PENGARUH
KENAIKAN BBM BERSUBSIDI TERHADAP
KONDISI DAYA
BELI MASYARAKAT KECIL
ANI ATIH
8105118050
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
PENDIDIKAN
ADMINISTRASI PERKANTORAN
EKONOMI
DAN ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang tak terhingga
penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah,
dan Nikmat-Nya sehingga Makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Makalah ini.
Penulis menyadari berbagai
keterbatasan yang dimiliki, maka penulis mengharapkan berbagai masukan, kritik
dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan Makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat
bagi semu pihak yang membutuhkan.
Jakarta, Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat........................................................................ 3
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Definisi BBM (Bahan Bakar Minyak).................................... ....... 4
B. Definisi Subsidi BBM.................................................................... 5
C. Kebijakan Sibsidi BBM................................................................. 6
D. Tujuan Kebijakan Pemerintah Pada subsidi
BBM........................... 6
E. Dampak Kenaikan BBM Bersubsidi pada Masyarakat
Kecil.. 9
BAB III : PEMBAHASAN
A. Penyajian data............................................................................... 11
B. Pemecahan Masalah...................................................................... 13
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 15
B. Saran.............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Gejolak harga minyak dunia sebenarnya sudah
mulai terlihat sejak tahun 2000. Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring
dengan menurunnya kapasitas cadangan. Ada sejumlah faktor penyebab terjadinya
gejolak ini, salah satunya adalah persepsi terhadap rendahnya kapasitas
cadangan harga minyak yang ada saat ini, yang kedua adalah naiknya permintaan
(demand) dan di sisi lain terdapat kekhawatiran atas ketidakmampuan
negara-negara produsen untuk meningkatkan produksi, sedangkan masalah tingkat
utilisasi kilang di beberapa negara dan menurunnya persediaan bensin di Amerika
Serikat juga turut berpengaruh terhadap posisi harga minyak yang terus
meninggi. [1]
Hal ini kemudian direspon oleh pemerintah di
beberapa negara di dunia dengan menaikkan harga BBM. Demikian juga dengan
Indonesia, beberapa kali akhirnya DPR menyetujui rencana pemerintah untuk
menaikkan harga bahan bakar minyak. Kebijakan kenaikan harga BBM tentu saja
menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian sehingga kebijakan ini
menimbulkan banyak protes dari berbagai kalangan. Keputusan pemerintah
menaikkan harga bensin, solar, dan minyak tanah diakibatkan oleh kenaikan harga
minyak mentah dunia dan terbatasnya keuangan pemerintah. Hal ini direspon oleh pasar dengan naiknya harga
barang kebutuhan masyarakat yang lain. Biaya produksi menjadi tinggi, harga
barang kebutuhan masyarakat semakin mahal sehingga daya beli masyarakat semakin
menurun. Secara makro cadangan devisa negara banyak dihabiskan oleh Pertamina
untuk mengimpor minyak mentah. Tingginya permintaan valas Pertamina ini, juga
menjadi salah satu penyebab terdepresinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
[2]
Terjadinya hubungan timbal balik antara naiknya
biaya produksi dan turunnya daya beli masyarakat berarti memperlemah perputaran
roda ekonomi secara keseluruhan di Indonesia. Kondisi ini dapat mempengaruhi
iklim investasi secara keseluruhan baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Dalam jangka pendek naiknya harga BBM tersebut disikapi oleh pelaku
pasar, khususnya pelaku pasar modal sebagai pusat perputaran dan indikator
investasi.
Kontroversi kenaikan harga minyak ini bermula
dari tujuan pemerintah untuk menyeimbangkan biaya ekonomi dari BBM dengan
perekonomian global. Meskipun perekonomian Indonesia masih terseok mengikuti
perkembangan perekonomian dunia, pada akhirnya kebijakan kenaikan BBM tetap
dilaksanakan. Akibatnya, perilaku investasi di Indonesia sangat memungkinkan
mengalami perubahan. Setiap peristiwa berskala nasional apalagi yang terkait
langsung dengan permasalahan ekonomi dan bisnis menimbulkan reaksi para pelaku
pasar modal yang dapat berupa respon positif atau respon negatif tergantung
pada apakah peristiwa tersebut memberikan stimulus positif atau negatif
terhadap iklim investasi. Berdasarkan pada argumentasi di atas, maka
dimungkinkan akan terjadi reaksi negatif para pelaku pasar modal setelah
pengumuman tersebut. Tetapi jika yang terjadi sebaliknya bahwa kenaikan harga
BBM ini direaksi positif oleh pelaku pasar, maka kesimpulan sederhana dari
dampak peristiwa pengumuman tersebut adalah bahwa naiknya harga BBM memberikan
stimulus positif pada perekonomian Indonesia.
Dengan berkembangnya kontroversi pro dan kontra
terhadap kenaikan harga BBM tersebut, penelitian ini berusaha mengetahui dampak
langsung peristiwa kenaikan BBM terhadap kondisi masyarakat kecil di Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin
mengulas lebih dalam lagi dengan makalah yang berjudul, “Pengaruh Kenaikan BBM Bersubsidi
Terhadap Kondisi Daya Beli Masyarakat Kecil”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.
Apakah
terdapat perbedaan antara kondisi masyarakat kecil di Indonesia sebelum dan
sesudah peristiwa kenaikan harga BBM
Bersubsidi?
2.
Bagaimana
menanggulangi dampak kenaikan harga BBM pada kondisi masyarakat kecil di Indonesia
?
C. Tujuan dan
Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan dan manfaat penulisan adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kondisi masyarakat kecil di
Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM Bersubsidi.
2.
Untuk
mengetahui bagaimana menanggulangi dampak kenaikan harga BBM pada kondisi
masyarakat kecil di Indonesia.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Definisi BBM (Bahan Bakar
Minyak)
Kata BBM sebenanrya tidak
asing lagi bagi kita. Menyebutkan BBM setiap orang pasti mengaitkannya dengan
mesin karena tanpa BBM mesin tidak akan berfungsi, sehingga timbul anggapan
bahwa yang berhubungan dengan BBM selalu ada kaitannya dengan mesin.
BBM adalah energi yang
terbentuk dari fosil dalam perut bumi yang dapat diperbaharui :
Komoditas BBM :
1)
Avgas
2)
Avlur
3)
Bensin
·
Premium
·
Pertamax
·
Pertamax Plus
4)
Minyak tanah
5)
Minyak solar
6)
Minyak diesel
7)
Minyak bakar
8)
Biodiesel
9)
Pertamina Dex
Dari sekian banyak BBM,
bensin dan minyak solar merupakan BBM yang paling vital fungsinya. Di zaman
modern ini, mobilitas manusia sangat tinggi, sehingga vitalnya bensin bagi
perekonomian suatu negara sama vitalnya dengan darah bagi tubuh manusia. Karena
tanpa bensin dan minyak solar dunia yang kita tempati ini seperti akan berhenti
berdenyut.[3]
B.
Definisi Subsidi BBM
Istilah subsidi mungkin
juga sudah tidak asing lagi bagi kita. Bahwasanya subsidi menurut bahasa
berarti tunjangan. Sedangkan subsidi BBM adalah bayaran yang harus dilakukan
oleh pemerintah pada Pertamina dalam simulasi dimana pendapatan yang diperoleh
Pertamina dari tugas menyediakan BBM di tanah air adalah lebih rendah
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.[5]
Definisi di atas
menunjukkan bahwa subsidi dilakukan untuk membantu warga negara yang kurang
mampu, namun kenyataannya disalahgunakan oleh kalangan kelas menengah keatas.
Hal ini menyebabkan subsidi BBM salah sasaran dalam penyaluran, karena subsidi
yang tujuannya diberikan oleh kelompok yang kurang mampu tapi ternyata lebih
banyak dinikmati oleh golongan masyarakat kelas atas.
Subsidi BBM adalah salah
satu contoh suatu kebijakan ekonomi yang tidak adil. Menurut data dari sebuah
survei misalnya, pemilik mobil pribadi rata-rata menikmati subsidi dari BBM
sebesar 1,2 juta perbulan, sangat tidak sebanding dengan apa yang diterima oleh
masyarakat yang kurang mampu terutama yang tidak mempunyai kendaraan bermotor.[6]
Subsidi memang sangat
membantu masyarakat kurang mampu untuk menjangkau harga BBM. Tapi kalau
dibiarkan terus menerus, subsidi yang diberikan oleh pemerintah akan menggerogoti
keuangan negara dalam APBN. Karena ternyata subdisi tersebut salah sasaran.
Masyarakat kelas atas yang sebenarnya mampu membeli BBM yang secara normal
ternyata malah disubsidi. Sedangkan kendaraan-kendaraan roda dua milik
masyarakat kurang mampu biasanya membeli BBM yang dijual di kios-kios eceran
yang harganya pasti lebih mahal dari SPBU. Harga BBM yang bersubsidi di
kios-kios.
[5] http://www.pu.go.id/publik/pengumuman/ subsidi-pkps-bbm-050907.htm
[6]
http://arsipnalarekonomi.blogspot.com/2008/06
C.
Kebijakan
Subsidi BBM
Di zaman modern, mesin sangat penting untuk
menunjang mobilitas manusia yang semakin tinggi. Hal ini menyebabkan BBM sangat
vital bagi perekonomian suatu negara. Karena tanpa BBM dunia seakan berhenti
berdenyut.
Setelah sekian lama masyarakat difasilitasi
oleh pemerintah dengan subsidi BBM, akhirnya di era Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono diberlakukan gebrakan yang sangat sensasional, yaitu dengan
melaksanakan kebijakan menaikan harga BBM.
Kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra di
dalam masyarakat. Hal ini sangat wajar, karena setiap kebijakan pasti ada pihak
yang mendukung dan pihak yang menolak.
Kebijakan ini dikeluarkan karena harga
minyak dunia yang melonjak naik dan melihat fakta yang terjadi dalam
masyarakat. Penyaluran BBM kurang merata. Subsidi yang asalnya diperuntukkan
bagi warga masyarakat yang kurang mampu (menengah ke bawah), tapi pada
kenyataannya malah sebagian besar dari BBM bersubsidi dikonsumsi oleh kalangan
yang tidak berhak, yakni kalangan atas.
D.
Tujuan
Kebijakan Pemerintah Pada Subsidi BBM
Kebijakan di atas menimbulkan gejolak di
dalam masyarakat. Ada yang pro dengan kebijakan ini dan tidak sedikit yang
kontra dengan keputusan ini. Hal ini karena pengaruh-pengaruh yang timbul dari
kebijakan ini. Bagi pihak yang menganggap baik maka mereka akan setuju dengan
kebijakan ini. Begitu juga sebaliknya.
Beberapa tujuan pemerintah dari kebijakan
ini antara lain :
1. Mengurangi beban APBN
Dengan dilakukannya
kebijakan pengurangan subsidi BBM ini beban yang ditanggung dalam APBN menjadi
berkurang. Berkaca dari tahun 2008 setidaknya APBN seharusnya menanggung beban
subsidi BBM tidak kurang dari Rp. 150 triliun karena kebutuhan BBM dalam negeri
mencapai 1,3 juta barrel perhari sedangkan produksi saat ini hanya 0,95 juta
barrel perhari. Jadi pasokan BBM kita kurang 0,35 juta barrel perhari.
2. Dana subsidi dari APBN bisa
dialihkan ke bidang lain
Menurut Menteri ESDM
Purnomo Yusgiantoro dalam harian bangsa, “Penghematan subsidi BBM dan listrik
nanti dialihkan untuk kebijakan kebutuhan bahan-bahan pokok dan kompensasi
langsung pada masyarakat kurang mampu.”
Sehingga dana dari
subsidi BBM ini bisa dimanfaatkan untuk sektor lain yakni stabilitasi harga
kebutuhan pokok dan kompensasi pada masyarakat. Adapun program kompensasi
subsidi di BBM 2008 :
1)
Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Rp. 14,1 triliun (Juni – Desember)
2)
Ketahanan pangan dan raskin Rp.
4,2 triliun (Juni – Desember)
3)
Tambahan subsidi KUR Rp. 1,0
triliun (Juni – Desember)
4)
Dukungan biaya pendidikan anak
bagi PNS Gol I/II terutama TNI/Polri
5)
Menghindari penyaluran subsidi
yang ternyata salah sasaran
Sudah bukan rahasia lagi
kalau subsidi yang mulanya bertujuan untuk meringankan beban masyarakat yang
kurang mampu, tapi ternyata pihak-pihak yang tidak berhak malah menerima jatah
subsidi ini lebih besar dari pada masyarakat kecil. Karena subsidi BBM ternyata
banyak dinikmati oleh :
1)
Orang dari kelompok pendapatan
menengah dan atas diukur dari pengeluaran mereka untuk BBM
Distribusi
BBM menurut kelompok pengeluaran (orang/bulan)
2)
Industri dan transportasi
dibanding pengguna rumah tangga
Persentase
pengeluaran BBM dari total pengeluaran menurut sektor
3)
Subsidi lebih dinikmati oleh
kelompok pendapatan menengah ke atas baik menurut kelompok pengeluaran maupun
pengeluaran untuk BBM menurut sektor.
4)
Subsidi BBM ternyata mendorong
terjadinya pemborosan dalam penggunaan BBM di dalam negeri dan penyelundupan
BBM keluar negeri.[7]. Kenaikan BBM
Bahan Bakar
Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam semua
aktifitas ekonomi. Dampak langsung perubahan harga minyak ini adalah
perubahan-perubahan biaya operasional yang mengakibatkan tingkat keuntungan
kegiatan investasi langsung terkoreksi. Secara sederhana tujuan investasi
adalah untuk maksimisasi kemakmuran melalui maksimisasi keuntungan, dan
investor selalu berusaha mananamkan dana pada investasi portofolio yang efisien
dan relatif aman.
Kenaikan
harga BBM bukan saja memperbesar beban masyarakat kecil pada umumnya tetapi
juga bagi dunia usaha pada khususnya. Hal ini dikarenakan terjadi kenaikan pada
pos-pos biaya produksi sehingga meningkatkan biaya secara keseluruhan dan
mengakibatkan kenaikan harga pokok produksi yang akhirnya akan menaikkan harga
jual produk. Multiple efek dari kenaikan BBM ini antara lain meningkatkan biaya
overhead pabrik karena naiknya biaya bahan baku, ongkos angkut ditambah pula
tuntutan dari karyawan untuk menaikkan upah yang pada akhirnya keuntungan
perusahaan menjadi semakin kecil. Di lain pihak dengan kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak tersebut akan memperberat beban hidup masyarakat yang pada
akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan. Turunnya daya
beli masyarakat mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi banyak
perusahaan sehingga secara keseluruhan akan menurunkan penjualan yang pada
akhirnya juga akan menurunkan laba perusahaan.
E.
Dampak
Kenaikan BBM Bersubsidi Terhadap Masyarakat Kecil
Walaupun
dampak kenaikan harga BBM tersebut sulit dihitung dalam gerakan kenaikan
inflasi, tetapi dapat dirasakan dampak psikologisnya yang relatif kuat. Dampak
ini dapat menimbulkan suatu ekspektasi inflasi dari masyarakat yang dapat
mempengaruhi kenaikan harga berbagai jenis barang/jasa. Ekspektasi inflasi ini
muncul karena pelaku pasar terutama pedagang eceran ikut terpengaruh dengan kenaikan
harga BBM dengan cara menaikkan harga barang-barang dagangannya. Dan biasanya
kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok masyarakat terjadi ketika isu
kenaikan harga BBM mulai terdengar.
Perilaku
kenaikan harga barang-barang kebutuhan masyarakat setelah terjadi kenaikan
harga beberapa jenis BBM seperti premium (bensin pompa), solar, dan minyak
tanah dari waktu ke waktu relatif sama. Misalnya, dengan naiknya premium
sebagai bahan bakar transportasi akan menyebabkan naiknya tarif angkutan.
Dengan kenaikan tarif angkutan tersebut maka akan mendorong kenaikan harga
barang-barang yang banyak menggunakan jasa transportasi tersebut dalam
distribusi barangnya ke pasar. Demikian pula dengan harga solar yang mengalami
kenaikan juga akan menyebabkan kenaikan harga barang/jasa yang dalam proses
produksinya menggunakan solar sebagai sumber energinya.
Begitu
seterusnya, efek menjalar (contagion
effect) kenaikan harga BBM terus mendongkrak biaya produksi dan operasional
seluruh jenis barang yang menggunakan BBM sebagai salah satu input produksinya
yang pada akhirnya beban produksi tersebut dialihkan ke harga produk yang
dihasilkannya. Kenaikan harga beberapa jenis BBM ini akan menyebabkan kenaikan
harga di berbagai level harga, seperti harga barang di tingkat produsen,
distributor/pedagang besar sampai pada akhirnya di tingkat pedagang eceran.
Gerakan kenaikan harga dari satu level harga ke level harga berikutnya dalam
suatu saluran perdagangan (distribution channel) adakalanya memerlukan waktu
(time lag). Tetapi, yang jelas muara dari akibat kenaikan harga BBM ini adalah
konsumen akhir yang notabene adalah berasal dari kebanyakan masyarakat ekonomi
lemah yang membutuhkan barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari dengan membeli
barang-barang kebutuhannya sebagian besar dari pedagang eceran, biasanya
kenaikan harga di tingkat eceran (retail
price) ini lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga di tingkat harga
produsen (producer price) maupun di
tingkat pedagang besar (wholesale price).
Dampak ini
hanya sebagian kecil saja yang terjangkau dari pandangan kita. Justru dampak
tak langsung yang merupakan hasil multiplier
effect dapat menyeret ke tingkat inflasi yang tinggi. Sumbangan inflasi
dari BBM akan bertambah besar jika komponen BBM lainnya yang tidak ditetapkan pemerintah
bergerak sesuai selera pasar. Tekanan inflasi akan semakin besar apabila
pemerintah menaikkan tarif dasar listrik rata-rata.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penyajian Data
Sepertinya
rakyat harus menarik napas dalam-dalam menahan impitan kenaikan harga-harga
kebutuhan pokok yang tinggi setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Kenaikan BBM ini telah menggenjot tingkat inflasi dan menjadi pemicu kenaikan
harga-harga kebutuhan pokok lainnya. Contoh, penjual sayur-sayuran, menaikkan
harga sayur-sayurannya lantaran ongkos transpornya dan harga sayur-sayuran dari
petani sayur sudah naik. Begitu juga, penyedia jasa angkutan, secara serentak
menaikkan ongkos transpor lantaran BBM yang digunakan sehari-harinya naik,
bahkan kenaikannya melebihi dari kenaikan BBM itu sendiri.
Penjual
pakaian di pasar-pasar juga ikut menaikkan harga dagangannya dengan alasan
harga pakaian dari industri pakaiannya sudah naik. Tak kalah serunya industri
pakaian ini juga secara otomatis menaikkan harga produknya karena biaya
produksi naik lantaran ada sebagian kegiatan produksinya menggunakan BBM dalam
jumlah besar. Belum lagi nanti kalau tarif listrik naik lantaran PLN dalam
memproduksi listriknya juga menggunakan sebagian BBM.
Seluruh
fenomena ini merupakan salah satu contoh akibat “air bah” pemicu inflasi yang
merupakan multiplier effect dari kenaikan BBM, karena BBM merupakan salah satu
komponen strategis dalam menggerakkan roda ekonomi seluruh aktivitas
perekonomian di negara ini.
Pada awalnya pengurangan
subsidi BBM ini dimaksudkan untuk menciptakan keadilan dalam pemberian subsidi
untuk seluruh lapisan masyarakat karena selama ini pemberian subsidi BBM hanya
menguntungkan masyarakat lapisan ekonomi kuat. Tetapi, pada akhirnya akibat
kebijakan pengurangan subsidi BBM tersebut, yang menanggung kenaikan harga BBM adalah
masyarakat lapisan bawah. Program kompensasi yang dijanjikan pemerintah untuk
membantu masyarakat ekonomi lemah akibat kenaikan BBM yang dimulai sejak bulan
April 2000 tidak mengenai sasaran pada masyarakat yang membutuhkan. Bahkan
program ini telah dilansir media
massa hanya merupakan proyek bagi-bagi uang yang tidak sampai ke sasarannya.
Kurangnya perencanaan dan pengawasan penyaluran dana kompensasi merupakan salah
satu penyebab tidak berhasilnya program tersebut.
Kenaikan BBM
cukup memberatkan masyarakat lapisan bawah karena dapat menimbulkan multiplier
effect, mendorong kenaikan harga jenis barang lainnya yang dalam proses
produksi maupun distribusinya menggunakan BBM.
Contoh
dampak kenaikan harga BBM pada bulan April 1998 tersebut terhadap inflasi masih
terasa sampai bulan Juli 1998 dengan rata-rata inflasi setiap bulannya sebesar
6,77 persen.
Inflasi
bulan Mei 1998 mencapai 5,24 persen dan pada bulan tersebut seluruh kelompok
pengeluaran konsumsi mengalami kenaikan indeks. Kelompok pengeluaran bahan
makanan mengalami kenaikan indeks sebesar 3,90 persen; kelompok pengeluaran
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 4,00 persen; kelompok pengeluaran
perumahan 4,14 persen; kelompok pengeluaran sandang 4,53 persen; kelompok
pengeluaran kesehatan 2,40 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga
1,41 persen; dan kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi 17,25 persen.
Tekanan
inflasi masih dirasakan di bulan Juni 1998, mencapai angka 4,64 persen, dan pada
bulan tersebut seluruh kelompok pengeluaran konsumsi juga mengalami kenaikan
indeks. Hal ini masih terjadi pula pada tingkat inflasi bulan Juli, yaitu
sebesar 8,56 persen.
Angka
inflasi sebesar 8,56 persen merupakan angka inflasi yang sangat tinggi karena
angka inflasi satu persen saja sudah merupakan cerminan dari gelombang “air
bah” dari kenaikan beberapa jenis barang yang hampir terjadi di seluruh kota
yang dihitung angka inflasinya.
Berdasarkan
pola kenaikan jenis barang selama ini, angka inflasi satu persen saja biasanya
berasal dari kenaikan harga lebih dari 15 jenis barang yang terjadi serentak di
hampir seluruh kota sampel penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Jenis barang
yang sering mengalami fluktuasi harga biasanya berasal dari kelompok bahan
makanan seperti beras, daging ayam ras, ikan segar, telur, tomat sayur, minyak
goreng, dan cabai rawit. Ditambah juga dari kelompok makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau seperti rokok, mi kering instan, nasi lauk, ayam goreng,
kue kering, dan berbagai jenis minuman. Semua itu biasanya ikut mewarnai angka
inflasi sebesar satu persen di samping kelompok jenis barang lainnya.
B.
Pemecahan Masalah
1.
Dari sisi pelanggan
Daya beli masyarakat akan mengalami penurunan namun hanya bersifat
sementara, kurang lebih sekitar 2 bulan. Hal ini disebabkan pelanggan
Indonesia tidak tahan untuk tidak membeli. Pergeseran pelanggan ini
mengakibatkan pelanggan kelas menengah mencari produk lebih murah dengan
kualitar yang bagus, pelanggan kelas bawah mencari yang paling murah dan
pelanggan kelas atas tidak akan terpengaruh.
Pelanggan yang sensitif harga biasanya mencari harga diskon untuk
mengatasi penurunan daya beli mereka. Pada kondisi ini biasanya
bermunculan berbagai promo diskon harga yang merupakan salah satu siasat
produsen untuk memanfaatkan situasi pelanggan tersebut.
Sebagai pedagang eceran, kesempatan untuk mendapatkan produk baru
dengan harga terjangkau masih sangat besar. Pedagang tidak usah khawatir
kehilangan pelanggan, karena dapat dipastikan semua pedagang akan menaikan
harga. Artinya, potensi pelanggan pindah toko juga kecil.
Masalah yang paling besar dirasakan oleh pelanggan yang
benar-benar tidak mampu membeli. Namun biasanya masih tetap ada peluang untuk
membeli dengan terpaksa, yaitu pada event-event tertentu seperti Hari Raya.
Untuk itu, penjual harus menyediakan barang-barang lama atau yang tidak laku
dengan harga super murah.
2.
Dari sisi produsen
Bila dilihat dari sisi produsen, produsen juga tidak mungkin
langsung menutup produksi atau langsung menaikan harga. Dalam hal ini produsen
juga akan takut untuk menaikan harga karena khawatir hasil produksinya tidak
terserap pasar.
Produsen dituntut untuk lebih kreatif dengan mencoba
memberikan nilai tambah produk dari berbagai aspek yang tidak menjadikan harga
naik. Misalnya pada aspek desain, model dan aplikasi yang menarik pada produk.
Produsen juga harus menyadari bahwa sebisa mungkin mereka harus menyajikan
produk yang terjangkau.
Produsen akan berhati-hati dalam mengkomunikasikan harga ke
pengecer. Produsen juga harus membangun pengertian bahwa produsen dan pengecer
harus bisa saling memahami dampak kenaikan harga.
3. Dari sisi makro
Kenaikan harga BBM berdampak pada kenaikan harga yang terjadi
disemua komoditas. Namun semua sektor akan menuju pada keseimbangan baru,
karena pada dasarnya ekonomi tidak akan berhenti dan inflasi sudah pasti akan
terjadi. Hanya membutuhkan waktu beberapa bulan saja untuk terbiasa dengan
kenaikan harga yang terjadi.
Ada sedikit penggembira. Apabila harga naik pada bulan Juni, maka
pedagang bisa sedikit tidak perlu khawatir karena pada bulan Juni-Desember
adalah bulan belanja pemerintah. Artinya, ekonomi sudah pasti berjalan. Perlu
diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat tergantung dari belanja
pemerintah.
Solusi bagi para pedagang adalah wajib bertahan sampai event-event
Hari Raya, karena pada saat ini tidak ada lagi pengaruh kenaikan harga BBM.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
BBM
merupakan faktor bahan baku yang utama bagi sektor industri BBM merupakan
faktor bahan baku yang utama bagi sektor industri dan rumah tangga. Oleh karrna
itu, kenaikan harga BBM selalu disertai dengan kenaikan harga-harga kebutuhan
lain, karena. Sehingga dampak kenaikan harga BBM pasti akan sangat dirasakan
oleh masyarakat luas, khususnya masyarakat kecil.
Untuk
mengatasi masalah yang timbul dari kenaikan harga BBM, bagi para produsen
adalah dengan cara meningkatkan kreativitas dalam bidang produksi, mencoba
memberikan nilai tambah produk dari aspek yang tidak menjadikan harga naik,
seperti aspek desain, model dan aplikasi yang menarik. Hal ini perlu dilakukan
agar harga produk tidak ikut naik terlalu tinggi.
B. Saran
Diharapkan
agar pemerintah pada saat-saat selanjutnya dapat menjadikan kenaikan harga BBM
sebagai alternatif terakhir untuk menghemat anggaran belanja negara. Karena
dampak yang ditimbulkannya akan sangat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono,
Rubrik Pembaca Menulis, Kompas
Cybermedia, 20 April 2001.
Majalah
Trend Data. Edisi Mei 2002.
Arya
Yoga, Dampak Kenaikan Harga BBM.
2008. http://reincarbonated.multiply.com
Jawa
Pos Online, 30 Januari 2002. Mensiasati
Dampak Kenaikan BBM Bagi Pengusaha Kecil.
M. Lutfi Firdaus, “Bensin, Cairan Penggerak Ekonomi Kategori
Kimia Karbon”, dalam Kompas, 23 Juli 2009.
http://www.pu.go.id/publik/pengumuman/
subsidi-pkps-bbm-050907.htm
http://arsipnalarekonomi.blogspot.com/2008/06
http://www.google.co.id/2009/23/6
“Dampak Kebijakan BBM”
zsgh
BalasHapus