BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Aktivitas seorang guru
tentunya tidak dapat dilepaskan dari proses pengajaran. Sementrara proses
pengajaran merupakan proses yang sistematis, yang setiap komponennya sangat
menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Sebagai suatu system, maka
proses belajar mengajar saling berkaitan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu yang ingin dicapai.
Demikian pula halnya
sitem pengajaran pada mata pelajaran tertentu, yaitu peserta didik, pendidik
(guru), materi pengajran dan lingkungan pengajaran. Dimana tujuan dari system
tersebutadalah untuk menimbulkan belajar (learning).
Agar proses pengajaran
tertentu dapat terlaksana dengan baik, salah satu yang perlu dibenahi adalah
perbaikan kualitas pendidikannya. Melalui perbaikan tersebut, paling tidak guru
dapat mengorganisir pengajaran dengan jalan menggunakan desain pola (model)
pengajaran yang dapat menimbulkan minat dan memotivasi peserta didik dalam
belajar.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan masalah berdasarkan
latar belakang masalah diatas adalah serbagai berikut:
1. Bagaimana
perkembangan model pembelajaran?
2. Apa
yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran versi PBTE?
3. Apa
yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran sistematis?
4. Apa
yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran model DAVIS?
5. Bagaimana
prosedur pengembangan sistem instruksional (PPSI)?
C.
TUJUAN
Adapun
tujuan berdasarkan rumusan masalah diatas adalah serbagai berikut:
1. Untuk
mengetahui bagaimana perkembangan model pembelajaran.
2. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran versi PBTE.
3. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran sistematis.
4. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran model DAVIS.
5. Untuk
mengetahui bagaimana prosedur pengembangan sistem instruksional (PPSI)
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PERKEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
Beberapa model
pengembangan perencanaan disajikan dalam buku ini adalah : 1). Model PSSI, 2).
Model Briggs, 3). Model Kemp, 4). Medela Gerlach dan Ely, 5). Model Bela H.
Banathy, dan 6) Model IDI. Secara terinci uaraian dari masing-masing hal
tersebut adalah seperti yang terurai dibawah ini.
1. Model
Pengembangan Instruksional PPSI
PSSI merupakan singkatan dari
prosedur pengembangan Sistem intruksional. Istilah “sistem intruksional” mengandung
pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan system system dimana pengerjaan
adalah komponen yang saling berhubungan bekerjasama satu sama lainsecara
fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Model pengembangan intruksional PPSI
ini memiliki 5 langkah pokok, yaitu:
a.
Merumuskan
Tujuan Intruksional Khusus
Dalam merumuskan TIK ini ada beberapa
kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
1.
Mengubah istilah yang operasional
2.
Berbentuk hasil belajar
3.
Berbentuk tingkah laku yang dapat diamati
dan diukur
4.
Dalam satu TIK hanya memuat satu
perubahan tingkah laku
Selain itu dengan mengutip pendapat dari Marger, TIK
hendaknya mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1.
Berorientasi kepada peserta didik
2.
Pernyataan tentang apa yang harus
dilakukan oleh peserta didik (performance)
3.
Dalam kondisi yang bagaimana peserta
diharapkan melakukan tingkah tersebut (condition)
4.
Kriteria dari kemampuan dan keterampilan
yang dikehendaki (Kriterion)
b.
Mengembangkan
Alat Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan
alat evaluasi ini adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan jenis tes yang akan digunakan
untuk mengukur tercapainya tindak TIK
Jenis tes ini dapat dibedakan menjadi :
a). tes tertulis, bo. tes lisan, c) tes perbuatan
2.
Menyusun butir tes (item soal) untuk
eniali masing-masing TIK
Bentuk item soal ini berupa : a). essay,
b). objektive dalam bentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, isian, dan
jawaban singkat.
c.
Menetapkan
Kegiatan Belajar dan Materi Pelajaran
Kegiatan yang harus dilakukan pada
tahap menetapkan kegiatan belajar dan materi pelajaran ini adalah sebagai
berikut:
1.
Merumuskan semua kemungkinan kegiatan
belajar unsur mencapai TIK
2.
Menetapkan kegiatan belajar yang tidak
perlu ditempuh
3.
Menetapkan kegiatan belajar yang akan
ditempuh
4.
Menciptakan materi pelajaran
d.
Tahap
4: Merencanakan Program Kegiatan
Dalam
tahap keempat ini, kegiatan yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
1.
Menetapkan strategi belajar mengajar,
termasuk metode yang digunakan
2.
Memilih alat pelajaran dan sumber bahan
atau media yang akan digunakan
3.
Menyusun jadwal penyajian
e.
Tahap
5: Melaksanakan Program
Dalam
melaksanakan program ini kegiatan yang
perlu ditempuh adalah:
1.
Menyelenggarakan pre tes
Pre-tes ini untuk menjajagi seberapa jauh
kemampuan yang telah dikuasai peserta didik berkaitan dengan TIK yang diajukan,
dalam rangka untuk memberi keputusan TIK yang harus dicapai
2.
Menyajikan materi pelajaran itu guru
harus konsisten dengan TIK maupun model satuan peljaran baik mengenal materi,
metode, alat, dan sumber, serta evaluasi.
3.
Menyelenggarakan pos tes
Pos tes ini untuk menilai tingkat
kemampuan peserta didik mengikuti pelajaran
4.
Melakukan revisi (perbaikan)
Revisi ini untuk menyempurnakan proses dan
hasil pengajaran. Revisi ini mencakup segala komponen system yang terlibat dalam
pengajaran dari tahap 1 sampai dengan tahap 5.
2.
Model J.E Kemp
Menurut Kemp
(1977) pengembangan instruksional atau desain intruksional itu terdiri dari 8
langkah, yaitu:
1. Menentukan
Tujuan Intruksional Umum (TIU)
TIU merupakan tujuan yang ingin dicapai
untuk masing-masing pokok bahasan
2. Menganalisis
karakterisasi peserta didik
Analisis ini dipergunakan untuk
mengetahui latar belakang pendidikan sosial, budaya peserta didik, serta untuk
menentukan langkah-langkah yang perlu diambil
3. Menentukan
TIK
TIK ini bagi peserta didik antara
lain berguna untuk mengetahui apa yang harus dikerjakan, bagaimana
mengerjakannya, dan kriterian keberhasilannya. Bagi guru TIK ini membantu dalam
menentukan materi dan evaluasi pelajaran
4. Menetukan
materi pelajaran
Dalam menetukan pelajaran ini harus
disesuaikan dengan TIK
5. Menetapkan
penjagaan awal
6. Menentukan
strategi belajar mengajar
Dalam memilih strategi belajar
mengajar harus sesuai TIK selain itu juga harus memperhatikan faktor. a).
efesien, b). efektivitas, c). ekonomi, d). peserta
7. Mengkoordinasi
sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas alat, waktu dan tenaga
8. Mengadakan
evaluasi
Evaluasi ini digunakan untuk
mengontrol dan mengkaji keberhasilan dan program secara sistem
3. Model Briggs
Model
pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselaransan
antara a). tujuan yang akan dicapai, b), strategiuntuk mencapainya, dan c)
evaluasi keberhasilan, yang dalam sehari-hari dapat dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan a). mau kemana ?, b) dengan apa?
dan c) bilamana sampai tujuan?
Prinsip dasar pengembangan yang
dipakai, urutan langkah kegiatan pengembangan intruksional, menurut Briggs,
adalh sebagai berikut:
Mau kemana
meliputi:
1.
Identifikasi masalah/tujuan
2. Rumusan
tujuan dalam perilaku belajar
3. Penyusunan
materi/silabus
4. Analisis
tujuan dengan apa?
5. Analisis
tujuan
6. Jenjang
belajar dan strategi intruksional
7. Rancangan
intruksional (guru)
8. Strategi
intruksional (tim pengembangan intruksional)
Bilamana
sampai tujuan? Meliputi
1.
Penyusunan tes
2.
Evaluasi formatif
3.
Evaluasi sumatif
Berdasarkan pendapat Briggs
tersebut, secara keseluruhan model pengembangan intruksional terdiri dari
langkah-langkah, sebagai berikut:
1.
Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
2.
Penyusunan garis besar kurikulum/rincian
kebutuhan intruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan
3.
Perumusan tujuan
4.
Analisis tugas/tujuan
a. Proses
informasi: untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis
b. Klasifikasi
belajar: untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan
c. Tugas
belajar: untuk menentukan persyaratan belajar dan kegiatan belajar mengajar
yang sesuai
5. Penyiapan
evaluasi hasil belajar
6. Menentukan
jenjang besar
7. Penentuan
kegiatan belajar
8. Pemantauan
belajar
9. Evaluasi
formatif
10. Evaluasi
sumatif
4. Model
Gerlach dan Ely
Langkah-langkah
dalam pengembangan instruksional terdiri dari:
1. Merumuskan
tujuan instruksional
2. Menentukan
isi materi pelajaran
3. Menentukan
kemampuan awal peserta didik
4. Menentukan
teknik dan strategi
5. Pengelompokan
belajar
6. Menentukan
pembagian waktu
7. Menentukan
ruang
8. Memilih
media intstruksional yang sesuai
9. Mengevaluasi
hasil belajar
10. Menganalisis
umpan balik
5.
Model Bela H. Banathy
Menurut Banathy (1972) secara garis
besar pengembangan instruksional meliputi enam langkah pokok, yaitu:
1. Merumuskan
tujuan
2. Mengembangkan
tes
3. Menganalisis
kegiatan belajar
4. Mendesain
sistem instruksional
5. Melaksana
kegiatan dan mengetes hasil
6. Mengadakna
perbaikan
B.
PERENCANAAN
PENGAJARAN VERSI PBTE
Pengembangan
program intruksional dilakanakan dengan pendekatan sistematik. Pendekatan ini
mempertimbangkan semua faktor dan komponen yang ada sehingga pelaksanaan
program akan berjalan secara efisiensi dan efektif. Berdasarkan pola pendekatan
tersebut maka sistem instruksional dikembangkan melalui prosedur sebagai
berikut:
1. Merumuskan
Asumsi-Asumsi Secara Jelas, Ekspilisit dan Khusus.
Asumsi-asumsi
tersebut dirumuskan berdasarkan pada pokok-pokok pikiran yang bertalian dengan
beberapa hal, yaitu:
a. Keyakinan
tentang masyarakat, pendidikan dan belajar.
b. Pandangan
tentang peranan guru dalam sistem intruksional.
c. Penjabaran
ciri-ciri khusus dan berbagi hambatan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan
program.
2. Mengidentifikasi
Kompetensi.
Kompetensi-kompetensi
harus dijabarkan secara khusus, divalidasikan dan di tes dalam hubungan dengan
keberhasilan belajar mengajar. Terdapat enam jenis pendekatan yang dapat
digunakan untuk merumuskan kompetensi, yaitu sebagai berikut:
a. Menerjemahkan
pelajaran yang telah menjadi sejumlah kompetensi yang tujuan tingkah lakunya
harus diteliti kembali.
b. Pendekakatan
analisis tugas yang harus dikerjakan, lalu ditentukan peran-peran apa yang
diperlukan, lalu ditentukan jenis-jenis kompetensi yang dituntut tersebut.
c. Pendekatan
kebutuhan siswa di sekolah berdasarkan ambisi, nilai dan prespektif para siswa.
d. Pendekatan
kebutuhan masyarakat. Berdasarkan kebutuhan masyarakat yang nyata disusun
program sekolah dan program latihan yang perlu dilakukan.
e. Pendekatan
teoritis yang disususn secara logis dan melalui pemikiran deduktif dalam
kerangka ilmu tentang tingkah laku manusia.
f. Pendekatan
cluster yang disusun berdasarkan program umum yang biasa berlangsung.
3. Merumuskan
Tujuan-Tujuan Secara Deskriptif.
Kompetensi
yang telah ditentukan kemudian dirumuskan lebih khusus, lebih eksplisit menjadi
tujuan-tujuan yang dapat diamati, dapat diukur berdasarkan kreteria tertentu.
4. Menentukan
Tingkat-Tingkat Kriteria dan Jenis Assement.
Dengan kriteria ini dapat ditentukan tingakat
keberhasilan tentang sejauh mana suatu tujuan telah dicapai. Kriteria-kriteria
tersebut menjadi indikator dasar dalam jenis assement yang dilakukan.
5.
Pengelompokan dan penyusunan
tujuan-tujuan pelajaran berdasarkan urutan pikologis untuk mencapai maksud
instruksional. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan struktur isi pelajaran,
lokasi, dan fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan macam-macam kegiatan
dan kebutuhan-kebutuhan psikologis guru.
6. Mendesai
Strategi Intruksional.
Penentuan
strategi instruksional didasarkan pada kompetensi-ko,petensi yang hendak
dikembangkan. Beberapa strategi dapat pula dirancang oleh guru, contohnya ceramah,
modul, daan sebagainya.
7. Mengorganiasikan
Sistem Pengelolaan Kelas.
Sistem
pengelolaan yang ditentukan disesuaikan dengan berbagai alternatif kegiatan
yang akan dilakukan, seperti pengajaran individual, core program pengajaran
unit, dan sebagainya.
8. Mercobakan
Program.
Tujuannya
adalah untuk mengetes efektifitas strategi intruksional, kemantapan alat
assement, efektivitas sistem pengelolaan kelas, dan sebagainya.
9. Menilai
Desain Intruksional.
Penialian
dilakukan terhadap aspek-aspek, antara lain validitas tujuan, tingkat kriteria
assement, stategi intruksional dan organisasi sistem pengelolaan.
10. Memperbaiki
Kembali Program.
Berdasarkan
penilaian yang telah diperoleh, maka perlu dilakukan beberapa perubahan dan
perbaikan.
C.
PERENCANAAN
PENGAJARAN SISTEMATIS
Suatu
model penggunaan pendekatan sistem dalam rangka mengembangkan couse design, sebagai berikut:
1. Identifikasi
tugas-tugas
Kegiatan merancang suatu program
harus dimulai dari identifikasi tugas-tugas yang menjadi tuntunan suatu
pekerjaan. Karena itu perlu dibuat job
description secara cermat dan lengkap.
2. Analisis
tugas
Tugas-tugas yang telah ditetapkan
secara dimensional dijabarkan menjadi seperangkat tugas yang lebih terperinci.
3. Penetapan
kemampuan
Setiap kemampuan hendaknya
didasarkan pada kriteria kognitif, efektif, performance,
produk, dan ekploratoris.
4. Spesifikasi
pengetahuan, ketrampilan dan sikap
Dari kriteria kognitif, efektif, performance dirinci menjadi pengetahuan
apa, sikap-sikap apa dan ketrampilan-ketampilan apa yang perlu dimiliki oleh setiap
lulusan.
5. Identifikasi
kebutuhan pendidikan dan latihan
Merupakan jenis-jenis pendidikan
atau latihan-latihan yang sewajarnya disediakan dalam rangka mengembangkan
kemampuan yang telah ditetapkan.
6. Perumusan
tujuan
Tujuan pendidikan masih bersifat
umum. Tujuan-tujuan yang dirumuskan harus koheren dengan kemampuan-kemampuan
yang hendak dikembangkan.
7. Kriteria
keberhasilan program
Keberhasilan ditandai dengan
tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan. Tujuan program dianggap berhasil
juka lulusan dapat menunjukan kemampuan pelaksanaan tugas yang telah ditentukan.
8. Organisai
sumber-sumber belajar
Menekankan pada materi pelajaran
yang yang akan disampaikan sehubungan pencapaian tujuan kemampuan yang telah
ditentukan.
9. Pemilihan
strategi pengajaran
Penentuan strategi dan metode yang
akan digunakan untuk mencapai tujuan kemampuan yang diharapkan. Strategi
pengajaran terpadu dapat menunjang keberhasilan program pengajaran diamping
startegi mengajar remedial.
10. Uji
lapangan program
Dimaksudkan untuk melihat kemungkinan
keterlaksanaan, keberhasilan dan jenis kesulitan yang akan dihadapi.
11. Pengukuran
reliabilitas program
Berdasarkan pengukuran ini dapat
dicek sejauh mana efektifitas program, validitas dan reabilitas alat ukur, dan
efektifitas system intriksional.
12. Perbaikan
dan penyesuaian program
Berguna untuk menjamin konsistensi
koherensi, monitoring system dan selanjutnya memberikan umpan balik kepada
organisasi sumber-sumber, strategi pengajaran dan motivasi belajar.
13. Pelaksanan
program
Langkah yang didasari oleh suatu
asumsi, bahwa rancangan program yang telah didesain secara cermat dan telah
mengalai uju coba serta perbaikan dalam dipublikasikan dan dilaksanakan dalam
sampel yang lebih luas.
14. Monitoring
program
Sepanjang pelaksanaan program perlu
diadakan monitoring secara terus-menerus dan berkala untuk menghimpun informasi
tentang pelaksanaan program.
D.
PERENCANAAN
PENGAJARAN MODEL DAVIS
Teknik
merancang sistem belajar berlangsung dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1.
Penetapan
Status Sistem Pengajaran
Semua
usaha perancangan suatu sistem senantiasa dimuali dari menetapkan kedudukan
sistem pengajaran yang ada saat ini, baik input,
output maupun operasinya. Kemudian dilakuakan kembali perancangan desain
baru. Tahapan ini dimulai dengan memikirkan daerah pelajaran yang telah
diberikan. Semua lingkungan yang penting
untuk melaksanakan suatu program pengajaran harus dideskripsikan secara teliti
dan terperinci. Jika perencanaaan sistem pengajaran hendak menetapkan kedudukan
sistem yang telah ada sekarang, maka perlu menjawab beberapa pertanyaan berikut
ini:
a. Karakterisik-karakteristik
apa yang terdapat dalam sistem pengajaran di mana dia harus bekerja? Apa tujuan
dan alat atu cara-cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan-tujuan itu?
b. Sumber-sumber
apa yang akan digunakan? Apa batasan-batasannya dan hambatan-hambatan apa yang
ada?
c. Siapa
siswanya? Ketrampilan-ketrampilan dan harap-harapan apa serta kebutuhan belajar
apa yang mereka miliki atau rasakan? Dan berapa jumlah siswanya?
d. Apa
sebaiknya diperbuat untuk memberikan kontribusi pelajaran dalam usaha mencapai
tujuan-tujuan itu dan membantu siswa belajar.
2.
Perumusan
Tujuan Pengajaran
Pemilihan
dan perumusan tujuan pada hakikatnya adalah suatu proses membuat keputusan.
Berdasarkan informasi tentang apa yang ingin diketahui oleh siswa, apa yang
mereka butuhkan, bahan pelajaran guru menetapkan perangkat tujuan yang hendak
dicapai para siswa. Jadi tujuan belajar sebenarnya adalah tujuan mengajar.
Tujuan
terpenting adalah dalam menentukan urutan bahan yang akan disampaikan, metode
mengajar, prosedur evaluasi yang akan
dikembangkan. Tujuan mengandung makna yang penting dalam rangaka
menentukan prosedur intruksional yang
akan ditempuh oleh guru. Berdasarkan
tujuan-tujuan yang telah dirumuskan tersebut maka disarankan agar guru merancang
kegiatan-kegaitan yang serasi untuk membantu siswa belajar. Perumusan tujuan
merupakan hal yang penting dalam sistem pengajaran. Alasannya yaitu:
a. Umumnya
desain pengajaran didasarkan pada tujuan-tujuan
b. Tujuan
memainakan peranan krisis dalam evaluasi pengajaran
c. Kemungkiann
terjadinya salah kaprah sehingga tujuan tadi sebagai media komunikasi dan
memberiakn alat yang sama bagi semua guru.
d. Tujuan
menjadi pedoman bagi siswa yang mengarahkan kegiatan belajar merekan dan untuk
menilai kemajuan belajar yang telah mereka lakukan sebelumnya.
3.
Perencanaan
dan Pelaksanaan Evaluasi
Setiap
perumusan tujuan belajar bagi siswa senantiasa harus disertai dengan
perencanaan evaluasi intruksional. Untuk lebih jelasnya, coba kita renungkan
beberapa pertanyaan berikut ini:
1) Bagaimana
saya mengetahui bahwa para siswa telah mencapai tujuan-tujuan belajarnya?
2) Bagaiman
saya dapat menerangkan bahwa saya telah melakukan tugas pekerjaan dengan baik
dalam menciptakan kondisi belajar bagi para siswa?
3) Bagaimana saya mengetahui bahwa prosedur kerja
yang saya tempuh baik dalam menciptakan kondisi belajar bagi para siswa?
4) Bagaimana
saya mengetahui bahwa prosedur mengajar yang saya lakukan selama ini perlu
diperbaiki, dan dalam hal apa perlu
mendapat perhatian?
Meskipun
masalah evaluasi merupakan masalah akhir yang perlu dirancang sebelumnya.
Evaluasi harus dilakukan dengan berhati-hati dan teliti karena hal berikut:
a. Dengan
program evaluasi, guru dan siswanya dapat menemukan bukti telah terjadinya
proses belajar.
b. Evaluasi
penting bagi guru dan siswa karena bertalian dengan kualitas pengajaran yang
ditandai oleh keberhasilan belajar pada siswanya.
4.
Pendeskripkian
dan Pengkajian Tugas
Deskripsi
tugas dimaksudkan untuk mengidentifikasi
langkah-langkah yang ditempuh oleh seorang ahli bila dia melakukan suatu
tugas. Tugas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Tugas
Tindakan (task action) adalah seperangkat langkah yang dirumuskan secara jelas
dan dapat diamati serta dapat diperinci menjasi subtugas-subtugas.
b. Tugas
Kognitif (cognitive task) adalah kegiatan-kegiatan yang dilakuakn secara mental
yang umumnya tidak dapat diamati.
Suatu deskripsi tugas
atau seperangakat tujuan selanjutnya dianalisis menjadi jenis-jenis belajar
yang perlu dilakukan. Semua tugas dianalisis menjadi sejumlah kegiatan belajar.
Untuk jenis-jenis belajar tertentu akan dibutuhkan prosedur intruksional
tertentu pula antara tujuan, deskripsi tugas dan analisis tugas yang saling
berinteraksi satu dengan yang lain.
5. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Belajar
Didalam merancang sistem-sistem pengajaran, guru
perlu menjawab sejumlah pertanyaan berikut ini:
1)
Bagaimana cara menyususn
kondisis-kondisi yang memungkinkan para siswa belajar siswa?
2)
Keterampilan-keterampilan apa yang
terlibat dalam perilaku untuk melaksanakan tugas, dan bagaimana keterampilan-keterampilan
itu sebaiknya dipelajari?
3)
Konsep-konsep apa yang terlibat dalam
melakuakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prinsip-prinsip itu
sebaiknya dipelajari?
4)
Prinsip-prinsip apa yang dilibatkan
dalam melakukan tugas-tugas untuk mencapai tujuan, dan bagaimana
prinsip-prinsip itu sebaiknya dipelajari?
5)
Apa ada prinsip-prinsip umum belajar
yang dapat dilaksanakan?
6)
Bagaimana cara seseorang melaksanakan
prinsip-prinsip itu?
7)
Bagaimana guru menyusun kondisi-kondisi
agar siswa termotivasi untuk belajar?
Sebagai seorang guru perlu
menetapkan lebih dahulu hal-hal yang kan diajarkan baru mempertimbangkan
berbagi alternatif metode mengajar yang akan digunakan. Dengan mempelajari
prinsip-prinsip belajar maka guru dapat membantu para siswa belajar, dengan
jalan menyediakan kondisi-kondisi yang dipergunakan melalui pembelajaran yang
diberikannya
Analisis
|
Desain
|
Evaluasi
|
||||||||||||||||
|
E.
PROSEDUR
PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL (PPSI)
PPSI adalah suatu pedoman yang disusun oleh guru dan berguna
untuk menyusun satuan pelajaran. Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem
instruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang
terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang berhubungan satu sama
lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsi PPSI
adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran
secara sistemik dan sistmatis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik
dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Langkah-langkah dari pengembangan model PPSI ini adalah
sebagai berikut:
a.
Merumuskan
Tujuan. Langkah ini menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil
belajar, berbentuk tingkah laku, dan hanya ada satu kemampuan atau tujuan.
b.
Pengembangan
Alat Evaluasi. Dalam mengembangkan alat evaluasi, langkah-langkahnya adalah
menentukan jenis tes yang akan digunakan dan menyusun item soal untuk setiap
tujuan.
c.
Pedoman
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Langkah ketiga yaitu merumuskan semua
kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menetapkan kegiatan
pembelajaran yang akan ditempuh.
d.
Pedoman
Program Kegiatan Guru. Merupakan petunjuk bagi guru untuk merencanakan program
kegitan bimbingan sehingga siswa dapat belajar denga terstruktur. Yang
diperlukan guru, yaitu:
1) Merumuskan materi pelajaran secara
terperinci
2) Memilih metode yang tepat
3) Meyusun jadwal secara terperinci
e.
Pedoman
Pelaksanaan Progaram. Dalam pengembangan program KBM, maka langkah-langkahnya
ialah merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode yang digunakan, memilih
alat dan sumber yang digunakan dan menyusun program kegiatan atau jadwal.
Petujuk dalam kegiatan belajar mengjar memungkinkan untuk dapat berubah sesuai
keadaan.
f.
Pedoman
perbaiakn atau revisi. Langkah yang terakhir yaitu mengadakan pre-tes, menyampaikan
materi pelajaran, mengadakan post-tes dan revisi. Perbaikan dilakuakn
berdasarkan umpan balik yang diperoleh
dari hasil akhir.
1.
Prosedur PPSI
Berpegang pada PPSI yang telah dikembangkan, selanjutnya
guru menyusun Model Satuan Pelajaran (SAP atau MSP). Sebagaimana diuraikan
berikut ini, baik PPSI maupun SAP kami uraikan lebih terinci dalam “Strategi
Belajar Menagajar” (Oemar Hamalik, 1986 halaman 22-63)
2.
Bentuk Satuan Pelajaran
Baedasarkan
pertimbangan pratis ditetapkan agar
bentuk yang dipakai adalah bentuk ke bawah (vertical), sebagai berikut.
Bidang
Studi
|
:
…………………...
|
Sub
Bidang Studi/Mata pelajaran
|
:
…………………...
|
Satuan
Bahasan
|
:
…………………...
|
Semester/Caturwulan
|
:
…………………...
|
Waktu
|
:
…………………...
|
I. Tujuan Instruksional Umum
|
|
…………………………………
|
|
…………………………………
|
|
II. Tujuan Instruksional Khusus
|
|
…………………………………
|
|
…………………………………
|
|
Dst.
|
|
III. Materi Pelajaran
|
|
|
|
1) ……………………….
|
|
2) ……………………….
|
|
|
|
1) ……………………….
|
|
2) ……………………….
|
|
3) ……………………….
|
|
Dst.
|
|
IV. Kegiatan Belajar Mengajar
|
|
|
|
|
|
Siswa
|
Guru
|
1. ……………………………….
2. ……………………………….
|
1. ……………………………….
2. ……………………………….
|
V. Alat-alat
Pelajaran dan Sumber
|
1.
Alat Pelajaran
|
1)
………………………
|
2)
………………………
|
Dst.
|
2.
Sumber Bahan
|
1)
………………………
|
2)
………………………
|
3)
………………………
|
Dst.
|
VI. Evaluasi
|
1. Prosedur
|
a.
………………………
|
b.
………………………
|
c.
………………………
|
2. Alat
Evaluasi (Jenis Tes)
|
a.
………………………
|
b.
………………………
|
c.
………………………
|
3. Soal-soal
Tes
|
3. Kriteria Pembuatan Model Satuan
Pelajaran
1)
Apakah pokok bahasan dan subpokok bahsa
yang telah digariskan dalam GBPP, telah diidentifikasi secara cermat dan
dijadikan dasar dalam menentukan “Satua Bahasan” yang akan diajarkan?
2)
Apakah telah ditegaskan kelas berapa dan
berapa lama (waktu) bahan pelajaran itu akan diberikan?
3)
Apakah telah dirumuskan tujuan
instruksional umum (TIU) yang bersumber dari TIU dalam GBPP?
4)
Apakah tujuan instruksional khusus (TIK)
telah dirumuskan secara spesifik, operasional, jelas, relevan, dan berdasarkan
TIU?
5)
Apakah materi pelajaran elah diperinci
sedemikian rupa berdasarkan pada bahan pengajaran dalam GBPP dan tujuan khusus
yang hendak dicapai?
6)
Apakah
kegiatan belajar mengajar telah dorencanakan secara cermat, jelas dan
tegas, sistematis, logis, serta sesuai dengan TIK yang hendak dicapai dari
materi pelajaran yang akan disampaikan yang meliputi pendekatan metode mengajar
dan pokok-pokok kegiatan siswa-guru?
7)
Apakah pokok-pokok kegiatanbelajar
mengajar tersebut disusun berdasarkan kerangka tes awal penyampaian bahan tes
akhir?
8)
Apakah dalam rangka penyampaian itu anda
telah mempersiapkan pula variasi kegiatan sesuai dengan tuntutan interaksi
belajar mengajar, motivasi, dll?
9)
Apakah prosedur pemilihan alat peraga,
sumber bahan didasarkan pada TIK yang hendak dicapai, bahan pengajaran yang
akan disampaikan pada kegiatan belajar mengajar/strategi instruksional yang
akan dikembangkan?
10)
Apakah prosedur penilaian telah
dirancang secara teliti sesuai TIK yang hendak dicapai sebagai indicator keberhasilan
belajar mengajar?
11)
Apakah bahasa yang digunakan jelas,
mudah dipahami, dan ditulis dengan baik dan benar?
12)
Apakah satuan pelajaran secara keseluruhan
sesuai dengan hal-hal yang dirancang dalam PPSI?
BAB III
KESIMPULAN
Berbagai model pembelajaran dapat
dikembangkan dalam rangka mengorganisisr
pengajaran. Namun, tidak ada suatu model rancangan pengajaran yang dapat
memberikan resep yang paling ampuh untuk mengembangkan suatu program
pengajaran.
Oleh karenanya, maka untuk menentukan
model rancangan dalam mengembangkan suatu program pengajaran tergantung pada
pertimbangan si perancang, dalam hal ini guru terhadap model yang dipilih dan
akan digunakannya.
Pemilihan yang tept akan model
pengajaran yang akan digunakan entunya akan menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Sjukma Sjam, dkk., Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: CV. Praktika Aksara Semesta,
2010.
http://google.com/model-model-desain-pembelajaran1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar