di mana seorang guru dituntut menjadi seorang yang kreatif dalam melaksanakan kewajibannya. 



















A.    Studi Kasus dan Analisisnya
1.      Ringkasan Kasus
Kasus Pembelajaran IPA Kelas V SD
Bu Is akan mengajarkan IPA dengan topik pernapasan pada manusia, di kelas V SD. Ia mempersiapkan media berupa gambar organ pernapasan dan model organ pernapasan dan model organ pernapasan manusia. Ia juga mempersiapkan LKS tentang nama – nama organ pernapasan manusia.
Sebelum mengajar, Bu Is memberikan apersepsi bahwa salah satu ciri makhluk hidup adalah bernapas. Bu Is juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu tentang macam/nama organ pernapasan manusia dan fungsi masing–masing organ tersebut. Setelah itu,  Bu Is memulai mengajar materi tentang organ pernapasan. Ia menyuruh semua murid menarik napas untuk membuktikan bahwa manusia bernapas dan untuk mengetahui dimana letak organ – organ pernapasan tersebut. Bu Is memasang organ pernapasan manusia di papan tulis, dan tanya jawab tentang nama – nama organ pernapasan manusia. Setelah itu Bu Is memberikan LKS sebagai latihan secara berkelompok. Siswa melaporkan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya.
Untuk menambah pemahaman siswa, Bu Is menunjukkan model organ pernapasan manusia. Hal ini juga bertujuan membuat siswa lebih tertarik untuk mengetahui siswa lebih tertarik untuk mengetahui letak dan fungsi organ pernapasan manusia.  Sambil menunjukkan pada model, Bu Is mengadakan tanya jawab tentang fungsi masing-masing organ pernafasan pada manusia.
Setelah itu Bu Is mengadakan evaluasi, dan setelah dikoreksi, Bu Is tidak menyangka bahwa hasilnya tidak memuaskan. Hasil nilai murid yang mencapai 75 ke atas hanya 10 orang dari 30 siswa. Bu Is merenung, mengapa target tidak tercapai, padahal dia menargetkan 75 % siswa mendapat nilai 75 ke atas?




2.      Analisis Kasus
Mengidentifikasi masalah yang penting
  1. Bu Is mengajarkan materi IPA dengan topik organ pernapasan manusia kelas V SD.
  2. Media yang digunakan adalah gambar dan model organ pernapasan manusia.
  3. LKS yang berisi gambar organ pernapasan manusia dan siswa disuruh untuk menjelaskan nama.
  4. Mengadakan apersepsi dengan menyatakan bahwa salah satu ciri makhluk hidup adalah bernapas.
  5. Menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu supaya siswa – siswa mengetahui tentang nama – nama organ pernapasan manusia dan fungsinya.
  6. Metode yang dipakai demonstrasi, tanya jawab,  penugasan, diskusi, ceramah.
  7. Setelah hasil ulangan diperiksa ternyata hanya ada 10 orang siswa yang nilainya 75 ke atas dari 30 orang siswa.
  8. Bu Is sudah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, ternyata hasilnya kurang memuaskan.

Analisis penyebab masalah
a.       Bu Is terlalu banyak menggunakan metode, sehingga dalam pelaksanaan
b.      masing – masing metode kurang tuntas.
c.       Bu Is tidak memberikan pemantapan materi dan kesimpulan di akhir
d.      kegiatan belajar mengajar.
e.       Bu Is kurang menguasai materi

Alternatif pemecahan masalah
  1. Seharusnya dalam proses belajar mengajar, Bu Is tidak terlalu banyak menggunakan metode, karena hal itu justru membuat proses pemahaman konsep menjadi tidak mantap. Pilih beberapa metode saja yang dianggap paling tepat untuk mengajarkan materi tersebut.
  2. Pada akhir proses belajar mengajar, seharusnya Bu Is memberikan pemantapan dan kesimpulan, supaya siswa lebih paham terhadap materi yang diajarkan.
  3. Sebelum mengajar seharusnya Bu Is sudah menguasai materi sehingga dalam pelaksanaannya berjalan dengan lancar, jelas, dan agar yang disampaikan mudah di serap oleh siswa.

Pemecahan masalah
Jika diamati lebih dalam, kasus yang muncul dalam pembelajaran Bu Is adalah karena kurang menguasai materi. Padahal salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi professional. Artinya ia harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam dari bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memiliki metode yang tepat serta mampu menggunakan berbagai metode dalam PBM. Guru juga harus memiliki pengetahuan luas tentang landasan kependidikan dan pemahaman terhadap murid.
Hal ini juga seperti yang dikemukakan oleh Robert W. Richey ( 1974 ) bahwa ciri – ciri profesionalisasi jabatan guru salah satunya adalah para guru di tuntut memiliki pemahaman serta ketrampilan yang tinggi dalam hal bahan pengajar, metode, anak didik dan landasan kependidikan.
Johnson (1980) menjabarkan cakupan  kemampuan professional guru diantaranya adalah penguasaan materi pelajaran yang etrdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penguasaan materi bagi seorang guru adalah mutlak adanya. Jadi untuk mengatasi kasus tersebut di atas, hal yang paling penting yang harus dikerjakan adalah peningkatan kompetensi guru dengan cara rajin membaca, menerapkan dan mengembangkan ilmunya. Dengan langkah seperti ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru yang berimbas pada peningkatan prestasi siswa. Jadi kasus di atas tidak akan terulang kembali.

B.     Kesimpulan
metode Pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang bersifat umum. Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. Kedudukan metode pembelajaran adalah sebagai alat motivasi ekstrinsik , alat untuk mencapai tujuan dan alat untuk mencapai tujuan. Macam-macam Metode Pembelajaran adalah metode proyek, eksperimen, tugas dan resitasi , diskusi, sosiodrama, demontrasi, problem solving, karya wisata, Tanya jawab, latihan, ceramah dan belajar kooperatif.

C.    Saran
Hendaknya bagi dosen memberi pengarahan yang lebih khusus. Jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah baik dari segi ketikan,tulisan,teori serta pengertian Harap diberi saran dan kritik yang bersifat membangun.






DAFTAR PUSTAKA







http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907, diakses pada tanggal 9 Februari 2014.









 

1 komentar: