COMMUNICATION, COACHING AND CONFLICT SKILLS
(KOMUNIKASI,
PELATIHAN DAN MENGELOLA KONFLIK)
Diajukan untuk Memenuhi salah Satu
Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan
Disusun oleh:
Disusun oleh: Kelompok 6
Ani
Atih
|
(8105118050)
|
Eko
Wahyudi
|
(8105118022)
|
Triviolanda
|
(8105118026)
|
Okta
Tri Sari
|
|
|
|
KONSENTRASI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN EKONOMI DAN ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
A. Komunikasi ....................................................................................................... 1
1.
Komunikasi
dan Kepemimpinan ................................................................... 1
2.
Mengirim
Pesan dan Menerima Instruksi ..................................................... 3
3.
Menerima Pesan ............................................................................................ 7
4.
Umpan
Balik ................................................................................................. 10
B. Pelatihan
............................................................................................................ 16
1.
Pelatihan dan Kepemimpinan ....................................................................... 17
2.
Bagaimana Memberikan Umpan
Balik untuk Pelatihan ............................... 17
3.
Memberikan Pujian dan Pengakuan .............................................................. 17
4.
Menghindari Menyalahkan dan Mempermalukan ........................................ 18
5.
Fokuskan pada Tindakan, bukan pada Pelaku .............................................. 18
6.
Memberikan Umpan Balik Spesifik dan Deskriptif ...................................... 18
7.
Memberikan Pembinaan
Umpan Balik ......................................................... 19
8.
Pendampingan
(Mentoring) .......................................................................... 19
C. Mengelola Konflik ............................................................................................ 20
1. Paradigma Mengenai Konflik........................................................................
22
2. Konflik dan Kepemimpinan ......................................................................... 22
3. Kontrak Psikologis ........................................................................................ 23
4. Konflik Timbul dengan Melanggar Kontrak Psikologis ............................... 24
5. Jenis-Jenis Konflik ........................................................................................ 24
6.
Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Konflik ................................................ 27
7.
Konsep Manajemen Konflik ......................................................................... 28
8.
Gaya Manajemen Konflik ............................................................................. 29
9.
Keuntungan dan
Kerugian yang Diakibatkan oleh Konflik yang Terjadi
dalam
Sebuah Organisasi/Perusahaan ........................................................... 35
D. Kesimpulan ........................................................................................................ 36
A.
Komunikasi
Komunikasi adalah
proses menyampaikan informasi dan makna. Komunikasi berlangsung benar hanya
jika semua pihak memahami pesan dari perspektif yang sama. Di semua tingkat
organisasi, telah diperkirakan bahwa setidaknya 75 persen setiap hari kerja
dikonsumsi dalam komunikasi. Dengan demikian, setiap orang yang sukses dalam
bisnis komunikasi.
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris
“communication”), secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari
bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam
kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu
suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Jadi, komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Komunikasi itu penting, semua orang tahu, karena ini
merupakan basic instinct dari setiap makhluk hidup. Setiap makhluk punya cara
komunikasi masing-masing, setiap manusia pun tak lepas dari cara dia melakukan
komunikasi. Kita tak bisa membeda-bedakan bahasa, suku, adat, kebiasaan,
tradisi maupun agama karena pada dasarnya berkomunikasi, menyampaikan pesan itu
asal dilakukan dengan baik dan benar, serta dalam keadaan saling terbuka,
fikiran jernih tanpa sentimen dan perasaan negatif, pasti maksud yang ingin
disampaikan dapat diterima.
1.
Komunikasi
dan Kepemimpinan
Komunikasi adalah
kompetensi utama bagi para pemimpin, karena komunikasi yang efektif merupakan
bagian dari kepemimpinan. Penelitian empiris mendukung pernyataan bahwa
pemimpin yang efektif juga komunikator yang efektif, ada hubungan positif
antara kompetensi komunikasi dan kinerja kepemimpinan. Komunikasi yang baik
keterampilan berkendara kepemimpinan yang efektif.
Kunci
sukses sebuah organisasi itu ada pada diri seorang pemimpin. Sedangkan pemimpin
yang sukses itu adalah pemimpin yang mampu menjalankan komunikasi secara baik.
Jenis komunikasi yang dituntut dari seorang pemimpin adalah komunikiasi
yang produktif. Yaitu, komunikasi yang melahirkan etos, semangat,
imajinasi, cita-cita, gerakan bersama, tanggung jawab, dan kemauan
bekerjasama, dan seterusnya.
Pemimpin
dan komunikasi adalah dua hal yang saling terkait satu sama lain. Pemimpin tak
akan bisa mengkoordinir yang dipimpinnya tanpa ada kemampuan untuk
berkomunikasi secara baik dengan yang dipimpinnya. Maka tak salah jika orang
yang akan dipilih jadi pemimpin adalah orang yang mempunyai bakat untuk
berkomuniksi dengan khalayak secara baik.
Pemimpin
karena tugasnya sebagai pimpinan maka komunikasinya sering kali berbentuk
vertikal; dari atasan ke bawahan. Pemimpin mempunyai wewenang untuk memerintah,
melaksana, membebankan tugas kepada bawahanya. Bawahan sebagi orang yang
dipimpin dan memiliki pemimpin berkewajiban untuk memenuhi perintah atasannya.
Namun
kadang kala ada komunikasi yang terjadi antara pimpinan dan bawahan tidaklah
berjalan mulus sebagaimana mestinya. Ada perintah yang tidak terlaksana, bahkan
sengaja tidak laksana, asal dikerjakan oleh bawahannya. Hal ini terjadi
lantaran cara pemimpin mengkomunikasikan perintahnya tidak berkenan dihati yang
dipimpinnya. Pemimpin tidak berkomunikasi dulu dengan bawahannya ketika
memutuskan sesuatu, tidak memberikan pemahaman, memutuskan sesuatu tanpa
perhitungan dan berbicara seenaknya adalah beberpa contoh dari style ketidak
beresan komunikasi seorang pemimpin yang berujung pada hal seperti itu tadi.
Dalam
sebuah rapat di salah satu perusahaan produksi seorang pemimpin mengemukakan
idenya. Idenya itu berupa pemberlakuan tidak diperbolehkannya karyawan makan
siang di luar saat jam istirahat, karyawan hanya diperbolehkan untuk makan
siang di sekitar lokasi produksi atau kantin yang juga dikelola oleh
perusahaan. Dengan alasan untuk menghemat waktu sekitar 30 menit bagi karyawan
untuk berjalan keluar, waktu 30 menit ini dapat digunakan karyawan untuk
mengoperasikan kembali mesin-mesin produksi. Salah seorang jajaran direksi
sempat memberi masukan agar karyawan jangan terlalu dikekang kebebasannya “toh
jam istirahat juga” takut nanti menurunkan vitalitas kerja karyawan. Sebenarnya
usulan itu juga didukung oleh yang lain namun karena sang pemimpin telah ketuk
palu, mengabaikan saran dan meganggap keputusan yang diambilnya adalah yang
terbaik makanya semuanya terpaksa diam.
Lalu
setelahnya apa yang terjadi? 30 menit penghematan waktu untuk meningkakatkan
kualitas produksi adalah 30 persen omset perusahaan menurun karena turunnya
hasil produksi. Para karyawan yang biasanya bisa rileks dengan sekedar jalan keluar,
ngobrol ringan sambil jalan menjadi tidak punya vitalitas kerja karena
pembatasan ruang untuk istirahat sehingga performa kerjanya menurun. Lalu
siapakah yang harus disalahkan sang pemimpin?
Ilustrasi
diatas hanyalah sekedar contoh, bayangkanlah kalau itu memang benar-benar
terjadi hanya karena etika komunikasi pemimpin yang bermasalah, rapat tapi
mengambil dan memutuskan keputusan sendiri. Pemimpin apapun kita, pemimpin
perusahaan, yayasan, sekolah, pemimpin rumah tangga, ataupun hanya sekedar ketua
kelas di kelas saja haruslah memerhatikan etika komunikasi ini. Jangan
seenaknya berbicara dengan kuasa kita, pikirkan orang yang kita pimpin adalah
manusia. Atau jangan-jangan kita termasuk orang yang serakah, walaupun bukan
dalam hal mengumpulkan harta seperti kata seorang filusuf “orang yang serakah
adalah orang yang tak mau mendengarkan orang bicara”.
Akhirnya,
memang benar pemimpin memiliki kekuasaan untuk memaksa namun pemaksaan tidaklah
cocok dijadikan sebagai cara. Pemimpin yang baik bukanlah memerintah akan
tetapi membuat pekerjanya merasa bertanggung jawab akan kerjanya yang sudah
barang tentu dengan adanya komunikasi harmonis yang lebih dulu tercipta.
2.
Mengirim
Pesan dan Menerima Instruksi
Manajer menggunakan
proses komunikasi untuk pengiriman berbagai pesan baik secara pribadi, di
telepon, dan secara tertulis. Merupakan bagian yang penting dari pekerjaan
seorang manajer untuk memberikan instruksi, dengan mengirim pesan, oleh karena
itu pesan yang disampaikan oleh seorang maanajer harus efektif, yaitu dapat
diterima baik oleh bawahan.
a.
Perencanaan
Pesan
Perencanaan pesan merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan komunikasi. Pesan- pesan yang terencana dengan
baik akan mempermudah pencapaian tujuan komuniksasi (Hajiji 2005). Penyusunan
pesan-pesan bisnis meliputi tiga tahap :
1) Fase perencanaan, adanya pemikiran
yang sangat mendasar seperti masksud/tujuan komunikasi audience yang akan
menerima pesan, ide pokok pesan-pesan yang akan disampaikan, dan saluran atau
media yang akan digunakan dalam penyampaian pesan. Disamping itu intonasi suara
juga perlu diatur, pakah melemah, mendatar atau tinggi. Yang penting adalah
mensiasati situasi yang ada, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
2) Fase Komposisi, erat kaitanya dengan
penyusunan atau pengaturan kata- kata, kalimat, dan paragraf. Karena dalam
penyusunan kata-kata harus dapat dipertanggungjawabkan terhadap yang dituangkan
dalam kata-kata tersebut dan terdapat seleksi berbagai ilustrasi yang ada serta
melakukan penyusunan mendukung ide pokok, gunakan kata-kata yang sederhana,
mudah dipahami, dimengerti, dan dilaksanakan oleh si penerima pesan.
3) Revisi, setelah ide yang disusun
dituangkan dalam kata-kata, kalimat, parakraf, perhatikan apa kata-kata itu
telah diekspereesikan dengan benar. Seluruh maksud dan isi pesan harus ditelaah
kembali, apakah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Kalau ternyata
belum sesuai perlu dilakukan pengecekan sekaligus Revisi/perbaikan seperlunya,
sehingga apa yang direncanakan sebelumnya dapat dicapai.
Dalam melakukan perencanaan, maksud
dan tujuan penyampaian pesan-pesan harus ditentukan terlebih dahulu baik secara
umum maupun khusus disamping itu dalam tahap perencanaan, analisis audien yang
mencakup pengembangan profil audience, pemenuhan kebutuhan informasi audience
dan pemenuhan kebutuhan motivational audience perlu dilakukan. Langkah dalam
proses perencanaan pesan-pesan komunikasi adalah menentukan ide utamanya. Ide
utama merupakan rangkuman dari pesan-pesan yang disampaikan. Dengan
mendefinisikan ide utama, akan diperoleh arahan tau petunjuk tentang apa yang
harus dilakukan. Merencanakan pesan-pesan komunikasi perlu juga dilakukan
pemilihan saluran komunikasi lisan, atau komunikasi tulisan. Media yang ingin
digunkan, seperti apakah yang digunkan media surat, laporan, media pidato, atau
presentasi harus juga ditentukan.
Secara
singkat, perencanaan pesan dapat dilakukan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1) Apa
tujuan dari pesan tersebut? Tujuan dari pesan dapat berupa untuk mempengaruhi,
untuk memberikan informasi, untuk mengekspresikan perasaan, dan sebagainya.
Setelah Anda mengetahui apa tujuan dari pesan Anda, selanjutnya tentukanlah
bagaimana cara menyampaikan pesan tersebut sehingga tujuan dari pesan dapat
tersampaikan dengan baik.
2) Siapa
yang harus menerima pesan? Setelah menentukan tujuan dari pesan yang akan
disampaikan, langkah selajutnya adalah menentukan siapa yang harus menerimaa
pesan yang akan Anda sampaikan.
3) Bagaimana
Anda akan mengirim pesan? Pada langkah ini yang dilakukan adalah merencanakan
bagaimana Anda akan menyampaikan pesan sehingga pesan dapat dipahami. Pilihlah
metode yang tepat yang sesuai dengan penerima pesan dan kondisi.
4) Kapan
pesan akan ditransmisikan? Waktu adalah hal yang penting. Untuk itu perlu
digunakan waktu yang tepat dalam mentransmisikan pesan. Memilih waktu yang
tepat untuk mentransmisikan pesan akan menunjang keberhasilan penyamapaian
pesan.
5) Dimana
pesan dapat ditransmisikan? Menentukan tempat yang tepat untuk mentransmisikan
pesan adalah untuk menghindari gangguan sekecil apapun saat mentransmisikan
pesan.
b.
Komunikasi
Lisan
Komunikasi lisan merupakan proses komunikasi yang
menggunakan percakapan untuk menyampaikan maklumat kepada penerima. Komunikasi
secara lisan dilakukan ketika komunikator berhadapan langsung dengan komunikan,
ketika sedang rapat, presentasi, atau komunikasi yang dilakukan melaui telepon.
Proses Pengiriman Pesan
Lisan
Langkah 1 Megembangkan
Hubungan
Membuat nyaman
penerima pesan dengan memulai komunikasi dengan pembicaraan yang ringan
terlebih dahulu yang berhubungan dengan pesan yang akan disampaikan. Hal
tersebut membantu mempersiapkan komunikan/receiver untuk menerima pesan.
Langkah 2
Menyatakan Tujuan Komunikasi Anda
Tujuan komunikasi bisnis yang
umum adalah untuk mempengaruhi, menginformasikan, dan mengekspresikan perasaan.
Dengan menyatakan tujuan, akan sangat membantu bagi penerima untuk mengetahui
hasil akhir yang diinginkan dari komunikasi.
Langkah 3
Mengirimkan Pesan Anda
Apabila tujuan komunikasi
untuk mempengaruhi, beritahu pada penerima apa yang ingin Anda lakukan, berikan
instruksi, dan sebagainya. Apabila tujuan komunikasi untuk memberikan
informasi, maka beritahukanlah informasi tersebut.
Langkah 4
Cek Pemahaman Receiver
Ketika mempengaruhi atau
memberikan informasi, Anda harus mengajukan pertanyaan langsung. Misalnya
“Apakah ada pertanyaan?”. Hal tersebut diakukan untuk mengetahui sejauhmana
tingkat pemahaman receiver terhadap pesan yang disampaikan.
Langkah 5
Mendapatkan Komitmen dan Tindak Lanjut
Ketika tujuan komunikasi
untuk memberikan informasi atau mengekspresikan perasaan, maka tidak diperlukan
komitmen. Tetapi, ketika tujuan sari komunikasi untuk mempengaruhi, adalah
penting mendapatkan komitmen untuk bertindak. Pemimpin perlu memastikan bahwa
para pengikut dapat melakukan tugas dengan baik. Ketika komunikasi untuk
mempengaruhi, perlu juga menindaklanjuti untuk memastikan bahwa tindakan yang
diperlukan telah diambil atau dilaksanakan.
c.
Komunikasi
Tertulis dan Tips Menulis
Komunikasi tulisan/tertulis adalah
komunikasi yang menggunakan kata atau symbol
tertulis dan dipergunakan untuk menyampaikan
berita yang sifatnya singkat, jelas tetapi dipAndang perlu untuk ditulis dengan
maksud-maksud tertentu. Komunikasi ini dapat dilaksanakan dalam bentuk memo,
surat, laporan, pengumuman, poster, dan lain-lain.
Dengan
kemajuan teknologi dan internet, Anda dapat bekomunikasi dengan saipapun di
seluruh dunia, misalnya dengan menggunakan e-mail. Untuk itu, kemampuan
berkomunikasi melalui tulisan sangat penting untuk dimiliki. Jadi, berikut ini
tips yang dapat membantu Anda untuk memperbaiki tulisan Anda.
-
Sebelum Anda menulis, tetapkan terlebih
dahulu tujuan komunikasi Anda. Buatlah poin-poin garis besar isi pesan yang
akan disampaikan. Kemudian mulailah menulis berdasarkan pada outline yang telah
Anda buat. Paragraph pertama berisi tujuan utama dari komunikasi. Paragraph
tengah berisi pernyataan yang mendukung tujuan dari komunikasi, misalnya fakta,
angka, dan sebagainya. Paragraph terakhir berisi ringkasan point utama dari isi
pesan.
-
Menulis untuk berkomunikasi, bukan untuk
mendapatkan kesan. Usahakan pesan harus pendek dan simple. Membatasi paragraph
dengan topik tunggal dengan rata-rata lima kalimat. Setiap kalimat rata-rata 15
kata. Gunakan kalimat langsung seperti “Saya rekomendasikan…” dari pada kalimat
tidak langsung seperti “direkomendasikan…”.
-
Perbaiki pekerjaan Anda dan menulis
ulang jika diperlukan.
3.
Menerima
Pesan
Proses komunikasi yang
kedua adalah yang perlu diperhatikan oleh pimpinan adalah menerima pesan.
Ketika menggunakan komunikasi lisan, kunci sukses memahami pesan adalah
mendengarkan. Namun pada kenyataannya, kegagalan dalam mendengakan menurut
Warren Bennis menjadi salah satu penyebab kegagalan pimpinan. Oleh karena itu,
seorang pemimpin perlu juga untuk mendengarkan orang lain.
Proses
Menerima Pesan
Mendengarkan
§
Memperhatikan
§
Menghindari
gangguan
§
Fokus
§
Jangan
mengganggu dan memberikan intrupi
§
Perhatikan
nonverbal
§
Mengajukan
pertanyaan
§
Membuat
catatan
§
Menyampaikan
makna
|
Cek
Pemahaman
§ Uraikan
dengan kata-kata sendiri
§ Perhatikan
nonverbals
|
Menganalisis
§
Berpikir
§
Mengevaluasi
setelah selesai mendengarkan
|
a.
Mendengarkan
Mendengarkan
merupakan proses memberikan perhatian penuh kepada pembicara. Ketika pembicara
sedang mengirim pesan, maka Anda harus mendengarkan dengan:
§ Memperhatikan. Ketika seseorang mengajak Anda untuk berbicara,
berhentilah melakukan apapun dan berikanlah perhatian penuh pada pembicara. Relaxkan
pikiran Anda, agar cepat memahami pembicaraan. Apabila Anda melewatkan beberapa
kata, maka Anda akn kehilangan pesan yanh disampaikan.
§ Menghindari
gangguan. Fokuskan mata Anda kepa
pembicara. Jangan memaikan pena, kertas, atau bentuk gangguan lainnya. Jika Anda
berada di tempat yang bising atau menganggu, disarankan untuk pindah ketempat
yang tenang.
§ Fokus. Ketika orang lain sedang berbicara atau dosen sedang
mengajar, mka jangan biarkan pikiran Anda menyimpang ke topic pribadi. Jika
pikiran Anda menyimpang, Anda harus segera kembali focus pada pembicara. Jangn
menghilangkan Fokus Anda dari pembicara dikarenakan Anda tidak setuju
sedikitpun dengan apa yang disampaikan oleh pembicara. Jika topic pembicaraan
sulit dimengerti, jangan menghilangkan focus, tetapi cobalah dengan mengajukan
beberapa pertanyaan dengantidak memikirkan apa yang akan dikatakan oleh pembicara
tentang pertanyaan Anda, namun cukup dengarkan saja dengan baik.
§ Jangan mengganggu
dan memberikan intrupsi. Hal yang
selanjutnya dilakukan untuk menjadi pendengar yang baik adalah jangan
sekali-kali Anda menganggap tahu tentang apa yang akan dibicarakan oleh
pembicara, atau hanya mendengar bagian awal saja dari pembicaraan kemudian Anda
langsung menyimpulkan sendiri tanpa mendengarkan pesan secara lengkap.
Kesalahan sebagian besar ditimbulakan dari hal yang demikian dimana pembicara
tidak mendengarkan pesan secara lengkap. Untuk itu, bagian yang penting dari
proses mendengarkan adalah dengan mendengarkan seluruh pesan tanpa menggangu
pembicara.
§ Perhatikan
nonverbal. Agar pesan dapat
tersampaikan dengan baik, maka ketika Anda mendengarkan, Anda harus memahami
baik maksud dan isi dari pesan yang disampaikan. Terkadang seseorang mengatakan
suatu hal dan berarti suatu hal yang lain. Maka, saat Anda mendengarkan
perhatiakan dan pastikan dari sisi nonverbal pembicara, hal itu dapat dilihat
dari mata, tubuh, dan wajah yang dapat mengirim pesan yang sama seperti pesan
verbal. Jika terdapat ketidaksamaan, maka pastikanlah hal tersebut dengan
mengajukan pertanyaan.
§ Mengajukan
pertanyaan. Ketika Anda merasa ada
sesuatu yang kurang/hilang, yang bertentangan, atau Anda tidak mengerti, maka
ajukanlah petanyaan untuk mendapatkan penjelasan yang lebih lengkap.
§ Membuat catatan.
Bagian yang penting dari
mendengarkan adalah menulis hal-hal yang penting dari isi pesan sehingga Anda
dapat mengingat hal tesebut suatu saat nanti, dan menjadi dokumen ketika pesan
tersebut diperlukan. Hal ini sangat penting terutama ketika Anda mendengarkan
instruksi/perintah. Anda harus selalu memiliki sesuatu untuk mencatat seperti
pena dan buku catatan atau kartu indeks.
§ Menyampaikan
makna. Setelah pembicara selesai menyampaikan pesannya, maka Anda
sebagai pendengar harus memberikan tanggapan atas isi pesan sehingga pembicara
mengetahui bahwa Anda mendengarkan pembicaraan dengan baik. Cara yang dapat Anda
lakukan adalah dengan menggunakan petunjuk verbal seperti dengan mngucapkan,
“saya merasa…”, “Baiklah”, “Saya mengerti”, dan sebagainya. Anda juga harus
menggunakan komunikasi nonverbal seperti kontak mata, ekspresi yang tepat,
menganggukan kepala, dan sebagainya untuk menunjukan bahwa Anda tertarik dan
mendengarkan dengan baik.
b.
Menganalisis
Menganalisis
adalah proses berfikir tentang isi pesan, decoding (menguraikan kode yang terdapat
dalam pesan, dan mengevaluasi pesan. Proses mendengarkan yang buruk bisa
terjadi karena rata-rata orang berbicara 120 kata per menit, padahal kemampuan
mendengarkan seseorangan adalah 500 kata per menit. Dengan demikian, kemempuan
mendengarkan atau memahami kata-kata lebih dari empat kali lebih cepat daripada
kemampuan berbicara, untuk itu saat mendengarkan dan menganalisis pesan Anda
harus melakukan hal berikut ini:
§ Berpikir. Untuk membantu mengatasi perbedaaan kecepatan antara
kemampuan Anda untuk mendengarkan dengan tingkat kecepatan orang berbicara,
maka Anda harus menggunakan kecepatan otak Anda secara sunguh-sungguh.
Mendengarkan secara aktif dapat dilakukan dengan mengorganisir, meringkas,
meninjau, menafsirkan, dan sering mengkritisi pembicaraan. Kegiatan ini akan
membantu Anda untuk melakukan decoding pesan secara efektif.
§ Mengevaluasi
setelah selesai mendengarkan. Ketika
seseorang mencoba untuk mendengarkan dan mengevaluasi pesan pada saat yang
sama, maka mereka cenderung kehilangan sebagian atau seluruh pesan. Sebaiknya Anda
mendengarkan seluruh isi pesan terlebih dahulu, kemudian menyimpulkannya.
Ketika mengevaluasi pesan, maka dasar yang dipakai adalah berdasarkan
fakta-fakta bukan pada strereotif dan generalisasi.
c.
Memeriksa
Pemahaman
Memeriksa
pemahaman Anda terhadap pesan yang disampaikan merupakan salah satu proses
untuk mendapatkan umpan balik. Setelah Anda selesai mendengarkan pesan, cek pemahaman
Anda dengan sebagai berikut:
§ Uraikan dengan
kata-kata sendiri. Mulailah
berbicara dengan memberikan umpan balik pesan, gunakan kata-kata sendiri untuk
mengulang pesan yang Anda terima kepada pengirim. Ketika Anda dapat mengutip
pesan dengan benar, sampaikanlah kepada pembicara bahwa Anda telah mendengarkan
dan memahami pesan yang disampaikan. Dengan demikian, Anda telah siap untuk
mengungkapkan ide-ide Anda, saran, solusi, keputusan, atau apapun yang
berkaitan dengan pesan yang disampaikan oleh pembicara.
§ Perhatikan nonverbal.
Ketika Anda berbicara, maka
lihatlah isyarat nonverbal orang lain. Jika orang tampak tidak mengerti dengan
apa yang Anda bicarakan, maka nada harus memperjelas pesan sebelum emyelesaikan percakapan.
4.
Umpan
Balik
Feedback adalah dua kata dalam bahasa Inggris
yang terdiri dari kata feed (artinya:
memberi makan) dan back (artinya:
kembali). Secara harfiah berarti “memberi makan kembali”, tetapi makna yang
sebenarnya adalah “memberi masukan kembali”.
Komunikasi merupakan aspek yang
tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi yang baik tentunya
akan menciptakan hubungan yang harmonis antarsesama. Keberhasilan komunikasi
ini bila ditinjau dari segi keilmuan, maka dapat ditelaah berdasarkan
unrsur-unsur yang ada di dalamnya, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan,
dan umpan balik. Kelima unsur yang merupakan hasil kajian Harold Laswell ini
saling berkaitan dan mempengaruhi. Di antara kelima unsur ini, umpan balik
merupakan unsur yang paling penting dalam menentukan keberhasilan komunikasi.
Untuk itu, pada bagian ini akan dibahas mengenai: pentingnya
umpan balik, aturan umpan balik dalam memverifikasi pesan, aturan
umpan balik dalam mencapai tujuan, kebutuhan untuk terbuka terhadap umpan balik
kritik, pendekatan umum untuk mendapatkan umpan balik pesan, bagaimana
mendapatkan umpan balik pesan, dan derajat umpan balik multilateral.
a.
Pentingnya
Umpan Balik
Umpan balik adalah proses
verifikasi pesan dan menentukan apakah tujuan dari pesan tersebut terpenuhi.
Menetukan apakah tujuan telah terpenuhi memiliki jangkauan yang sangat luas.
Namun pada dasarnya, setiap kali seseorang seang mengirim atau menerima pesan
atau informasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan dapat memepengaruhi
kinerja, mereka akan memberikan atau mendapatkan umpan balik.
Umpan balik yang ditimbulkan dalam
proses komunikasi memberikan gambaran kepada komunikator tentang seberapa
berhasil komunikasi yang dilakukannya. Jadi, umpan balik (feedback) merupakan
satu-satunya elemen yang dapat ’menjudge’ apakah komunikasi yang telah
berlangsung berhasil atau gagal. Keberlangsungan komunikasi yang dibangun
sebelumnya ditentukan oleh umpan balik sebagai bentuk penilaian, dan bila
dianalogikan lagi dengan seorang siswa-dia naik kelas atau tidak-maka, umpan
balik adalah sebagai nilai raportnya.
Dengan mengetahui umpan balik yang
dikirimkan oleh komunikan, maka sebagai komunikator, kita akan dapat langsung
mengetahui apakah tujuan dari pesan kita tersampaikan atau tidak. Apakah umpan
balik itu berupa respon negatif ataupun respon positif. Contoh kecil ketika
kita berceramah atau berpidato di depan khalayak umum. Maka kita akan dapat
melihat reaksi apa saja yang dilakukan oleh pendengar di depan kita. Mungkin
ada yang tekun memperhatikan, ada yang mengobrol dengan teman di sampingnya,
ada yang menguap karena bosan, atau melakukan interupsi atas apa yang kita
sampaikan. Semua perilaku atau reaksi yang dilakukan oleh penonton di depan
kita merupakan umpan balik yang langsung diberikan kepada kita sebagai
komunikator.
Orang yang mendengarkan dengan tekun
mungkin memberikan respon positif sedangkan yang mengobrol dengan teman di
sampingnya memberikan respon negatif. Namun, kesimpulan ini tidak kaku.
Artinya, mungkin tubuh orang yang ‘kelihatan’ tekun mendengarkan, berada di
depan kita, sedangkan pikirannya jauh berada di luar sana. Namun sebaliknya,
orang yang mengobrol dengan temannya, mungkin sedang asyik berdiskusi tentang
apa yang kita sampaikan. Bahkan, diam pun bisa disebut sebagai umpan balik yang
menAndakan dua hal, apakah ia mengerti atau tidak sama sekali.
b.
Aturan
Umpan Balik dalam Memverifikasi Pesan
Memberikan pertanyaan, paraphrase
(mengunkapkan dengan kata-kata sendiri), dan memberikan komentar dan saran
merupakan bentuk-bentuk dari umpan balik yang dapat digunakan untuk memeriksa
tingkat pemahaman kita. Perlu diingat bahwa memeriksa tingkat pemahaman
penerima pesan merupakan langkah keempat dalam proses pengiriman pesan lisan.
Umpan balik ketika memberi dan menerima pesan dapat berpengaruh terhadap
prestasi kerja. Umpan balik memotovasi karyawan untuk mencapai tingkat kinerka
yang tinggi. Organisasi perlu melatih karyawan untuk memberikan umpan balik
yang efektif, karena hal tersebut merupakan bagian penting dari komunikasi
pimpinan.
Adanya saling memahami terhadap makan
pesan harus ada agar komunikasi dapat berlangsung. Cara terbaik untuk
meyakinkan bahwa telah terjadi komunikasi yang baik adalah dengan mendapatkan
umpan balik dalam bentuk pertanyaan dan paraphrase. Jika penerima pesan dapat
menjawab pertanyaan atau paraphrase pesan, maka komunikasi telah berlangsung.
c.
Aturan
Umpan Balik dalam Mencapai Tujuan
Umpan
balik juga penting untuk mengetahui bagaiamana pemimpin dan organisasi dapat
maju dalam memenuhi tujuannya. Perlu diingat bahwa suatu tujuan harus dapat
diukur. Umpan balik dapat digunakan untuk mengukur kinerja, serat menerima dan
memberi umpan balik harus menjadi proses yang berkelanjutan serta efektif. Dengan
demikian, pemimpin harus menetapkan tujuan yang spesifik dan memantau proses
pencapaian tujuan tersebut melalui umpan balik. Meskipun berdasarkan penelitian
telah jelas menunjukan akan pentingnya umpan balik dalam kinerja organisasi,
banyak organisasi gagal ntuk menggunkan umpan balik yang efektif.
d.
Kebutuhan
untuk Terbuka Terhadap Umpan Balik Kritik
Untuk
meningkatkan kinerja Anda dan memiliki kemajuan dalam suatu organisasi, Anda
harus terbuka terhadap umpan balik yang biasa disebut dengan kritik. Kemauan
seseorang untuk menerima umpan balik tergantung pada beberapa ciri kepribadian
para pemimpin yang efktif. Pada kenyataanya, para karyawan yang bisa memperoleh
keuntungan dari umpan balik yang berhubungan degan pekerjaan seringkali menolak
umpan balik karyawan tersebut, dan pimpinan yang memiliki locus of control
eksternal (pengawasan eksternal), cenderung mengabaikan masukan tentang
kelemahan pimpinan.
Untuk
itu, Anda perlu mengumpulkan umpan balik untuk menilai kinerja Anda. Jika Anda
menerima umpan balik pribadi, ingat bahwa sama saja dengan Anda meminta untuk
mendengarkan hal-hal yang mungkin mengejutkan, membuat marah, atau menghina Anda,
dan bahkan akan menyakiti perasaan Anda. Jika Anda menjadi defensif (sikap
bertahan) dan emosional, dan sulit untuk tidak merasa bahwa Anda sedang diserang,
maka umpan balik akan berhenti. Setiap orang tidak akan benar-benar menikmati
kritikan, bahkan ketika hal tersebut berguna. Anda harus menyadari bahwa
kritikan dari manajer, teman sebaya (rekan kerja), atau lainnya memang suatu
hal yang menyakitkan. Menjaga pharaprase adalah hal yang penting ketika Anda
diberikan kritikan. Apabila Anda ingin meningkatkan kinerja Anda dan memiliki karir
yang sukses, mencari umpan balik yang jujur tentng bagaimana Anda dapat
meningkatkan kinerja Anda. Ketika Anda mendapat kritikan, apakah Anda
memintanya atau tidak, maka lihatlah sebagai cara untuk meningkatkan peluang Anda,
tetaplah tenang, (bahkan ketiak orang lain sedang emosi), dan jangan bersikap
defensive, dan gunakan umpan balik untuk meningkatkan kinerja Anda.
e.
Pendekatan
Umum untuk Mendapatkan Umpan Balik Pesan
Salah
satu pendekatan umum yaitu cenderung mengabaikan umpan balik untuk keseluruhan
pesan dan menganggap bahwa pesan telah disampaikan dengan pengertian yang sama.
Pendekatan kedua adalah menyampaikan seluruh pesan kemudian bertanya “Apakah Anda
sudah memiliki pertanyaan?” Dengan pendekatan ini biasanya umpan balik jarang
didapatkan karena orang memilki kecenderungan untuk tidak bertanya. Dibawah ini
adalah empat alasan mengapa orang tidak mengajukan pertanyaan.
§ Penerima merasa bodoh. Untuk
mengajukan pertanyaan, terutama jika tidak ada orang lain pada saat mendenarkan
pesan, mengajukan pertanyaan sering dianggap sebagai pengakuan tidak
memeperhatikan atau tidak cukup memahami pesan.
§ Penerima bodoh. Kadang-kadang
orang tidak cukup tahu mengenai isi pesan, apakah pesan tersebut tidak lengkap,
tidak benar atau tunduk pada interpretasi. Penerima tidak mengajukan pertanyaan
karena apa yang diakatan menganggap semua benar. Penerima tidak memahami pesan
atau tidak tahy apa yang harus ditanyakan.
§ Penerima enggan untuk menunjukkan
ketidaktahuan pengirim. Hal ini sangat umum ketika pengirim
adalah seorang manajer dan penerima adalah karyawan. Karyawan sering takut
bahwa mengajukan pertanyaan menunjukan bahwa manajer telh melakukan pekerjan
yang buruk dalam mempersiapkan dan mengirim pesan, atau menunjukan bahwa
manajer salah. Terlepas dari hal tersebut, pada umumnya akan tetap sama, dimana
karyawan tidak dapat mengajukan pertanyaan ketika mereka tidak mengerti.
§ Penerima memiliki hambatan budaya. Hal
tersebut dapat terjadi, misalnya di
banyak Negara-negara Asia dianggap tidak sopan untuk tidak setuju dengan
manajer, sehingga karyawan akan menjawab ya ketika ditanya oleh manajer jika
pesan telah dipahami.
Setelah manajer mengirim pesan dan
menanyakan apakan ada pertanyaan, mereka kemudian melanjutkan untuk membuat
kesalahan umum lain. Sehingga manajer berasumsi bahwa tidak ada pertanyaan yang
diajukan berarti komunikasi telah selesai, dan ada kesamaan pengertian pada
pesan yang disampaikan. Pada kenyataannya, sering terjadi kesalahpahaman dalam
pesan. Ketika yang dilakukan karyawan berbeda dengan yang diinginkan manajer,
maka tugas tersebut harus dikerjakan ulang. Pada akhirnya yang sering terjadi
adalah membuang-buang waktu, bahan, dan usaha.
Penyebab paling umum tidak dihasilkannya
komunikasi yang baik adalah kurangnya mendapatkan umpan balik yang menjamin
bahwa adanya kesamaan pemahaman terhadap pesan. Penggunaan pertanyaan dan
paraphrase yang tepat dapat membantu Anda memastikan bahwa pesan Anda dapat
tersampaikan dengan baik.
f.
Bagaimana
Mendapatkan Umpan Balik Pesan
Berikut ini empat
pedoman yang harus Anda gunakan ketika ingin mendapatkan umpan balik pesan. Hal
ini dapat diterapkan untuk manajer dan non manajer.
§ Terbuka pada umpan balik.
Tidak ada pertanyaan yang bodoh, mak ketiak seseorang mengajukan pertanyaan, Anda
harus mau mendengarkan, dan sabar menjawab pertanyaan dan menjelaskan hal –hal
yang ditanyakan dengan jelas. Jika orang lain merasa bahwa Anda marah jika
mereka mengajukan pertanyaan, maka mereka tidak akan mengajukan pertanyaa.
§ Menyadaari komunikasi nonverbal. Anda
harus memastikan bahwa komunikasi nonverbal Anda dapat mendorong orang lain
untuk melakukan umpan balik. Misalnya jika Anda mengatakan untuk memberikan
kesempatan bertanya pada orang lain tetapi ketika orang tersebut mengajukan
pertanyaan dan nonverbal Anda memperlihatkan bahwa seolah-olah mereka bodoh
atau tidak sabar, maka orang akan belajar untuk tdsk mengajukan pretanyaan. Anda
juga harus membaca dan menyadari komunikasi non verbal orang lain. Misallnya,
jika Anda sedngan menjelaskan tugas untuk Larry dan dia memiliki tatapan
bingung di wajahnya, dia mungkin tidak bersedia untuk mengatakan bahwa dia
tidak mengerti. Dalam kasus demikian, Anda harus berhenti dan mengklarifikasi pesan
sebelum pesan tersebut dilaksanakan oleh Larry.
§ Mengajukan pertanyaan. Ketika
Anda mengirim pesan, pesan perlu dipahami sebelum mengambil tindakan, sehingga
tindakan tersebut tidak perlu diubah atau diulang. Berkomunikasi adalah
tanggung jawab pengirim dan penerima pesan. Sehingga Anda harus mengajukan
pertanyaan untuk memeriksa pemahaman peneriam pesan, bukan hanya bertanya,
“Apakah Anda memiliki pertanyaa?” Pertanyaan langsung yang berkaitan dengan
informasi spesifik yang telah Anda berikan akan menunjukan apakah penerima
telah mendengarkan, dan apakah dia telah cukup mengerti untuk memberikan
jawaban langsung. Jika respon yang didapat tidak sesuai, cobalah ulangi pesan Anda
dengan memberikan lebih banyak contoh, atau menguraikan lebih lanjut tetang isi
pesan. Anda juga dapat mengajukan pertanyaan langsung untuk mencapai umpan
balik. Respon terhadap pertanyaan langsung akan memberitahu Anda tentang umpn
baalim seseorang.
§ Menggunakan paraphrase. Indicator
yang apaling akurat untuk menguur pemahaman penerima pesan adalah paraphrase.
Bagaimana cara Anda untuk meminta penerima mengungkapakn isi pesan dengan
bahasanya sendiri (paraphrase) akan mempengaruhi sikap penerima. Misalnya,
jiaka Anda mengatakan “Joan, ceritakan apa yang saya katakan sehingga saya bisa
yakin Anda tidak akan membuat kesalahan seperti biasa," mungkin kan
memperlihatkan perilaku defensive di pihak Joan. Joan mungkin akan melakuakan
kesalahan. Dibawah ini adalah contoh permintaan yang tepat untuk mendapatkan
paraphrase.
“Sekarang ceritakan apa
yang akan Andaa lakukan, jadi kita yakin bahwa kita berada dalam perjanjian”
“Apakah akan Anda
ceritakan apa yang akan Anda lakukan, sehinggasya bisa yakin bahwa saya
menjelaskan dengan jelas”
Yang
perlu diperhatikan adalah, jenis permintaan untuk paraphrase harus
mengahasilkan sikap positif terhadap pesan dan pengirim, menunjukan sikap
kepedulian terhadap karyawan, dan menghasilkan komunikasi yang fektif.
g.
Umpan
Balik Multilateral 360 Derajat
Sejauh
ini, kita telah membahas metode informal untuk mendapatkan umpan balik. Sekarang
kita akan beralih ke proses evaluasi formal menggunakan umpan balik multirater 360
derajat. Penggunaan umpan balik dari berbagai sumber telah menjadi populer
sebagai sarana untuk memperbaiki kinerja. Hampir 500 perusahaan menggunakan
beberapa jenis instrumen umpan balik multirater untuk mengevaluasi manajer
mereka dan menjadi kunci kontribusi individu.
Seperti
namanya, umpan balik 360 derajat didasarkan pada menerima evaluasi kinerja dari
banyak orang. Kebanyakan bentuk evaluasi 360 derajat diselesaikan oleh orang yang
sedang dievaluasi, oleh manajernya, teman sebaya, dan bawahan. Pelanggan,
pemasok, dan orang-orang luar lainnya juga digunakan dalam proses umpan balik
360 derajat.
Saat
diadakan evaluasi akhir karyawan, hal tersebut didasarkan pada beberapa sumber,
mungkin lebih dari satu tujuan diselesaikan hanya oleh manajer. Namun, manajer
mungkin menjadi orang yang memberikan evaluasi akhir, atau evaluasi mereka
dapat diberikan paling berat. Jika Anda serius tentang karir Anda, sangat
penting bagi Anda untuk fokus pada umpan balik dari manajer Anda dan melakukan
apa yang diperlukan untuk menerima evaluasi yang baik. Karyawan biasanya
menerima hasil evaluasi 360-derajat mereka dari seseorang di departemen sumber
daya manusia atau dari konsultan eksternal yang sering membantu orang
mengembangkan rencana kegiatan untuk meningkatkan kinerja. Manajer juga
memiliki masukan ke dalam rencana untuk perbaikan dan bekerja dengan karyawan
selama periode evaluasi berikutnya.
B.
Pelatihan
Pelatihan
adalah salah satu dari kemampuan kepemimpinan yang paling banyak dibicarakan.
Pelatihan menjadi dasar terhadap terjadinya umpan balik dan komunikasi: Pelatihan
tersebut mencakup memberi umpan balik, yang memerlukan komunikasi. Pada bagian ini
yang akan kita diskusikan adalah mengenai pelatihan dan kepemimpinan, bagaimana
cara untuk memberikan umpan balik pelatihan, dan apa yang dimaksud dengan
kritik—dan mengapa hal tersebut tidak dapat berjalan. Maka kita akan menyajikan
satu model pelatihan yang bisa Anda gunakan dalam pekerjaan, dan diakhiri
dengan singkat oleh pembhasan mengenai mentoring yang mungkin saja akan
mempertimbangkan satu bentuk dari pelatihan.
1. Pelatihan dan Kepemimpinan
Pelatihan
adalah proses memberi umpan balik motivasional untuk memelihara dan membuktikan
kinerja. Pelatihan dirancang untuk memaksimalkan kekuatan karyawan dan
meminimumkan kelemahan karyawan. Pelatihan membantu para pemimpin
berkonsentrasi pada tujuan, mengembangkan daya tahan, dan membangun kecerdasan
interpersonal. Tujuannya hanya satu yaitu untuk membuat hidup lebih baik bagi
karyawan dan organization. Manajer dari pola pikir manajemen tidak melihat
pelatihan dalam deskripsi pekerjaan mereka. Namun bagaimanapun, para pemimpin
dari pandangan pola pikir kepemimpinan melihat bahwa mengembangkan pengikut
secara efektif merupakan bagian penting dari pekerjaan seorang pemimpin.
Sebagai sarana untuk meningkatkan kinerja, organisasi harus melatih para
manajer mereka untuk menjadi pelatih, dan keadaan seperti ini diperkirakan akan
terus berlanjut. Dengan demikian, pelatihan dapat meningkatkat kinerja.
Mengembangkan
keterampilan pelatihan Anda adalah salah satu bagian penting dalam membangun
kepemimpinan Anda. Terlepas Anda adalah seorang manajer atau bukan manajer, atau
Anda mungkin akan menjadi seorang pemimpin sekaligus pelatih. Pelatihan
merupakan hal yang penting ketika seorang karyawan baru bekerja dan memasuki
organisasi.
2.
Bagaimana Memberikan Umpan Balik untuk Pelatihan
Ketika
orang mendengarkan kata pelatihan, mereka akan menganggap bahwa pelatihan
berhubungan dengan atlit-atlit, tetapi seorang manajer juga memerlukan peatihan
untuk mencari kinerja yang stabil dan perbaikan berkelanjutan. Keterampilan pelatihan
atlit pada saat ini sedang digunakan dengan dalam dunia bisnis. Jika Anda telah
mempunyai seorang pelatih yang baik, maka hal yang yang dia lakukan adalah
untuk membantu memelihara dan meningkatkan kinerja Anda daripada anggota
lainnya. Sewaktu-waktu dan dapat mengamati suatu acara olahraga, perhatikanlah
dengan baik pelatih dalam acara olahraga tersebut dan belajarlah beberapa cara
pelatihan yang dapat digunakan untuk melatih karyawan.
3.
Memberikan
Pujian dan Pengakuan
Mengapa
Anda memberikan pengenalan kepada karyawan untuk melakukan pekerjaan mereka?
Alasannya adalah sederhana: Karena hal tersebut memotivasi karyawan untuk
memelihara dan meningkatkan kinerja. Setalah Anda mempelajari pentingnya
memberikan pujian, dan bagaimana cara menggunakan model untuk memberikan
pujian, kita tidak bisa terlalu menekankan akan pentingnya memberi pujian dan
pengenalan, dan Anda tidak bisa memberikan terlalu banyak hal tesebut.
Pengenalan meliputi pujian, penghargaan, dan upacara pengenalan. Penghargaan
meliputi sertifikat prestasi, surat pujian, lencana, tanda peringatan, piala,
medali, pita, pakaian, uang tunai, perjalanan, makanan, karyawan terbaik
bulanan, dan lain sebagainya. Penghargaan adalah tindakan simbolis terima kasih
untuk kontribusi kepada organisasi.
4.
Menghindari
Menyalahkan dan Mempermalukan
Tujuan
pelatihan adalah mengembangkan karyawan baik dari aspek pengetahuan, kemampuan,
dan keterampilan. Dengan begitu, perilaku kepemimpinan apapun yang memfokuskan
pada membuat orang merasa kesulitan dan tidak membantu ke arah mengembangkan karyawan,
adalah suatu yang dikatakan tidak baik. Sebagai contoh, jika seorang karyawan
membuat suatu kekeliruan dan karyawan tersebut menyadarinya, maka tidak perlu
dinyatakan secara lisan, karena dengan melakukan hal tersebut hanya akan
membuat mereka merasa tidak enak. Pernyataan seperti, "Saya terkejut
karena Anda telah melakukan XYZ,” atau “Saya kecewa terhadapa Anda,” maka
diusahakan agar menghindari kata-kata tersebut. Disamping itu, para pemimpin
yang efektif akan memperlakukan kesalahan sebagai pengalaman untuk belajar.
5.
Fokuskan
pada Tindakan, bukan pada Pelaku
Tujuan
dari pelatihan adalah untuk mencapai perilaku yang diinginkan, bukan untuk
meremehkan orang. Gunakanlah contoh pelatihan yang menggambarkan cara pelatihan
dengan memusatkan perubahan perilaku dari pada dengan cara memusatkan pelatihan
pada orang yang dilatih. Ketika pelatihan yang dilaksanakan lebih memusatkan
pada orang bukn pada perilaku, maka akan terjadi penempatan yang salah atau
kebingungan atau bahkan meremehkan orang.
6.
Memberikan
Umpan Balik Spesifik dan Deskriptif
Umpan
balik spesifik sangat diperlukan untuk menghindari kebingungan pada perilaku
tertentu yang perlu untuk ditingkatkan. Bandingkanlah pernyataaan tentang
kritik pada bagian sebelumnya yang tidak spesifik, dengan pernyataan evaluasi
diri yang lebih spesifik. Anda dapat memahami bagaimana orang yang dikritik
mungkin tidak mengerti secara spesifik tentang apa yang manajer bicarakan, jadi
kritik tersebut tidak dapat merubah orang tersebut walaupun mereka akan
bersedia untuk melakukannya?
Umpan
balik deskriftif merupakan umpan balik yang didasarkan pada fakta atau
kesimpulan. Sebuah fakat memungkinkan untuk diamati dan dibuktikan, sedangkan
kesimpulan tidak bisa. Dalam situasi tertentu, manajer bisa mengamati dan
membuktikan bahwa karyawan membuat lebih banyak kesalahan minggu ini
dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Bagaimanpun manajer tidak dapat
mengamati atau membuktikan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Manajer dapat
menyimpulkan berbagai alasan yang dapat mengubah perilaku karyawan tersebut,
seperti malas, sakit, atau masalah lainnya. Oleh karena itu, berikanlah umpan
balik berdasarkan fakta dari pada umpan balik berdasarkan kesimpulan, karena
berdasarkan faakta akan cenderung lebih positif, sementara umpan balik
berdasarkan kesimpulan cenderung menjadi kritik yang lebih negative.
7.
Memberikan Pembinaan Umpan Balik
Evaluasi
diri dapat menjadikan pekerjaan menjadi lebih baik, terutama ketika kinerja perlu
untuk dipertahankan dari pada ditingkatkan. Namun, hal tersebut tidak selamanya
sesuai, jika terlalu sering digunakan, maka akan membatasi kesuksesan. Namun,
sewaktu-waktu Anda akan melakukan pembinaan tanpa evaluasi diri. Hal tersebut
sangat penting untuk mendapatkaan respon positif terhadap perilaku dan hasil
negative, cara untuk melakukan inii adalah dengan tidak melakuakan kesalahan
tetapi dengan menawarkan manfaat dari perilku positif.
8.
Pendampingan
(Mentoring)
Mentoring
adalah bentuk pembinaan di mana seorang manajer yang lebih berpengalaman membantu anak didik yang
kurang berpengalaman. Dengan demikian, 10 tips untuk pembinaan/pelatihan berlaku juga
untuk mentoring. Namun, mentoring cakupannya lebih luas dari pada pelatihan.
Para mentor formal biasanya berada pada tingkat yang lebih tinggi dari
manajemen dan bukan merupakan bawahan manajer secara langsung. Keluaraga,
teman-teman dan rekan kerja juga bisa menjadi mentor. Tanggung jawab utamanya
adalah untuk melatih anak didik dengan menyediakan nasihat karir yang baik dan
membantu mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang diperlukan untuk
membentuk manajemen karir yang sukses. Namun, anak didik tidak harus mencoba
untuk menjadi seperti mentor, kita semua memang perlu belajar dari orang lain
namun kita perlu menjadi diri sendiri untuk menjadi efektif.
Studi penelitian
telah menemukan bahwa hasil mentoring sanagt berperan dalam kemajuan
karir yang lebih baik dan kepuasan kerja bagi anak
didik. Berdasarkan keberhasilan mentoring,
banyak organisasi-termasuk
IRS, Hewlett-Packard, dan IBM-memiliki
program mentoring formal, sementara yang
lain memiliki mentoring informal.
Kita semua membutuhkan
mentor, jadi jangan menunggu seseorang meminta Anda untuk mencari mentor. Jika organisasi Anda memiliki
program mentoring formal, cobalah
untuk mendaftar dalam kegiatan tersebut.
Jika itu adalah mentoring informal,
banyaklah bertanya tentang cara
mendapatkan mentor, dan ajukan pertanyaan-pekerjaan atau yang berhubungan
dengan karier dan mintalah saran.
C.
Mengelola Konflik
Tidak ada
masalah yang lebih penting bagi hubungan manusia daripada konflik. Konflik ada
setiap kali orang dalam perselisihan dan oposisi. Di tempat kerja, konflik tidak bisa dihindari karena orang tidak
melihat hal-hal dengan cara yang sama.
Kesuksesan organisasi didasarkan pada
seberapa baik berurusan dengan konflik. Pada bagian ini kita membahas kontrak psikologis, konflik dan kepemimpinan, dan menyajikan lima gaya manajemen konflik dapat Anda gunakan untuk menyelesaikan konflik. Para manajer menghabiskan banyak waktu
dan energi untuk menangani konflik. Upaya penanganan konflik sangat penting
dilakukan, karena setiap jenis perubahan dalam suatu organisasi cenderung
mendatangkan konflik.
Sebagaimana saat ini,
dalam rangka otonomi daerah, banyak sekali perubahan institusional yang
terjadi, yang tidak saja berdampak pada perubahan struktur dan personalia,
tetapi juga berdampak pada terciptanya hubungan pribadi dan organisasional yang
berpotensi menimbulkan konflik. Di samping itu, jika konflik tidak ditangani
secara baik dan tuntas, maka akan mengganggu keseimbangan sumberdaya, dan
menegangkan hubungan antara orang-orang yang terlibat. Kegagalan dalam
menangani konflik dapat mengarah pada akibat yang mencelakakan. Konflik dapat
menghancurkan organisasi melalui penciptaan dinding pemisah di antara rekan
sekerja, menghasilkan kinerja yang buruk, dan bahkan pengunduran diri.
Para manajer organisasi
publik harus menyadari bahwa konflik disebabkan oleh faktor-faktor yang
berlainan, maka model yang digunakan dalam pengelolaan konflik juga berlainan,
tergantung keadaan. Memilih sebuah model pemecahan konflik yang cocok
tergantung pada beberapa faktor, termasuk alasan mengapa konflik terjadi, dan
hubungan khusus antara pimpinan dengan pihak yang terlibat konflik. Efektivitas
pimpinan organisasi dalam menangani konflik tergantung pada seberapa baik
mereka memahami dinamika dasar dari konflik, dan apakah mereka dapat mengenali
hal-hal penting yang terdapat dalam konflik tersebut.
Konflik bukanlah suatu
fenomena yang obyektif dan nyata, tetapi ia ada dalam benak orang-orang yang
terlibat dalam konflik tersebut. Karena itu untuk menangani konflik, seseorang
perlu bersikap empati, yaitu memahami keadaan sebagaimana yang dilihat oleh
para pelaku penting yang terlibat konflik. Unsur yang penting dalam manajemen
konflik adalah persuasi.
Ada 5 cara untuk
mengelola konflik yaitu:
§ Integrating
(Problem Solving) yaitu dengan cara dimana pihak-pihak yang berkepentingan
secara bersama-sama mengidentifikasikan masalah yang dihadapi, mencari,
mempertimbangkan dan memilih solusi dalam pemecahan suatu konflik. Cara ini
sangat tepat untuk konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman.
§ Obliging
(Smoothing) yaitu seseorang lebih memusatkan perhatian pada upaya untuk
memuaskan pihak lain daripada diri sendiri. Dan berupaya mengurangi perbedaan
dan menekan pada persamaan atau kebersamaan di antara pihak-pihak yang
terlibat.
§ Dominating
(Forcing) yaitu Orientasi pada diri sendiri yang tinggi dan rendahnya
kepedulian terhadap orang lain. Cara ini juga disebut memaksa karena
menggunakan legalitas formal dalam penyelesaikan konflik.
§ Avoiding
yaitu suatu taktik menghindar atau hanya untuk menyelesaikan konflik yang
disebabkan karena hal yang sepele. Namun cara ini hanya bersifat sementara dan
tidak menyelesaikan pokok masalah.
§ Compromising
yaitu menepatkan seseorang pada posisi moderat, yang secara seimbang memadukan
antara kepentingan sendiri dan kepentingan orang lain dan merupakan pendekatan
saling memberi dan menerima dari pihak yang terlibat konflik.
Dari cara-cara tersebut
dapat disimpulkan bahwa untuk menyelesaikan suatu konflik haruslah dilihat dari
berbagai sisi, yaitu latar belakangnya, kategori pihak-pihak yang terkait,
masalah yang dihadapi, dan kompleksitas organisasi.
1.
Paradigma
Mengenai Konflik
Terdapat tiga pandangan
mengenai konflik. Hal ini disebabkan karena adanya pandangan yang berbeda
mengenai apakah konflik merugikan, hal yang wajar atau justru harus diciptakan
untuk memberikan stimulus bagi pihak-pihak yang terlibat untuk saling
berkompetisi dan menemukan solusi yang terbaik. PAndangan itu adalah sebagai
berikut:
Pandangan Tradisional
(The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa semua konflik itu buruk.
Konflik dilihat sebagai sesuatu yang negatif, merugikan dan harus dihindari.
Untuk memperkuat konotasi negatif ini, konflik disinonimkan dengan istilah
violence, destruction, dan irrationality.
Pandangan Hubungan
Manusia (The Human Relations View). Pandangan ini berargumen bahwa konflik
merupakan peristiwa yang wajar terjadi dalam semua kelompok dan organisasi.
Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, karena itu keberadaan
konflik harus diterima dan dirasionalisasikan sedemikian rupa sehingga
bermanfaat bagi peningkatan kinerja organisasi.
Pandangan Interaksionis
(The Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong terjadinya
konflik, atas dasar suatu asumsi bahwa kelompok yang koperatif, tenang, damai,
dan serasi, cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak
inovatif. Oleh karena itu, menurut aliran pemikiran ini, konflik perlu
dipertahankan pada tingkat minimun secara berkelanjutan, sehingga kelompok
tetap bersemangat (viable), kritis-diri (self-critical), dan kreatif.
2.
Konflik dan Kepemimpinan
Banyak
pemimpin terus-menerus terkena konflik. Penelitian
menunjukkan dari manajer mencurahkan sekitar satu - seperlima dari waktu
mereka untuk menangani konflik.
Kemudian penanganan konflik secara
konstruktif adalah keterampilan kepemimpinan
yang paling penting. Kemampuan
pemimpin untuk menyelesaikan konflik akan berdampak langsung terhadap keberhasilan kepemimpinan Anda. Dengan kecenderungan menuju kerja sama tim, keterampilan konflik semakin penting untuk membuat tim decion.
Dalam ekonomi global, Anda harus peka terhadap perbedaan budaya sehingga Anda tidak membuat konflik tambahan
berdasarkan keragaman. Banyak kualitas yang orang
lihat dari seorang pemimpin yaiut kemampuan untuk melihat apa yang terjadi,
kepekaan diri yang tinggi, keterampilan untuk memotivasi dan menginspirasi
orang lain, keterampilan berkomunikasi dan mendengarkan, kemampuan untuk melihat
gambar besar tujuan perusahaan dan mengarahkan orang ke sana. Satu hal yang
seringkali tidak terdapat di ‘top 10’ keterampilan yang harus dimiliki, adalah
kemampuan untuk mengatasi konflik, untuk menciptakan konflik dan
menyelesaikannya.
3.
Kontrak Psikologis
Kontrak psikologis
dalam suatu organisasi adalah hal yang penting untuk menghasilkan komitmen yang
baik antara pegawai dan manajer. Kontrak psikologis adalah suatu kumpulan
harapan-harapan tidak tertulis yang ada dalam diri setiap individu dalam
organisasi (tanpa memAndang hirarki jabatan) yang selalu ada sepanjang individu
tersebut ada dalam organisasi tersebut. Kunci dari kontrak psikologis adalah
mutualitas diantara individu dengan individu, maupun individu dengan
organisasi, mutualitas ini muncul dan hanya terjadi jika masing-masing dari
pihak yang berkepentingan memiliki tujuan yang ingin dicapainya dan mereka
yakin bisa mencapainya, dan untuk menyeimbangkan kontrak psikologis tersebut
kedua belah pihak yang berkepentingan harus merasa bahwa mutualitas ini akan
menghasilkan sesuatu yang bernilai.
Kontrak psikologis
sebagai kontrak informal tidak tertulis yang terdiri dari ekspektasi karyawan
dan atasannya mengenai hubungan kerja yang bersifat timbal balik. Artinya,
kontrak psikologis muncul ketika karyawan menyakini bahwa kewajiban perusahaan
pada karyawan akan sebanding dengan kewajiban yang diberikan karyawan kepada
perusahaan sebagai contoh karyawan berkeyakinan bahwa perusahaan akan
menyediakan keamanan kerja dan kesempatan promosi dan berkomitmen terhadap
perusahaan. Kepuasan kerja secara empiris dipAndang sebagai salah satu faktor
yang dapat menunjang karyawan agar bekerja dengan hAndal dalam menyelesaikan
tugasnya. Kepuasan kerja adalah emosi atau perasaan individu yang menyenangkan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan yang ditAndai dengan imbalan, keadaan
pekerjaan, kesempatan berpromosi bimbingan dan dorongan rekan kerja.
Kinerja individu yang
efektif menekankan pada sejauh mana individu tersebut melakukan tugas
pekerjaan, apakah hanya sebatas menjalankan tugas sesuai dengan peranannya
(in-role) atau melaksanakan tugasnya melebihi peranan yang seharusnya
(extra-role). Individu yang dengan sukarela melaksanakan tugasnya melebihi
peranannya adalah individu yang memiliki motivasi yang kuat dalam bekerja,
memiliki kepuasan dalam bekerja dan adanya perasaan yang diakibatkan dari
terpenuhinya kontrak psikologis pegawai/karyawan, sehingga kinerja karyawan tercapai.
Semua
hubungan manusia bergantung pada kontrak psikologis. Kontrak psikologis adalah harapan
implisit tertulis dari masing-masing pihak dalam suatu hubungan. Di tempat kerja, Anda memiliki satu set harapan
apa yang akan memberikan kontribusi
kepada organisasi (tenaga, waktu, keterampilan), dan apa yang akan memberikan kepada Anda (kompensasi, pekerjaan satisfaction).
4.
Konflik Timbul dengan Melanggar Kontrak
Psikologis
Kontrak
psikologis rusak untuk
dua alasan utama: (1) Kami gagal untuk
membuat harapan eksplisit kita sendiri dan gagal untuk
menyelidiki harapan dari pihak lain. (2) Kami
furher berasumsi bahwa pihak lain memiliki harapan
yang sama yang kita pegang. Jadi selama orang memenuhi
harapan kita, semuanya baik-baik
saja, tetapi ketika mereka
tidak memenuhi harapan kita, kita berada dalam konflik. Oleh karena itu penting untuk berbagi informasi dan bernegosiasi secara tegas. Kontrak
Psikologis merupakan harapan tidak tertulis bahwa tenaga kerja dan pemberi
kerja mempunyai sifat alamiah dari hubungan kerja mereka.
Kotrak tidak tertulis
itu terutama terkait dengan harapan bahwa tenaga kerja akan melakukan “yang
terbaik” bagi organisasi dan organisasi akan melakukan “yang terbaik” bagi
tenaga kerja. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pelanggaran kontrak
psikologis berdampak negative terhadap kinerja individu maupun organisasi.
Turnley & Feldman (1999) mengemukakan bahwa pelanggaran terhadap kontrak
psikologis oleh pemberi kerja berdampak pada meningkatnya jumlah pekerja yang
meninggalkan organisasi, meningkatnya protes dan penolakan terhadap kebijakan
organisasi, serta menurunnya loyalitas pekerja.
Nadin & Williams
(2012) menyoroti bahwa penelitian terkait kontrak psikologis cenderung berat
sebelah. Penelitian lebih banyak menyoroti dampak pelanggaran kontrak yang
dilakukan pemberi kerja tapi kurang menyoroti pelanggaran kontrak yang
dilakukan oleh pekerja. Oleh karena itu, dalam penelitian mereka, Nadin &
Williams (2012) berhasil menunjukkan dampak yang terjadi pada pemberi kerja
ketika kontrak psikologis itu dilanggar oleh pekerja.
5.
Jenis-Jenis Konflik
Terdapat berbagai macam
jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk membuat klasifikasi.
Ada yang membagi konflik berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, ada
yang membagi konflik dilihat dari fungsi dan ada juga yang membagi konflik
dilihat dari posisi seseorang dalam suatu organisasi.
a.
Konflik
Dilihat dari Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi
Jenis
konflik ini disebut juga konflik intra keorganisasian. Dilihat dari posisi
seseorang dalam struktur organisasi, Winardi membagi konflik menjadi empat
macam. Keempat jenis konflik tersebut adalah sebagai berikut :
§ Konflik
vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki kedudukan
yang tidak sama dalam organisasi. Misalnya, antara atasan dan bawahan.
§ Konflik
horizontal, yaitu konflik yang terjandi antara mereka yang memiliki kedudukan
yang sama atau setingkat dalam organisasi. Misalnya, konflik antar karyawan,
atau antar departemen yang setingkat.
§ Konflik
garis-staf, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya
memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai
penasehat dalam organisasi.
§ Konflik
peranan, yaitu konflik yang terjadi karena seseorang mengemban lebih dari satu
peran yang saling bertentangan.
b.
Konflik
Dilihat dari Pihak yang Terlibat di Dalamnya
Berdasarkan
pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik, Stoner membagi konflik menjadi lima
macam , yaitu:
§
Konflik dalam diri individu (conflict
within the individual). Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih tujuan
yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang melebihi batas
kemampuannya. Termasuk dalam konflik individual ini, menurut Altman, adalah
frustasi, konflik tujuan dan konflik peranan .
§
Konflik antar-individu (conflict between
individuals). Terjadi karena perbedaan kepribadian antara individu yang satu
dengan individu yang lain.
§
Konflik antara individu dan kelompok
(conflict between individuals and groups). Terjadi jika individu gagal
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok tempat ia bekerja.
§
Konflik antar kelompok dalam organisasi
yang sama (conflict among groups in the same organization). Konflik ini terjadi
karena masing-masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing
berupaya untuk mencapainya. Masalah ini terjadi karena pada saat
kelompok-kelompok makin terikat dengan tujuan atau norma mereka sendiri, mereka
makin kompetitif satu sama lain dan berusaha mengacau aktivitas pesaing mereka,
dan karenanya hal ini mempengaruhi organisasi secara keseluruhan .
§
Konflik antar organisasi (conflict among
organizations). Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh
organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam
perebutan sumberdaya yang sama.
c.
Konflik
Dilihat dari Segi Fungsi
Dilihat dari segi fungsi, Robbins membagi konflik menjadi
dua macam, yaitu:
- Konflik
fungsional (Functional Conflict)
Konflik
fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan
memperbaiki kinerja kelompok.
- Konflik
disfungsional (Dysfunctional Conflict).
Konflik
disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok. Menurut
Robbins, batas yang menentukan apakah suatu konflik fungsional atau
disfungsional sering tidak tegas (kabur). Suatu konflik mungkin fungsional bagi
suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok yang lain. Begitu pula,
konflik dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi tidak fungsional di waktu
yang lain. Kriteria yang membedakan apakah suatu konflik fungsional atau
disfungsional adalah dampak konflik tersebut terhadap kinerja kelompok, bukan
pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat meningkatkan kinerja
kelompok, walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka konflik tersebut
dikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya
memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka konflik
tersebut disfungsional.
Konflik
merupakan bagian inharent dari kegiatan organisasi. Orang sering berpikir konflik sebagai fighging dan
melihatnya sebagai mengganggu. Ketika konflik tidak diselesaikan secara efektif, consequenses negatif terjadi. Ketika konflik mencegah pencapaian tujuan
organisasi, itu adalah konflik
negatif atau disfungsional. Namun, itu bisa menjadi
positif. Konflik fungsional
ada ketika perselisihan dan oposisi mendukung pencapaian
tujuan organisasi. Konflik fungsional meningkatkan kualitas keputusan kelompok
dan menyebabkan perubahan yang
inovatif. Pertanyaannya sekarang
bukan apakah konflik adalah negatif
atau positif, tapi bagaimana
mengelola konflik untuk manfaat organisasi.
6.
Faktor-Faktor
Penyebab Timbulnya Konflik
Menurut Robbins (1996),
konflik muncul karena ada kondisi yang melatar - belakanginya (antecedent
conditions). Kondisi tersebut, yang disebut juga sebagai sumber terjadinya
konflik, terdiri dari tiga ketegori, yaitu: komunikasi, struktur, dan variabel
pribadi.
a. Komunikasi:
komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan kesalah-pahaman
antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber konflik. Suatu hasil
penelitian menunjukkan bahwa kesulitan semantik, pertukaran informasi yang
tidak cukup, dan gangguan dalam saluran komunikasi merupakan penghalang terhadap
komunikasi dan menjadi kondisi anteseden untuk terciptanya konflik.
b. Struktur:
istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup: ukuran
(kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok,
kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan
tujuan kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan
antara kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa ukuran kelompok dan derajat
spesialisasi merupakan variabel yang mendorong terjadinya konflik. Makin besar
kelompok, dan makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula
kemungkinan terjadinya konflik.
c. Variabel
Pribadi: sumber konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang
meliputi: sistem nilai yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik
kepribadian yang menyebabkan individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan
berbeda dengan individu yang lain. Kenyataan menunjukkan bahwa tipe kepribadian
tertentu, misalnya, individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan menghargai
rendah orang lain, merupakan sumber konflik yang potensial. Jika salah satu
dari kondisi tersebut terjadi dalam kelompok, dan para karyawan menyadari akan
hal tersebut, maka muncullah persepsi bahwa di dalam kelompok terjadi konflik.
Keadaan ini disebut dengan konflik yang dipersepsikan (perceived conflict).
Kemudian jika individu terlibat secara emosional, dan mereka merasa cemas,
tegang, frustrasi, atau muncul sikap bermusuhan, maka konflik berubah menjadi
konflik yang dirasakan (felt conflict). Selanjutnya, konflik yang telah
disadari dan dirasakan keberadaannya itu akan berubah menjadi konflik yang
nyata, jika pihak-pihak yang terlibat mewujudkannya dalam bentuk perilaku.
Misalnya, serangan secara verbal, ancaman terhadap pihak lain, serangan fisik,
huru-hara, pemogokan, dan sebagainya.
7.
Konsep
Manajemen Konflik
Karena setiap negosiasi
memiliki potensi konflik dalam seluruh prosesnya, penting sekali bagi kita
untuk memahami cara mengatasi atau menyelesaikan konflik. Untuk menjelaskan berbagai
alternatif penyelesaian konflik dipAndang dari sudut menang – kalah
masing-masing pihak, ada empat kuadran manajemen konflik:
a.
Kuadran
Kalah-Kalah (Menghindari konflik)
Kuadran
keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan
mengabaikan masalah yang timbul. Atau bisa berarti bahwa kedua belah pihak
tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk
mengatasi konflik tersebut. Kita tidak memaksakan keinginan kita dan sebaliknya
tidak terlalu menginginkan sesuatu yang dimiliki atau dikuasai pihak lain. Cara
ini sebetulnya hanya bisa kita lakukan untuk potensi konflik yang ringan dan
tidak terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi beban dalam pikiran atau kehidupan
kita, sebaiknya memang setiap potensi konflik harus dapat segera diselesaikan.
b.
Kuadran
Menang-Kalah (Persaingan)
Kuadran
kedua ini memastikan bahwa kita memenangkan konflik dan pihak lain kalah.
Biasanya kita menggunakan kekuasaan atau pengaruh kita untuk memastikan bahwa
dalam konflik tersebut kita yang keluar sebagai pemenangnya. Biasanya pihak
yang kalah akan lebih mempersiapkan diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga
terjadilah suatu suasana persaingan atau kompetisi di antara kedua pihak. Gaya
penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang
merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga sebaiknya hanya
digunakan dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan
tegas.
c.
Kuadran
Kalah-Menang (Mengakomodasi)
Agak
berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kita kalah – mereka menang
ini berarti kita berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan
pihak lain. Gaya ini kita gunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang
lebih besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan
akibat dari konflik tersebut atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan. Mengalah
dalam hal ini bukan berarti kita kalah, tetapi kita menciptakan suasana untuk
memungkinkan penyelesaian yang paripurna terhadap konflik yang timbul antara
kedua pihak. Mengalah memiliki esensi kebesaran jiwa dan memberi kesempatan
kepada pihak lain untuk juga mau mengakomodasi kepentingan kita sehingga
selanjutnya kita bersama bisa menuju ke kuadran pertama.
d.
Kuadran
Menang-Menang (Kolaborasi)
Kuadran
pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi atau bekerja sama.
Tujuan kita adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui
konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai.
Proses ini biasanya yang paling lama memakan waktu karena harus dapat
mengakomodasi kedua kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim
satu sama lainnya. Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak
untuk menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh
. Secara sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak
memahami dengan sepenuhnya keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha
dengan penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.
8.
Gaya Manajemen Konflik
Keterampilan
manajemen konflik dapat dikembangkan
dengan traning yang
tepat. Dalam diskusi ini, kita lebih fokus pada penyelesaian
konflik dalam kehidupan pribadi
dan keprofesional kurang pada
menengahi konflik konflik antara
lain. Kepedulian terhadap kebutuhan
orang lain dan perhatian untuk kebutuhan Anda sendiri. Ini hasil keprihatinan dalam
tiga jenis perilaku:
§ Sebuah
keprihatinan rendah untuk kebutuhan Anda sendiri dan kepedulian yang tinggi terhadap orang lain
perlu menghasilkan pasif Perilaku.
§ Sebuah
kepedulian yang tinggi untuk kebutuhan
Anda sendiri dan perhatian yang rendah untuk hasil kebutuhan lain dalam
bahavior agresif.
§ Sebuah
keprihatinan sedang atau tinggi untuk kebutuhan Anda
sendiri dan orang lain harus menghasilkan
tegas perilaku.
1)
Gaya
Tanggapan Konflik
Marshall (1995)
mengkategorikan gaya penanganan konflik bersandar pada dua variabel, yaitu cooperativeness (derajat upaya satu
pihak untuk memuaskan kepentingan pihak lain dan assertiveness (derajat upaya satu pihak untuk memuaskan
kepentingannya sendiri). Perpaduan dua variabel tersebut menghasilkan lima gaya
tanggapan konflik sebagai berikut:
a.
Pengabaian (Penghindaran)
Suatu
tindakan untuk menghindari konflik yang dinilai akan menindas atau menciptakan
konflik yang berkepanjangan. Cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik
dan mengabaikan masalah yang timbul. Penghindaran/pengabaian bisanya dilakukan
oleh pihak yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi dan menilai bahwa pihak
lain memiliki kekuatan yang tidak signifikan. Atau bisa juga karena kedua belah
pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan
untuk mengatasi konflik tersebut. Satu pihak tidak memaksakan keinginannya pada
pihak lain dan sebaliknya tidak terlalu menginginkan sesuatu yang dimiliki atau
dikuasai pihak lain. Cara ini sebetulnya hanya bisa dilakukan untuk potensi
konflik yang ringan dan tidak terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi beban
dalam pikiran atau kehidupan individu dan kelompok, sebaiknya memang setiap
potensi konflik harus dapat segera diselesaikan.
b.
Akomodasi
Suatu
tindakan untuk meredakan tekanan pihak lain dengan cara menempatkan kepentingan
orang lain di atas kepentingannya sendiri. Tindakan ini lazim diambil oleh
pihak yang lebih lemah dalam situasi konflik. Dengan kata lain pihak yang
bersangkutan kalah sedangkan pihak lain menang. Ini berarti pihak yang
bersangkutan berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak
lain. Gaya ini digunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih
besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat
dari konflik tersebut atau menciptakan perdamaian yang diinginkan. Mengalah
dalam hal ini bukan berarti kalah, tetapi demi menciptakan suasana yang
memungkinkan penyelesaian yang paripurna terhadap konflik yang timbul antara
kedua pihak. Mengalah memiliki esensi kebesaran jiwa dan memberi kesempatan
kepada pihak lain untuk juga mau mengakomodasi kepentingan pihak lain sehingga
selanjutnya pihak-pihak yangb berkonflik dapat bersama bisa menuju ke arah
kolaborasi.
c.
Kompetisi (Menang/Kalah)
Tindakan
yang dilakukan oleh seseorang untuk memuaskan kepentingannya tanpa
mempertimbangkan pengaruhnya terhadap kepentingan pihak lain, dengan kata lain
satu pihak memastikan bahwa dia yang memenangkan konflik dan pihak lain kalah.
Keputusan berkompetisi ini lazimnya muncul jika: (a) pihak yang bersangkutan
menilai bahwa dirinya memiliki kekuatan yang cukup untuk melakukan kompetisi.
(b) pihak yang bersangkutan menilai bahwa pihak lain akan bersikap sama dengan
dirinya. Pihak yang bersangkutan menggunakan kekuasaan atau pengaruhnya untuk
memastikan bahwa dalam konflik tersebut ia yang keluar sebagai pemenang. Dalam
konteks diskusi kelompok, biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan
diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan
atau kompetisi di antara kedua pihak. Gaya penyelesaian konflik seperti ini
sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang merasa terpaksa harus berada dalam
posisi kalah, sehingga sebaiknya hanya digunakan dalam keadaan terpaksa yang
membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.
d.
Kompromi
Tindakan
bersama yang bersifat mencari jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak-pihak
yang berkonflik. Dalam tindakan ini, tidak jelas siapa yang menang dan siapa
yang kalah. Dalam tindakan kompromi kepuasan yang sejati biasanya tidak
tercapai.
e.
Kolaborasi (Penyelesaian Masalah)
Tindakan
yang diambil oleh semua pihak yang berkonflik untuk menghasilkan tindakan yang
memuaskan semua pihak yang terlibat. Tindakan kolaborasi dilakukan melalui
proses klarifikasi perbedaan dan bukan sekedar mengakomodasi kepentingan.
Kolaborasi merupakan tindakan: “menang-menang”. Dengan demikian, tujuannya
adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui konsensus atau
kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini
biasanya yang paling lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua
kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya.
Tindakan kolaborasi lazimnya dilakukan pada kondisi tidak memungkinkan untuk
berkompetisi, karena kompetisi akan lebih merugikan pihak yang terlibat, dan
intensitas konfliknya sudah mencapai tahap yang tidak mungkin dihindari.
2)
Macam-Macam Gaya Manajemen Konflik
Ada
macam-macam label deskriptif untuk lima macam gaya, sebagai berikut:
a.
Gaya
pesaing
Gaya bersaing
berorientasi pada kekuasaan, dan konflik dihadapi dengan strategi menang/kalah.
Pada sisi negatif, seorang pesaing mungkin melakukan tekanan, intimidasi bahkan
paksaan kepada pihak-pihak lain yang terlibat dalam konflik. Pada sisi positif,
gaya bersaingan demikian mungkin diperlukan apabila dituntut adanya suatu
tindakan desisif cepat, atau apabila perlu dilaksanakan tindakan-tindakan
penting yang tidak bersifat populer.
b.
Manajer
yang menghindari diri dari konflik
Gaya memanaje konflik
dengan menghindarkan diri dari konflik cenderung kearah bersikap netral sewaktu
adanya keharusan untuk mengambil posisi atau sikap tertentu. Gaya ini dapat
diterapkan apabila konflik yang terjadi tidak berdampak terlalu banyak terhadap
efektivitas manajerial. Tindakan ini tepat untuk mengurangi ketegangan yang
terjadi.
c.
Akomodator
Gaya akomodator
menghendaki konflik diselesaikan tanpa masing-masing pihak yang terlibat dalam
konflik, menyajikan pAndangan-pAndangan mereka dengan keras dan berarti. Gaya
ini bermanfaat apabila sebuah konflik lebih penting bagi orang lainnya,
memberikan pengalaman dan perasaan menang bagi orang lain, dan menjadikan orang
tersebut lebih reseptif tentang persoalan lain yang lebih penting.
d.
Manajemen
yang Menekankan Kompromi
Gaya manajemen ini
adalah gaya yang paling realitas yang dapat memberikan hasil dalam jangka waktu
yang disediakan untuk menyelesaikan konflik. Apabila dalam kompromi para
partisipan turut berbagi dalam kondisi kemenangan maupun kekalahan, maka ini
merupakan variasi dari strategi “menang-menang”. Akan tetapi apabila kompromi
dilakukan untuk melunakkan persoalan dan menggerogoti kepercayaan diantara
pihak yang berkonflik, maka ini mendekati strategi “kalah-kalah”.
e.
Kolaborator
Gaya manajemen konflik
ini bisa dilakukan apabila pihak-pihak yang berkonflik merumuskan kembali
persoalannya dan kemudian dicari pemecahannya. Manajemen konflik gaya ini perlu
dilakukan apabila persoalan-persoalan yang menimbulkan konfli penting bagi
kedua belah pihak yang berkonflik. Maka dari itu sekalipun sulit dan
membutuhkan biaya-biaya besar tetap harus diupayakan.
3)
Metode-metode Manajemen
Konflik
a.
Metode Stimulasi Konflik
Metode
ini dilakukan dengan keyakinan bahwa konflik juga memiliki dampak positif dalam
organisasi. Metode ini beranggapan konflik dapat menimbulkan dinamika dan
pencapaian cara-cara yang lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan kerja suatu
kelompok. Manajer perlu merangsang timbulnya persaingan dan konflik yang dapat
mempunyai efek penggembelangan.
Adapun
cara-cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
- Memasukkan
dan menempatkan orang luar kedalam kelompok
- Menyusun
kembali organisasi
- Menawarkan
bonus, membayar insentif dan penghargaan untuk pendorong persaingan
- Memilih
manajer-manajer yang tepat
- Memberikan
perlakuan yang berbeda dengan biasanya.
b.
Metode Pengurangan Konflik
Artinya
adalah mengelola konflik dengan mendinginkan suasana tetapi tidak menangani
masalah-masalah penyebab konflik. Metode ini bisa dilakukan dengan seperti
berikut:
- Mengadakan
kontak sosial yang menyenangkan antara kelompok-kelompok dengan makan
bersama atau liburan bersama.
- Mengganti
tujuan yang menimbulkan konflik dengan tujuan yang lebih biasa dierima
kedua kelompok.
- Mempersatukan
kedua kelompok yang berkonflik untuk menghadapi musuh atau ancaman yang
sama. Cara ini bisa dilakukan dengan memberikan informasi positif tentang
kelompok yang berhadapan dengan mereka sehingga mereka akan bernegosiasi
untuk menghadapi.
c.
Metode Penyelesaian Konflik
Metode-metode
yang digunakan dalam penyelesaian konflik adalah sebagai berikut:
1) Dominasi
dan penekanan, cara-caranya adalah dengan perincian dibawah ini:
·
Memaksakan atau kekerasan yang bersifat
penekanan otokratik. Ketaatan harus dilakukan oleh pihak yang kalah kepada
otoritas lebih tinggi atau kekuatan lebih besar.
·
Meredakan atau menenangkan, metode ini
lebih terasa diplomatik dan manajer membujuk salah satu pihak untuk mengalah
dalam upaya menekan dan meminimasi ketidak sepahaman. Cara ini berisiko ada
pihak yang merasa ada yang di anakmaskan oleh manajer.
·
Menghindari, cara ini menuntut manajer
untuk tidak ada pada satu posisi tertentu. Manajer berpura-pura bahwa tidak
terjadi konflik dan mengulur-ulur waktu sampai mendapat lebih banyak informasi
tentang hal tersebut. Apabila manajer memilih cara ini maka tidak akan ada
pihak yang merasa puas.
·
Penyelesaian melalui suara terbanyak,
menyelesaikan konflik dengan melakukan pemungutan suara. Resikonya pihak yang
akan merasa dirinya lemah tanpa kekuatan dan mengalami frustasi.
2) Kompromi
Dalam
metode ini manajer mencoba untuk mencari jalan tengah dengan meyakinkan para
pihak yang berkonflik untuk mengorbankan sasaran-sasaran tertentu. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh sasaran-sasaran lain yang dapat diterima oleh
pihak-pihak yang berkonflik.
Cara-cara
yang biasanya dilakukan adalah sebagai berikut:
·
Pemisahan, pihak-pihak yang sedang
berkonflik di pisahkan sampai menemukan solusi atas masalah mereka.
·
Arbitrasi atau pewasitan, adanya peran
orang ketiga biasanya sang manajer diminta pendapatnya untuk menyelesaikan
masalah
·
Kembali ke peraturan-peraturan yang
berlaku ketika tidak ditemukan titik temu antara kedua belah pihak.
·
Ada juga yang melakukan tindakan
penyuapan yang dilakukan oleh salah satu pihak kepada pihak lain yang terlibat
konflik untuk mengakhiri konflik.
3) Pemecahan
Masalah Integrative
Metode
ini dilakukan secara bersama untuk terbuka demi ditemukannya sebuah pemecahan
yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Metode ini menggunakan 3 pendekatan
metode, sebagai berikut:
·
Konsensus
Dalam metode ini tidak
akan ada pihak yang menang karena kedua belah pihak sengaja dipertemukan untuk
mencapai solusi terbaik bukan yang hanya menyelesaikan masalah dengan cepat.
·
Konfrontasi
Semua pihak yang
berkonflik mengeluarkan pAndangan mereka masing-masing secara langsung dan
terbuka. Hal ini dilakukan untuk menemukan alasan-alasan terjadinya konflik
untuk dicari penyelesaiannya secara terbuka. Metode ini membutuhkan
kepemimpinan yang terampil untuk memperoleh solusi yang rasional.
9.
Keuntungan
dan Kerugian yang Diakibatkan oleh Konflik
yang Terjadi dalam Sebuah Organisasi/Perusahaan
Bila terjadi sebuah
konflik misalnya di sebuah perusahaan, maka akan ada keuntungan-keuntungan yang
didapatkan yaitu sebagai berikut:
·
Konflik meningkatkan pertumbuhan,
melalui pembelajaran untuk mengatasi tantangan-tantangan dalam satu kebersamaan
dengan orang lain.
·
Konflik meningkatkan kreativitas dan
perubahan sebagai solusi untuk mengatasi perbedaaan-perbedaan diantara
orang-orang yang terlibat.
·
Konflik meningkatkan perkembangan
keahlian interpersonal karena setiap individu berusaha untuk berhubungan
meskipun ada perbedaan diantara mereka.
·
Konflik meningkatkan pengertian yang
saling menguntungkan tentang perbedaan berbagai nilai, aspirasi dan kebudayaan
(kadang kala orang-orang tidak sedang berusaha mempersulit dirinya, mereka
hanya memiliki pola pikir yang berbeda).
·
Konflik meningkatkan perubahan dan
perkembangan social, karena masyarakat berubah dan berkembang dan kebudayaan
terbuka.
·
Konflik meningkatkan pertumbuhan, karena
proses pemecahan masalah mengatasi stagnasi status quo.
·
Konflik dapat meningkatkan keaslian dan
cerminan ketika sudut pAndang Anda tertantang.
Tetapi konflik mengakibatkan kerugian yaitu sebagai berikut:
·
Tingkat stress yang lebih tinggi di
antara pihak-pihak yang terlibat.
·
Produktivitas yang menurun karena usaha
dan sumber daya diarahkan kembali pada konflik, bukannya pada pekerjaan Anda.
·
Interaksi yang lebih rendah karena
individu-individu dan para pendukung mereka memihak dan mulai saling
mengkotak-kotakkan satu sama lain
·
Waktu yang diluangkan untuk mencari
pemecahan diambil dari waktu untuk menangani hal-hal yang lebih penting lainnya
·
Keputusan yang tidak tepat diambil untuk
mendukung berbagai alasan dan posisi dari semua pihak yang terlibat.
D.
Kesimpulan
Dalam sebuah organisasi
terdapat indicator seperti komunikasi, pelatihan, pembinaan dan mengatasi
konflik merupakan sebuah keterampilan yang harus di miliki oleh setiap
pemimpin. Dimana komunikasi merupakan kompetensi utama bagi para pemimpin,
karena komunikasi yang efektif merupakan bagian dari kepemimpinan. Penelitian empiris
mendukung pernyataan bahwa pemimpin yang efektif juga komunikator yang efektif,
ada hubungan positif antara kompetensi komunikasi dan kinerja kepemimpinan.
Lalu, pelatihan juga merupakan proses memberi umpan balik motivasional untuk
memelihara dan membuktikan kinerja. Pelatihan dirancang untuk memaksimalkan
kekuatan karyawan dan meminimumkan kelemahan karyawan. Pelatihan membantu para
pemimpin berkonsentrasi pada tujuan, mengembangkan daya tahan, dan membangun
kecerdasan interpersonal. Tujuannya hanya satu yaitu untuk membuat hidup lebih
baik bagi karyawan dan organization. Kesuksesan organisasi didasarkan pada
seberapa baik berurusan dengan konflik. Pada bagian ini kita membahas kontrak
psikologis, konflik dan kepemimpinan, dan menyajikan lima gaya manajemen
konflik dapat Anda gunakan untuk menyelesaikan konflik. Para manajer
menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menangani konflik. Upaya penanganan
konflik sangat penting dilakukan, karena setiap jenis perubahan dalam suatu
organisasi cenderung mendatangkan konflik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar