Senin, 25 Maret 2013

POLA PENDEKATAN PENGAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Aktivitas seorang guru tentunya tidak dapat dilepaskan dari proses pengajaran. Sementrara proses pengajaran merupakan proses yang sistematis, yang setiap komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Sebagai suatu system, maka proses belajar mengajar saling berkaitan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Demikian pula halnya sitem pengajaran pada mata pelajaran tertentu, yaitu peserta didik, pendidik (guru), materi pengajran dan lingkungan pengajaran. Dimana tujuan dari system tersebutadalah untuk menimbulkan belajar (learning).
Agar proses pengajaran tertentu dapat terlaksana dengan baik, salah satu yang perlu dibenahi adalah perbaikan kualitas pendidikannya. Melalui perbaikan tersebut, paling tidak guru dapat mengorganisir pengajaran dengan jalan menggunakan desain pola (model) pengajaran yang dapat menimbulkan minat dan memotivasi peserta didik dalam belajar.

B.     RUMUSAN MASALAH
            Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah serbagai berikut:
1.      Bagaimana perkembangan model pembelajaran?
2.      Apa yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran versi PBTE?
3.      Apa yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran sistematis?
4.      Apa yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran model DAVIS?
5.      Bagaimana prosedur pengembangan sistem instruksional (PPSI)?

C.    TUJUAN
Adapun tujuan  berdasarkan rumusan  masalah diatas adalah serbagai berikut:
1.      Untuk mengetahui bagaimana perkembangan model pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran versi PBTE.
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran sistematis.
4.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran model DAVIS.
5.      Untuk mengetahui bagaimana prosedur pengembangan sistem instruksional (PPSI)
BAB II
PEMBAHASAN

A.     PERKEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
            Beberapa model pengembangan perencanaan disajikan dalam buku ini adalah : 1). Model PSSI, 2). Model Briggs, 3). Model Kemp, 4). Medela Gerlach dan Ely, 5). Model Bela H. Banathy, dan 6) Model IDI. Secara terinci uaraian dari masing-masing hal tersebut adalah seperti yang terurai dibawah ini.

1.      Model Pengembangan Instruksional PPSI
            PSSI merupakan singkatan dari prosedur pengembangan Sistem intruksional. Istilah “sistem intruksional” mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan system system dimana pengerjaan adalah komponen yang saling berhubungan bekerjasama satu sama lainsecara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
            Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok, yaitu:
a.      Merumuskan Tujuan Intruksional Khusus
           Dalam merumuskan TIK ini ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
1.      Mengubah istilah yang operasional
2.      Berbentuk hasil belajar
3.      Berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur
4.      Dalam satu TIK hanya memuat satu perubahan tingkah laku
            Selain itu dengan mengutip pendapat dari Marger, TIK hendaknya mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1.      Berorientasi kepada peserta didik
2.      Pernyataan tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik (performance)
3.      Dalam kondisi yang bagaimana peserta diharapkan melakukan tingkah tersebut (condition)
4.      Kriteria dari kemampuan dan keterampilan yang dikehendaki (Kriterion)
b.      Mengembangkan Alat Evaluasi
            Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan alat evaluasi ini adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan jenis tes yang akan digunakan untuk mengukur tercapainya tindak TIK
      Jenis tes ini dapat dibedakan menjadi : a). tes tertulis, bo. tes lisan, c) tes perbuatan
2.      Menyusun butir tes (item soal) untuk eniali masing-masing TIK
      Bentuk item soal ini berupa : a). essay, b). objektive dalam bentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, isian, dan jawaban singkat.
c.       Menetapkan Kegiatan Belajar dan Materi Pelajaran
            Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap menetapkan kegiatan belajar dan materi pelajaran ini adalah sebagai berikut:
1.      Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar unsur mencapai TIK
2.      Menetapkan kegiatan belajar yang tidak perlu ditempuh
3.      Menetapkan kegiatan belajar yang akan ditempuh
4.      Menciptakan materi pelajaran
d.      Tahap 4: Merencanakan Program Kegiatan
Dalam tahap keempat ini, kegiatan yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
1.      Menetapkan strategi belajar mengajar, termasuk metode yang digunakan
2.      Memilih alat pelajaran dan sumber bahan atau media yang akan digunakan
3.      Menyusun jadwal penyajian
e.       Tahap 5: Melaksanakan Program
Dalam melaksanakan program ini  kegiatan yang perlu ditempuh adalah:
1.      Menyelenggarakan pre tes
      Pre-tes ini untuk menjajagi seberapa jauh kemampuan yang telah dikuasai peserta didik berkaitan dengan TIK yang diajukan, dalam rangka untuk memberi keputusan TIK yang harus dicapai
2.      Menyajikan materi pelajaran itu guru harus konsisten dengan TIK maupun model satuan peljaran baik mengenal materi, metode, alat, dan sumber, serta evaluasi.
3.      Menyelenggarakan pos tes
      Pos tes ini untuk menilai tingkat kemampuan peserta didik mengikuti pelajaran
4.      Melakukan revisi (perbaikan)
      Revisi ini untuk menyempurnakan proses dan hasil pengajaran. Revisi ini mencakup segala komponen system yang terlibat dalam pengajaran dari tahap 1 sampai dengan tahap 5.

2.  Model J.E Kemp
            Menurut Kemp (1977) pengembangan instruksional atau desain intruksional itu terdiri dari 8 langkah, yaitu:
1.      Menentukan Tujuan Intruksional Umum (TIU)
TIU merupakan tujuan yang ingin dicapai untuk masing-masing pokok bahasan
2.      Menganalisis karakterisasi peserta didik
Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui latar belakang pendidikan sosial, budaya peserta didik, serta untuk menentukan langkah-langkah yang perlu diambil
3.      Menentukan TIK
TIK ini bagi peserta didik antara lain berguna untuk mengetahui apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan kriterian keberhasilannya. Bagi guru TIK ini membantu dalam menentukan materi dan evaluasi pelajaran
4.      Menetukan materi pelajaran
Dalam menetukan pelajaran ini harus disesuaikan dengan TIK
5.      Menetapkan penjagaan awal
6.      Menentukan strategi belajar mengajar
Dalam memilih strategi belajar mengajar harus sesuai TIK selain itu juga harus memperhatikan faktor. a). efesien, b). efektivitas, c). ekonomi, d). peserta
7.      Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas alat, waktu dan tenaga
8.      Mengadakan evaluasi
Evaluasi ini digunakan untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan dan program secara sistem   
   
3.  Model Briggs
            Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselaransan antara a). tujuan yang akan dicapai, b), strategiuntuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilan, yang dalam sehari-hari dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan  a). mau kemana ?, b) dengan apa? dan c) bilamana sampai tujuan?
            Prinsip dasar pengembangan yang dipakai, urutan langkah kegiatan pengembangan intruksional, menurut Briggs, adalh sebagai berikut:
Mau kemana meliputi:
1.      Identifikasi masalah/tujuan
2.      Rumusan tujuan dalam perilaku belajar
3.      Penyusunan materi/silabus
4.      Analisis tujuan dengan apa?
5.      Analisis tujuan
6.      Jenjang belajar dan strategi intruksional
7.      Rancangan intruksional (guru)
8.      Strategi intruksional (tim pengembangan intruksional)
Bilamana sampai tujuan? Meliputi
1.      Penyusunan tes
2.      Evaluasi formatif
3.      Evaluasi sumatif
            Berdasarkan pendapat Briggs tersebut, secara keseluruhan model pengembangan intruksional terdiri dari langkah-langkah, sebagai berikut:
1.      Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
2.      Penyusunan garis besar kurikulum/rincian kebutuhan intruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan
3.      Perumusan tujuan
4.      Analisis tugas/tujuan
a.       Proses informasi: untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis
b.      Klasifikasi belajar: untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan
c.       Tugas belajar: untuk menentukan persyaratan belajar dan kegiatan belajar mengajar yang sesuai
5.      Penyiapan evaluasi hasil belajar
6.      Menentukan jenjang besar
7.      Penentuan kegiatan belajar
8.      Pemantauan belajar
9.      Evaluasi formatif
10.  Evaluasi sumatif



4.      Model Gerlach dan Ely
      Langkah-langkah dalam pengembangan instruksional terdiri dari:
1.      Merumuskan tujuan instruksional
2.      Menentukan isi materi pelajaran
3.      Menentukan kemampuan awal peserta didik
4.      Menentukan teknik dan strategi
5.      Pengelompokan belajar
6.      Menentukan pembagian waktu
7.      Menentukan ruang
8.      Memilih media intstruksional yang sesuai
9.      Mengevaluasi hasil belajar
10.  Menganalisis umpan balik

5.      Model Bela H. Banathy
            Menurut Banathy (1972) secara garis besar pengembangan instruksional meliputi enam langkah pokok, yaitu:
1.      Merumuskan tujuan
2.      Mengembangkan tes
3.      Menganalisis kegiatan belajar
4.      Mendesain sistem instruksional
5.      Melaksana kegiatan dan mengetes hasil
6.      Mengadakna perbaikan

B.     PERENCANAAN PENGAJARAN VERSI PBTE
Pengembangan program intruksional dilakanakan dengan pendekatan sistematik. Pendekatan ini mempertimbangkan semua faktor dan komponen yang ada sehingga pelaksanaan program akan berjalan secara efisiensi dan efektif. Berdasarkan pola pendekatan tersebut maka sistem instruksional dikembangkan melalui prosedur sebagai berikut:
1.      Merumuskan Asumsi-Asumsi Secara Jelas, Ekspilisit dan Khusus.
Asumsi-asumsi tersebut dirumuskan berdasarkan pada pokok-pokok pikiran yang bertalian dengan beberapa hal, yaitu:
a.       Keyakinan tentang masyarakat, pendidikan dan belajar.
b.      Pandangan tentang peranan guru dalam sistem intruksional.
c.       Penjabaran ciri-ciri khusus dan berbagi hambatan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan program.
2.      Mengidentifikasi Kompetensi.
Kompetensi-kompetensi harus dijabarkan secara khusus, divalidasikan dan di tes dalam hubungan dengan keberhasilan belajar mengajar. Terdapat enam jenis pendekatan yang dapat digunakan untuk merumuskan kompetensi, yaitu sebagai berikut:
a.       Menerjemahkan pelajaran yang telah menjadi sejumlah kompetensi yang tujuan tingkah lakunya harus diteliti kembali.
b.      Pendekakatan analisis tugas yang harus dikerjakan, lalu ditentukan peran-peran apa yang diperlukan, lalu ditentukan jenis-jenis kompetensi yang dituntut tersebut.
c.       Pendekatan kebutuhan siswa di sekolah berdasarkan ambisi, nilai dan prespektif para siswa.
d.      Pendekatan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan kebutuhan masyarakat yang nyata disusun program sekolah dan program latihan yang perlu dilakukan.
e.       Pendekatan teoritis yang disususn secara logis dan melalui pemikiran deduktif dalam kerangka ilmu tentang tingkah laku manusia.
f.       Pendekatan cluster yang disusun berdasarkan program umum yang biasa berlangsung.
3.      Merumuskan Tujuan-Tujuan Secara Deskriptif.
Kompetensi yang telah ditentukan kemudian dirumuskan lebih khusus, lebih eksplisit menjadi tujuan-tujuan yang dapat diamati, dapat diukur berdasarkan kreteria tertentu.
4.      Menentukan Tingkat-Tingkat Kriteria dan Jenis Assement.
 Dengan kriteria ini dapat ditentukan tingakat keberhasilan tentang sejauh mana suatu tujuan telah dicapai. Kriteria-kriteria tersebut menjadi indikator dasar dalam jenis assement yang dilakukan.
5.                  Pengelompokan dan penyusunan tujuan-tujuan pelajaran berdasarkan urutan pikologis untuk mencapai maksud instruksional. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan struktur isi pelajaran, lokasi, dan fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan macam-macam kegiatan dan kebutuhan-kebutuhan psikologis guru.

6.      Mendesai Strategi Intruksional.
Penentuan strategi instruksional didasarkan pada kompetensi-ko,petensi yang hendak dikembangkan. Beberapa strategi dapat pula dirancang oleh guru, contohnya ceramah, modul, daan sebagainya.
7.      Mengorganiasikan Sistem Pengelolaan Kelas.
Sistem pengelolaan yang ditentukan disesuaikan dengan berbagai alternatif kegiatan yang akan dilakukan, seperti pengajaran individual, core program pengajaran unit, dan sebagainya.
8.      Mercobakan Program.
Tujuannya adalah untuk mengetes efektifitas strategi intruksional, kemantapan alat assement, efektivitas sistem pengelolaan kelas, dan sebagainya.
9.      Menilai Desain Intruksional.
Penialian dilakukan terhadap aspek-aspek, antara lain validitas tujuan, tingkat kriteria assement, stategi intruksional dan organisasi sistem pengelolaan.
10.  Memperbaiki Kembali Program.
Berdasarkan penilaian yang telah diperoleh, maka perlu dilakukan beberapa perubahan dan perbaikan.

C.    PERENCANAAN PENGAJARAN SISTEMATIS
Suatu model penggunaan pendekatan sistem dalam rangka mengembangkan couse design, sebagai berikut:
1.      Identifikasi tugas-tugas
Kegiatan merancang suatu program harus dimulai dari identifikasi tugas-tugas yang menjadi tuntunan suatu pekerjaan. Karena itu perlu dibuat job description secara cermat dan lengkap.
2.      Analisis tugas
Tugas-tugas yang telah ditetapkan secara dimensional dijabarkan menjadi seperangkat tugas yang lebih terperinci.
3.      Penetapan kemampuan
Setiap kemampuan hendaknya didasarkan pada kriteria kognitif, efektif, performance, produk, dan ekploratoris.

4.      Spesifikasi pengetahuan, ketrampilan dan sikap
Dari kriteria kognitif, efektif, performance dirinci menjadi pengetahuan apa, sikap-sikap apa dan ketrampilan-ketampilan apa yang perlu dimiliki oleh setiap lulusan.
5.      Identifikasi kebutuhan pendidikan dan latihan
Merupakan jenis-jenis pendidikan atau latihan-latihan yang sewajarnya disediakan dalam rangka mengembangkan kemampuan yang telah ditetapkan.
6.      Perumusan tujuan
Tujuan pendidikan masih bersifat umum. Tujuan-tujuan yang dirumuskan harus koheren dengan kemampuan-kemampuan yang hendak dikembangkan.
7.      Kriteria keberhasilan program
Keberhasilan ditandai dengan tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan. Tujuan program dianggap berhasil juka lulusan dapat menunjukan kemampuan pelaksanaan tugas yang telah  ditentukan.
8.      Organisai sumber-sumber belajar
Menekankan pada materi pelajaran yang yang akan disampaikan sehubungan pencapaian tujuan kemampuan yang telah ditentukan.
9.      Pemilihan strategi pengajaran
Penentuan strategi dan metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan kemampuan yang diharapkan. Strategi pengajaran terpadu dapat menunjang keberhasilan program pengajaran diamping startegi mengajar remedial.
10.  Uji lapangan program
Dimaksudkan untuk melihat kemungkinan keterlaksanaan, keberhasilan dan jenis kesulitan yang akan dihadapi.
11.  Pengukuran reliabilitas program
Berdasarkan pengukuran ini dapat dicek sejauh mana efektifitas program, validitas dan reabilitas alat ukur, dan efektifitas system intriksional.
12.  Perbaikan dan penyesuaian program
Berguna untuk menjamin konsistensi koherensi, monitoring system dan selanjutnya memberikan umpan balik kepada organisasi sumber-sumber, strategi pengajaran dan motivasi belajar.


13.  Pelaksanan program
Langkah yang didasari oleh suatu asumsi, bahwa rancangan program yang telah didesain secara cermat dan telah mengalai uju coba serta perbaikan dalam dipublikasikan dan dilaksanakan dalam sampel yang lebih luas.
14.  Monitoring program
Sepanjang pelaksanaan program perlu diadakan monitoring secara terus-menerus dan berkala untuk menghimpun informasi tentang pelaksanaan program.

D.    PERENCANAAN PENGAJARAN MODEL DAVIS
Teknik merancang sistem belajar berlangsung dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1.      Penetapan Status Sistem Pengajaran
Semua usaha perancangan suatu sistem senantiasa dimuali dari menetapkan kedudukan sistem pengajaran yang ada saat ini, baik input, output maupun operasinya. Kemudian dilakuakan kembali perancangan desain baru. Tahapan ini dimulai dengan memikirkan daerah pelajaran yang telah diberikan.  Semua lingkungan yang penting untuk melaksanakan suatu program pengajaran harus dideskripsikan secara teliti dan terperinci. Jika perencanaaan sistem pengajaran hendak menetapkan kedudukan sistem yang telah ada sekarang, maka perlu menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
a.       Karakterisik-karakteristik apa yang terdapat dalam sistem pengajaran di mana dia harus bekerja? Apa tujuan dan alat atu cara-cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan-tujuan itu?
b.      Sumber-sumber apa yang akan digunakan? Apa batasan-batasannya dan hambatan-hambatan apa yang ada?
c.       Siapa siswanya? Ketrampilan-ketrampilan dan harap-harapan apa serta kebutuhan belajar apa yang mereka miliki atau rasakan? Dan berapa jumlah siswanya?
d.      Apa sebaiknya diperbuat untuk memberikan kontribusi pelajaran dalam usaha mencapai tujuan-tujuan itu dan membantu siswa belajar.
2.      Perumusan Tujuan Pengajaran
Pemilihan dan perumusan tujuan pada hakikatnya adalah suatu proses membuat keputusan. Berdasarkan informasi tentang apa yang ingin diketahui oleh siswa, apa yang mereka butuhkan, bahan pelajaran guru menetapkan perangkat tujuan yang hendak dicapai para siswa. Jadi tujuan belajar sebenarnya adalah tujuan mengajar.
Tujuan terpenting adalah dalam menentukan urutan bahan yang akan disampaikan, metode mengajar, prosedur evaluasi  yang akan dikembangkan. Tujuan mengandung makna yang penting dalam rangaka menentukan  prosedur intruksional yang akan ditempuh oleh guru.  Berdasarkan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan tersebut maka disarankan agar guru merancang kegiatan-kegaitan yang serasi untuk membantu siswa belajar. Perumusan tujuan merupakan hal yang penting dalam sistem pengajaran. Alasannya yaitu:
a.       Umumnya desain pengajaran didasarkan pada tujuan-tujuan
b.      Tujuan memainakan peranan krisis dalam evaluasi pengajaran
c.       Kemungkiann terjadinya salah kaprah sehingga tujuan tadi sebagai media komunikasi dan memberiakn alat yang sama bagi semua guru.
d.      Tujuan menjadi pedoman bagi siswa yang mengarahkan kegiatan belajar merekan dan untuk menilai kemajuan belajar yang telah mereka lakukan sebelumnya.
3.      Perencanaan dan Pelaksanaan Evaluasi
Setiap perumusan tujuan belajar bagi siswa senantiasa harus disertai dengan perencanaan evaluasi intruksional. Untuk lebih jelasnya, coba kita renungkan beberapa pertanyaan berikut ini:
1)      Bagaimana saya mengetahui bahwa para siswa telah mencapai tujuan-tujuan belajarnya?
2)      Bagaiman saya dapat menerangkan bahwa saya telah melakukan tugas pekerjaan dengan baik dalam menciptakan kondisi belajar bagi para siswa?
3)       Bagaimana saya mengetahui bahwa prosedur kerja yang saya tempuh baik dalam menciptakan kondisi belajar bagi para siswa?
4)      Bagaimana saya mengetahui bahwa prosedur mengajar yang saya lakukan selama ini perlu diperbaiki, dan dalam hal apa perlu  mendapat perhatian?
Meskipun masalah evaluasi merupakan masalah akhir yang perlu dirancang sebelumnya. Evaluasi harus dilakukan dengan berhati-hati dan teliti karena hal berikut:
a.       Dengan program evaluasi, guru dan siswanya dapat menemukan bukti telah terjadinya proses belajar.
b.      Evaluasi penting bagi guru dan siswa karena bertalian dengan kualitas pengajaran yang ditandai oleh keberhasilan belajar pada siswanya.

4.      Pendeskripkian dan Pengkajian Tugas
Deskripsi tugas dimaksudkan untuk mengidentifikasi  langkah-langkah yang ditempuh oleh seorang ahli bila dia melakukan suatu tugas. Tugas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a.       Tugas Tindakan (task action) adalah seperangkat langkah yang dirumuskan secara jelas dan dapat diamati serta dapat diperinci menjasi subtugas-subtugas.
b.      Tugas Kognitif (cognitive task) adalah kegiatan-kegiatan yang dilakuakn secara mental yang umumnya tidak dapat diamati.
Suatu deskripsi tugas atau seperangakat tujuan selanjutnya dianalisis menjadi jenis-jenis belajar yang perlu dilakukan. Semua tugas dianalisis menjadi sejumlah kegiatan belajar. Untuk jenis-jenis belajar tertentu akan dibutuhkan prosedur intruksional tertentu pula antara tujuan, deskripsi tugas dan analisis tugas yang saling berinteraksi satu dengan yang lain.
5.      Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Belajar
Didalam merancang sistem-sistem pengajaran, guru perlu menjawab sejumlah pertanyaan berikut ini:
1)      Bagaimana cara menyususn kondisis-kondisi yang memungkinkan para siswa belajar siswa?
2)      Keterampilan-keterampilan apa yang terlibat dalam perilaku untuk melaksanakan tugas, dan bagaimana keterampilan-keterampilan itu sebaiknya dipelajari?
3)      Konsep-konsep apa yang terlibat dalam melakuakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prinsip-prinsip itu sebaiknya dipelajari?
4)      Prinsip-prinsip apa yang dilibatkan dalam melakukan tugas-tugas untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prinsip-prinsip itu sebaiknya dipelajari?
5)      Apa ada prinsip-prinsip umum belajar yang dapat dilaksanakan?
6)      Bagaimana cara seseorang melaksanakan prinsip-prinsip itu?
7)      Bagaimana guru menyusun kondisi-kondisi agar siswa termotivasi untuk belajar?
            Sebagai seorang guru perlu menetapkan lebih dahulu hal-hal yang kan diajarkan baru mempertimbangkan berbagi alternatif metode mengajar yang akan digunakan. Dengan mempelajari prinsip-prinsip belajar maka guru dapat membantu para siswa belajar, dengan jalan menyediakan kondisi-kondisi yang dipergunakan melalui pembelajaran yang diberikannya

Analisis
Desain
               Evaluasi
Oval: Revisi Balikan
Melaksanakan Evaluasi
 
Menetapkan Sistem yang ada Sekarang
 
Menetapkan dan Menulis
Tujuan-tujuan
 
Merencanakan Evaluasi
 
Menentukan
Tugas-tugas
 
Analisis Tugas dan Tujuan
 
Melaksanakan Evaluasi
 
Merancang Pengajaran
 

E.     PROSEDUR PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL (PPSI)
PPSI adalah suatu pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran. Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem instruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemik dan sistmatis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Langkah-langkah dari pengembangan model PPSI ini adalah sebagai berikut:
a.       Merumuskan Tujuan. Langkah ini menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku, dan hanya ada satu kemampuan atau tujuan.
b.       Pengembangan Alat Evaluasi. Dalam mengembangkan alat evaluasi, langkah-langkahnya adalah menentukan jenis tes yang akan digunakan dan menyusun item soal untuk setiap tujuan.
c.        Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Langkah ketiga yaitu merumuskan semua kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh.
d.       Pedoman Program Kegiatan Guru. Merupakan petunjuk bagi guru untuk merencanakan program kegitan bimbingan sehingga siswa dapat belajar denga terstruktur. Yang diperlukan guru, yaitu:
1)      Merumuskan materi pelajaran secara terperinci
2)      Memilih metode yang tepat
3)      Meyusun jadwal secara terperinci
e.        Pedoman Pelaksanaan Progaram. Dalam pengembangan program KBM, maka langkah-langkahnya ialah merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode yang digunakan, memilih alat dan sumber yang digunakan dan menyusun program kegiatan atau jadwal. Petujuk dalam kegiatan belajar mengjar memungkinkan untuk dapat berubah sesuai keadaan.
f.        Pedoman perbaiakn atau revisi. Langkah yang terakhir yaitu mengadakan pre-tes, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan post-tes dan revisi. Perbaikan dilakuakn berdasarkan umpan balik yang  diperoleh dari hasil akhir.

1.      Prosedur PPSI
Berpegang pada PPSI yang telah dikembangkan, selanjutnya guru menyusun Model Satuan Pelajaran (SAP atau MSP). Sebagaimana diuraikan berikut ini, baik PPSI maupun SAP kami uraikan lebih terinci dalam “Strategi Belajar Menagajar” (Oemar Hamalik, 1986 halaman 22-63)

2.      Bentuk Satuan Pelajaran
Baedasarkan pertimbangan pratis ditetapkan  agar bentuk yang dipakai adalah bentuk ke bawah (vertical), sebagai berikut.


Bidang Studi
: …………………...
Sub Bidang Studi/Mata pelajaran
: …………………...
Satuan Bahasan
: …………………...
Semester/Caturwulan
: …………………...
Waktu
: …………………...
 I.      Tujuan Instruksional Umum

…………………………………

…………………………………

II.      Tujuan Instruksional Khusus

…………………………………

…………………………………

Dst.

III.      Materi Pelajaran

  1. ………………………….

1)   ……………………….

2)   ……………………….

  1. ………………………….

1)   ……………………….

2)   ……………………….

3)   ……………………….

Dst.

IV.      Kegiatan Belajar Mengajar

  1. Metode

  1. Pokok-pokok Kegiatan


Siswa
Guru
1.   ……………………………….
2.   ……………………………….
1.   ……………………………….
2.   ……………………………….




V.      Alat-alat Pelajaran dan Sumber
1.      Alat Pelajaran
1)         ………………………
2)         ………………………
Dst.
2.      Sumber Bahan
1)         ………………………
2)         ………………………
3)         ………………………
Dst.
 VI.      Evaluasi
1.      Prosedur
a.          ………………………
b.         ………………………
c.          ………………………
2.      Alat Evaluasi (Jenis Tes)
a.          ………………………
b.         ………………………
c.          ………………………
3.      Soal-soal Tes

3.      Kriteria Pembuatan Model Satuan Pelajaran
1)      Apakah pokok bahasan dan subpokok bahsa yang telah digariskan dalam GBPP, telah diidentifikasi secara cermat dan dijadikan dasar dalam menentukan “Satua Bahasan” yang akan diajarkan?
2)      Apakah telah ditegaskan kelas berapa dan berapa lama (waktu) bahan pelajaran itu akan diberikan?
3)      Apakah telah dirumuskan tujuan instruksional umum (TIU) yang bersumber dari TIU dalam GBPP?
4)      Apakah tujuan instruksional khusus (TIK) telah dirumuskan secara spesifik, operasional, jelas, relevan, dan berdasarkan TIU?
5)      Apakah materi pelajaran elah diperinci sedemikian rupa berdasarkan pada bahan pengajaran dalam GBPP dan tujuan khusus yang hendak dicapai?
6)      Apakah  kegiatan belajar mengajar telah dorencanakan secara cermat, jelas dan tegas, sistematis, logis, serta sesuai dengan TIK yang hendak dicapai dari materi pelajaran yang akan disampaikan yang meliputi pendekatan metode mengajar dan pokok-pokok kegiatan siswa-guru?
7)      Apakah pokok-pokok kegiatanbelajar mengajar tersebut disusun berdasarkan kerangka tes awal penyampaian bahan tes akhir?
8)      Apakah dalam rangka penyampaian itu anda telah mempersiapkan pula variasi kegiatan sesuai dengan tuntutan interaksi belajar mengajar, motivasi, dll?
9)      Apakah prosedur pemilihan alat peraga, sumber bahan didasarkan pada TIK yang hendak dicapai, bahan pengajaran yang akan disampaikan pada kegiatan belajar mengajar/strategi instruksional yang akan dikembangkan?
10)  Apakah prosedur penilaian telah dirancang secara teliti sesuai TIK yang hendak dicapai sebagai indicator keberhasilan belajar mengajar?
11)  Apakah bahasa yang digunakan jelas, mudah dipahami, dan ditulis dengan baik dan benar?
12)  Apakah satuan pelajaran secara keseluruhan sesuai dengan hal-hal yang dirancang dalam PPSI?













BAB III
KESIMPULAN

Berbagai model pembelajaran dapat dikembangkan dalam rangka mengorganisisr  pengajaran. Namun, tidak ada suatu model rancangan pengajaran yang dapat memberikan resep yang paling ampuh untuk mengembangkan suatu program pengajaran.
Oleh karenanya, maka untuk menentukan model rancangan dalam mengembangkan suatu program pengajaran tergantung pada pertimbangan si perancang, dalam hal ini guru terhadap model yang dipilih dan akan digunakannya.
Pemilihan yang tept akan model pengajaran yang akan digunakan entunya akan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran.





DAFTAR PUSTAKA

Sjukma Sjam, dkk., Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: CV. Praktika Aksara Semesta, 2010.
http://google.com/model-model-desain-pembelajaran1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar