Selasa, 11 September 2012

PENGARUH KENAIKAN BBM BERSUBSIDI TERHADAP KONDISI DAYA BELI MASYARAKAT KECIL


PENGARUH KENAIKAN BBM BERSUBSIDI TERHADAP
 KONDISI DAYA BELI MASYARAKAT KECIL



ANI ATIH
8105118050






Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia



PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
EKONOMI DAN ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012

                                                


KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang tak terhingga penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Nikmat-Nya sehingga Makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Makalah ini.
Penulis menyadari berbagai keterbatasan yang dimiliki, maka penulis mengharapkan berbagai masukan, kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan Makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semu pihak yang membutuhkan.



                                                                                                    Jakarta, Mei 2012
 
                                                                                                                            Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I :      PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat........................................................................ 3

BAB II :    KAJIAN TEORI
A.    Definisi BBM (Bahan Bakar Minyak).................................... ....... 4
B.     Definisi Subsidi BBM.................................................................... 5
C.     Kebijakan Sibsidi BBM................................................................. 6
D.    Tujuan Kebijakan Pemerintah Pada subsidi BBM........................... 6
E.     Dampak Kenaikan BBM Bersubsidi pada Masyarakat Kecil..         9

BAB III :   PEMBAHASAN
A. Penyajian data............................................................................... 11
B. Pemecahan Masalah...................................................................... 13

BAB IV :   PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 15
B. Saran.............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA



 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Gejolak harga minyak dunia sebenarnya sudah mulai terlihat sejak tahun 2000. Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan menurunnya kapasitas cadangan. Ada sejumlah faktor penyebab terjadinya gejolak ini, salah satunya adalah persepsi terhadap rendahnya kapasitas cadangan harga minyak yang ada saat ini, yang kedua adalah naiknya permintaan (demand) dan di sisi lain terdapat kekhawatiran atas ketidakmampuan negara-negara produsen untuk meningkatkan produksi, sedangkan masalah tingkat utilisasi kilang di beberapa negara dan menurunnya persediaan bensin di Amerika Serikat juga turut berpengaruh terhadap posisi harga minyak yang terus meninggi. [1]
Hal ini kemudian direspon oleh pemerintah di beberapa negara di dunia dengan menaikkan harga BBM. Demikian juga dengan Indonesia, beberapa kali akhirnya DPR menyetujui rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak. Kebijakan kenaikan harga BBM tentu saja menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian sehingga kebijakan ini menimbulkan banyak protes dari berbagai kalangan. Keputusan pemerintah menaikkan harga bensin, solar, dan minyak tanah diakibatkan oleh kenaikan harga minyak mentah dunia dan terbatasnya keuangan pemerintah. Hal  ini direspon oleh pasar dengan naiknya harga barang kebutuhan masyarakat yang lain. Biaya produksi menjadi tinggi, harga barang kebutuhan masyarakat semakin mahal sehingga daya beli masyarakat semakin menurun. Secara makro cadangan devisa negara banyak dihabiskan oleh Pertamina untuk mengimpor minyak mentah. Tingginya permintaan valas Pertamina ini, juga menjadi salah satu penyebab terdepresinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. [2]


[1] Republika Online, Selasa 28 Juni 2005
[2] Metrotvnews.com, 28 September 2005

 
Terjadinya hubungan timbal balik antara naiknya biaya produksi dan turunnya daya beli masyarakat berarti memperlemah perputaran roda ekonomi secara keseluruhan di Indonesia. Kondisi ini dapat mempengaruhi iklim investasi secara keseluruhan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek naiknya harga BBM tersebut disikapi oleh pelaku pasar, khususnya pelaku pasar modal sebagai pusat perputaran dan indikator investasi.
Kontroversi kenaikan harga minyak ini bermula dari tujuan pemerintah untuk menyeimbangkan biaya ekonomi dari BBM dengan perekonomian global. Meskipun perekonomian Indonesia masih terseok mengikuti perkembangan perekonomian dunia, pada akhirnya kebijakan kenaikan BBM tetap dilaksanakan. Akibatnya, perilaku investasi di Indonesia sangat memungkinkan mengalami perubahan. Setiap peristiwa berskala nasional apalagi yang terkait langsung dengan permasalahan ekonomi dan bisnis menimbulkan reaksi para pelaku pasar modal yang dapat berupa respon positif atau respon negatif tergantung pada apakah peristiwa tersebut memberikan stimulus positif atau negatif terhadap iklim investasi. Berdasarkan pada argumentasi di atas, maka dimungkinkan akan terjadi reaksi negatif para pelaku pasar modal setelah pengumuman tersebut. Tetapi jika yang terjadi sebaliknya bahwa kenaikan harga BBM ini direaksi positif oleh pelaku pasar, maka kesimpulan sederhana dari dampak peristiwa pengumuman tersebut adalah bahwa naiknya harga BBM memberikan stimulus positif pada perekonomian Indonesia.
Dengan berkembangnya kontroversi pro dan kontra terhadap kenaikan harga BBM tersebut, penelitian ini berusaha mengetahui dampak langsung peristiwa kenaikan BBM terhadap kondisi masyarakat kecil di Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengulas lebih dalam lagi dengan makalah yang berjudul, “Pengaruh Kenaikan BBM  Bersubsidi Terhadap Kondisi Daya Beli Masyarakat Kecil”.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Apakah terdapat perbedaan antara kondisi masyarakat kecil di Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM  Bersubsidi?
2.      Bagaimana menanggulangi dampak kenaikan harga BBM pada kondisi masyarakat kecil di Indonesia ?

C.     Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat penulisan adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kondisi masyarakat kecil di Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM Bersubsidi.
2.      Untuk mengetahui bagaimana menanggulangi dampak kenaikan harga BBM pada kondisi masyarakat kecil di Indonesia.

 
BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Definisi BBM (Bahan Bakar Minyak)
Kata BBM sebenanrya tidak asing lagi bagi kita. Menyebutkan BBM setiap orang pasti mengaitkannya dengan mesin karena tanpa BBM mesin tidak akan berfungsi, sehingga timbul anggapan bahwa yang berhubungan dengan BBM selalu ada kaitannya dengan mesin.
BBM adalah energi yang terbentuk dari fosil dalam perut bumi yang dapat diperbaharui :
Komoditas BBM :
1)      Avgas
2)      Avlur
3)      Bensin
·         Premium
·         Pertamax
·         Pertamax Plus
4)      Minyak tanah
5)      Minyak solar
6)      Minyak diesel
7)      Minyak bakar
8)      Biodiesel
9)      Pertamina Dex
Dari sekian banyak BBM, bensin dan minyak solar merupakan BBM yang paling vital fungsinya. Di zaman modern ini, mobilitas manusia sangat tinggi, sehingga vitalnya bensin bagi perekonomian suatu negara sama vitalnya dengan darah bagi tubuh manusia. Karena tanpa bensin dan minyak solar dunia yang kita tempati ini seperti akan berhenti berdenyut.[3]



[3] Sumber : Kompas, 23 Juli 2007

B.     Definisi Subsidi BBM
Istilah subsidi mungkin juga sudah tidak asing lagi bagi kita. Bahwasanya subsidi menurut bahasa berarti tunjangan. Sedangkan subsidi BBM adalah bayaran yang harus dilakukan oleh pemerintah pada Pertamina dalam simulasi dimana pendapatan yang diperoleh Pertamina dari tugas menyediakan BBM di tanah air adalah lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.[5]
Definisi di atas menunjukkan bahwa subsidi dilakukan untuk membantu warga negara yang kurang mampu, namun kenyataannya disalahgunakan oleh kalangan kelas menengah keatas. Hal ini menyebabkan subsidi BBM salah sasaran dalam penyaluran, karena subsidi yang tujuannya diberikan oleh kelompok yang kurang mampu tapi ternyata lebih banyak dinikmati oleh golongan masyarakat kelas atas.
Subsidi BBM adalah salah satu contoh suatu kebijakan ekonomi yang tidak adil. Menurut data dari sebuah survei misalnya, pemilik mobil pribadi rata-rata menikmati subsidi dari BBM sebesar 1,2 juta perbulan, sangat tidak sebanding dengan apa yang diterima oleh masyarakat yang kurang mampu terutama yang tidak mempunyai kendaraan bermotor.[6]
Subsidi memang sangat membantu masyarakat kurang mampu untuk menjangkau harga BBM. Tapi kalau dibiarkan terus menerus, subsidi yang diberikan oleh pemerintah akan menggerogoti keuangan negara dalam APBN. Karena ternyata subdisi tersebut salah sasaran. Masyarakat kelas atas yang sebenarnya mampu membeli BBM yang secara normal ternyata malah disubsidi. Sedangkan kendaraan-kendaraan roda dua milik masyarakat kurang mampu biasanya membeli BBM yang dijual di kios-kios eceran yang harganya pasti lebih mahal dari SPBU. Harga BBM yang bersubsidi di kios-kios.

                              



[5] http://www.pu.go.id/publik/pengumuman/ subsidi-pkps-bbm-050907.htm
[6] http://arsipnalarekonomi.blogspot.com/2008/06



C.     Kebijakan Subsidi BBM
Di zaman modern, mesin sangat penting untuk menunjang mobilitas manusia yang semakin tinggi. Hal ini menyebabkan BBM sangat vital bagi perekonomian suatu negara. Karena tanpa BBM dunia seakan berhenti berdenyut.
Setelah sekian lama masyarakat difasilitasi oleh pemerintah dengan subsidi BBM, akhirnya di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diberlakukan gebrakan yang sangat sensasional, yaitu dengan melaksanakan kebijakan menaikan harga BBM.
Kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra di dalam masyarakat. Hal ini sangat wajar, karena setiap kebijakan pasti ada pihak yang mendukung dan pihak yang menolak.
Kebijakan ini dikeluarkan karena harga minyak dunia yang melonjak naik dan melihat fakta yang terjadi dalam masyarakat. Penyaluran BBM kurang merata. Subsidi yang asalnya diperuntukkan bagi warga masyarakat yang kurang mampu (menengah ke bawah), tapi pada kenyataannya malah sebagian besar dari BBM bersubsidi dikonsumsi oleh kalangan yang tidak berhak, yakni kalangan atas.

D.    Tujuan Kebijakan Pemerintah Pada Subsidi BBM
Kebijakan di atas menimbulkan gejolak di dalam masyarakat. Ada yang pro dengan kebijakan ini dan tidak sedikit yang kontra dengan keputusan ini. Hal ini karena pengaruh-pengaruh yang timbul dari kebijakan ini. Bagi pihak yang menganggap baik maka mereka akan setuju dengan kebijakan ini. Begitu juga sebaliknya.
Beberapa tujuan pemerintah dari kebijakan ini antara lain :
1.      Mengurangi beban APBN
Dengan dilakukannya kebijakan pengurangan subsidi BBM ini beban yang ditanggung dalam APBN menjadi berkurang. Berkaca dari tahun 2008 setidaknya APBN seharusnya menanggung beban subsidi BBM tidak kurang dari Rp. 150 triliun karena kebutuhan BBM dalam negeri mencapai 1,3 juta barrel perhari sedangkan produksi saat ini hanya 0,95 juta barrel perhari. Jadi pasokan BBM kita kurang 0,35 juta barrel perhari.
2.      Dana subsidi dari APBN bisa dialihkan ke bidang lain
Menurut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dalam harian bangsa, “Penghematan subsidi BBM dan listrik nanti dialihkan untuk kebijakan kebutuhan bahan-bahan pokok dan kompensasi langsung pada masyarakat kurang mampu.”
Sehingga dana dari subsidi BBM ini bisa dimanfaatkan untuk sektor lain yakni stabilitasi harga kebutuhan pokok dan kompensasi pada masyarakat. Adapun program kompensasi subsidi di BBM 2008 :
1)      Bantuan Langsung Tunai (BLT) Rp. 14,1 triliun (Juni – Desember)
2)      Ketahanan pangan dan raskin Rp. 4,2 triliun (Juni – Desember)
3)      Tambahan subsidi KUR Rp. 1,0 triliun (Juni – Desember)
4)      Dukungan biaya pendidikan anak bagi PNS Gol I/II terutama TNI/Polri
5)      Menghindari penyaluran subsidi yang ternyata salah sasaran
Sudah bukan rahasia lagi kalau subsidi yang mulanya bertujuan untuk meringankan beban masyarakat yang kurang mampu, tapi ternyata pihak-pihak yang tidak berhak malah menerima jatah subsidi ini lebih besar dari pada masyarakat kecil. Karena subsidi BBM ternyata banyak dinikmati oleh :
1)      Orang dari kelompok pendapatan menengah dan atas diukur dari pengeluaran mereka untuk BBM
Distribusi BBM menurut kelompok pengeluaran (orang/bulan)



2)      Industri dan transportasi dibanding pengguna rumah tangga
Persentase pengeluaran BBM dari total pengeluaran menurut sektor

3)      Subsidi lebih dinikmati oleh kelompok pendapatan menengah ke atas baik menurut kelompok pengeluaran maupun pengeluaran untuk BBM menurut sektor.
4)      Subsidi BBM ternyata mendorong terjadinya pemborosan dalam penggunaan BBM di dalam negeri dan penyelundupan BBM keluar negeri.[7]. Kenaikan BBM
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam semua aktifitas ekonomi. Dampak langsung perubahan harga minyak ini adalah perubahan-perubahan biaya operasional yang mengakibatkan tingkat keuntungan kegiatan investasi langsung terkoreksi. Secara sederhana tujuan investasi adalah untuk maksimisasi kemakmuran melalui maksimisasi keuntungan, dan investor selalu berusaha mananamkan dana pada investasi portofolio yang efisien dan relatif aman.
Kenaikan harga BBM bukan saja memperbesar beban masyarakat kecil pada umumnya tetapi juga bagi dunia usaha pada khususnya. Hal ini dikarenakan terjadi kenaikan pada pos-pos biaya produksi sehingga meningkatkan biaya secara keseluruhan dan mengakibatkan kenaikan harga pokok produksi yang akhirnya akan menaikkan harga jual produk. Multiple efek dari kenaikan BBM ini antara lain meningkatkan biaya overhead pabrik karena naiknya biaya bahan baku, ongkos angkut ditambah pula tuntutan dari karyawan untuk menaikkan upah yang pada akhirnya keuntungan perusahaan menjadi semakin kecil. Di lain pihak dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak tersebut akan memperberat beban hidup masyarakat yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan. Turunnya daya beli masyarakat mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi banyak perusahaan sehingga secara keseluruhan akan menurunkan penjualan yang pada akhirnya juga akan menurunkan laba perusahaan.

E.     Dampak Kenaikan BBM Bersubsidi Terhadap Masyarakat Kecil
Walaupun dampak kenaikan harga BBM tersebut sulit dihitung dalam gerakan kenaikan inflasi, tetapi dapat dirasakan dampak psikologisnya yang relatif kuat. Dampak ini dapat menimbulkan suatu ekspektasi inflasi dari masyarakat yang dapat mempengaruhi kenaikan harga berbagai jenis barang/jasa. Ekspektasi inflasi ini muncul karena pelaku pasar terutama pedagang eceran ikut terpengaruh dengan kenaikan harga BBM dengan cara menaikkan harga barang-barang dagangannya. Dan biasanya kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok masyarakat terjadi ketika isu kenaikan harga BBM mulai terdengar.
Perilaku kenaikan harga barang-barang kebutuhan masyarakat setelah terjadi kenaikan harga beberapa jenis BBM seperti premium (bensin pompa), solar, dan minyak tanah dari waktu ke waktu relatif sama. Misalnya, dengan naiknya premium sebagai bahan bakar transportasi akan menyebabkan naiknya tarif angkutan. Dengan kenaikan tarif angkutan tersebut maka akan mendorong kenaikan harga barang-barang yang banyak menggunakan jasa transportasi tersebut dalam distribusi barangnya ke pasar. Demikian pula dengan harga solar yang mengalami kenaikan juga akan menyebabkan kenaikan harga barang/jasa yang dalam proses produksinya menggunakan solar sebagai sumber energinya.
Begitu seterusnya, efek menjalar (contagion effect) kenaikan harga BBM terus mendongkrak biaya produksi dan operasional seluruh jenis barang yang menggunakan BBM sebagai salah satu input produksinya yang pada akhirnya beban produksi tersebut dialihkan ke harga produk yang dihasilkannya. Kenaikan harga beberapa jenis BBM ini akan menyebabkan kenaikan harga di berbagai level harga, seperti harga barang di tingkat produsen, distributor/pedagang besar sampai pada akhirnya di tingkat pedagang eceran. Gerakan kenaikan harga dari satu level harga ke level harga berikutnya dalam suatu saluran perdagangan (distribution channel) adakalanya memerlukan waktu (time lag). Tetapi, yang jelas muara dari akibat kenaikan harga BBM ini adalah konsumen akhir yang notabene adalah berasal dari kebanyakan masyarakat ekonomi lemah yang membutuhkan barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari dengan membeli barang-barang kebutuhannya sebagian besar dari pedagang eceran, biasanya kenaikan harga di tingkat eceran (retail price) ini lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga di tingkat harga produsen (producer price) maupun di tingkat pedagang besar (wholesale price).
Dampak ini hanya sebagian kecil saja yang terjangkau dari pandangan kita. Justru dampak tak langsung yang merupakan hasil multiplier effect dapat menyeret ke tingkat inflasi yang tinggi. Sumbangan inflasi dari BBM akan bertambah besar jika komponen BBM lainnya yang tidak ditetapkan pemerintah bergerak sesuai selera pasar. Tekanan inflasi akan semakin besar apabila pemerintah menaikkan tarif dasar listrik rata-rata.













[7]  http://www.pu.go.id/publik/pengumuman/subsidi-pkps-bbm-050907.htm



BAB III
PEMBAHASAN

A.    Penyajian Data
Sepertinya rakyat harus menarik napas dalam-dalam menahan impitan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok yang tinggi setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan BBM ini telah menggenjot tingkat inflasi dan menjadi pemicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lainnya. Contoh, penjual sayur-sayuran, menaikkan harga sayur-sayurannya lantaran ongkos transpornya dan harga sayur-sayuran dari petani sayur sudah naik. Begitu juga, penyedia jasa angkutan, secara serentak menaikkan ongkos transpor lantaran BBM yang digunakan sehari-harinya naik, bahkan kenaikannya melebihi dari kenaikan BBM itu sendiri.
Penjual pakaian di pasar-pasar juga ikut menaikkan harga dagangannya dengan alasan harga pakaian dari industri pakaiannya sudah naik. Tak kalah serunya industri pakaian ini juga secara otomatis menaikkan harga produknya karena biaya produksi naik lantaran ada sebagian kegiatan produksinya menggunakan BBM dalam jumlah besar. Belum lagi nanti kalau tarif listrik naik lantaran PLN dalam memproduksi listriknya juga menggunakan sebagian BBM.
Seluruh fenomena ini merupakan salah satu contoh akibat “air bah” pemicu inflasi yang merupakan multiplier effect dari kenaikan BBM, karena BBM merupakan salah satu komponen strategis dalam menggerakkan roda ekonomi seluruh aktivitas perekonomian di negara ini.
Pada awalnya pengurangan subsidi BBM ini dimaksudkan untuk menciptakan keadilan dalam pemberian subsidi untuk seluruh lapisan masyarakat karena selama ini pemberian subsidi BBM hanya menguntungkan masyarakat lapisan ekonomi kuat. Tetapi, pada akhirnya akibat kebijakan pengurangan subsidi BBM tersebut, yang menanggung kenaikan harga BBM adalah masyarakat lapisan bawah. Program kompensasi yang dijanjikan pemerintah untuk membantu masyarakat ekonomi lemah akibat kenaikan BBM yang dimulai sejak bulan April 2000 tidak mengenai sasaran pada masyarakat yang membutuhkan. Bahkan


 
program ini telah dilansir media massa hanya merupakan proyek bagi-bagi uang yang tidak sampai ke sasarannya. Kurangnya perencanaan dan pengawasan penyaluran dana kompensasi merupakan salah satu penyebab tidak berhasilnya program tersebut.
Kenaikan BBM cukup memberatkan masyarakat lapisan bawah karena dapat menimbulkan multiplier effect, mendorong kenaikan harga jenis barang lainnya yang dalam proses produksi maupun distribusinya menggunakan BBM.
Contoh dampak kenaikan harga BBM pada bulan April 1998 tersebut terhadap inflasi masih terasa sampai bulan Juli 1998 dengan rata-rata inflasi setiap bulannya sebesar 6,77 persen.
Inflasi bulan Mei 1998 mencapai 5,24 persen dan pada bulan tersebut seluruh kelompok pengeluaran konsumsi mengalami kenaikan indeks. Kelompok pengeluaran bahan makanan mengalami kenaikan indeks sebesar 3,90 persen; kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 4,00 persen; kelompok pengeluaran perumahan 4,14 persen; kelompok pengeluaran sandang 4,53 persen; kelompok pengeluaran kesehatan 2,40 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 1,41 persen; dan kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi 17,25 persen.
Tekanan inflasi masih dirasakan di bulan Juni 1998, mencapai angka 4,64 persen, dan pada bulan tersebut seluruh kelompok pengeluaran konsumsi juga mengalami kenaikan indeks. Hal ini masih terjadi pula pada tingkat inflasi bulan Juli, yaitu sebesar 8,56 persen.
Angka inflasi sebesar 8,56 persen merupakan angka inflasi yang sangat tinggi karena angka inflasi satu persen saja sudah merupakan cerminan dari gelombang “air bah” dari kenaikan beberapa jenis barang yang hampir terjadi di seluruh kota yang dihitung angka inflasinya.
Berdasarkan pola kenaikan jenis barang selama ini, angka inflasi satu persen saja biasanya berasal dari kenaikan harga lebih dari 15 jenis barang yang terjadi serentak di hampir seluruh kota sampel penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Jenis barang yang sering mengalami fluktuasi harga biasanya berasal dari kelompok bahan makanan seperti beras, daging ayam ras, ikan segar, telur, tomat sayur, minyak goreng, dan cabai rawit. Ditambah juga dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau seperti rokok, mi kering instan, nasi lauk, ayam goreng, kue kering, dan berbagai jenis minuman. Semua itu biasanya ikut mewarnai angka inflasi sebesar satu persen di samping kelompok jenis barang lainnya.

B.     Pemecahan Masalah
1.    Dari sisi pelanggan
Daya beli masyarakat akan mengalami penurunan namun hanya bersifat sementara, kurang lebih sekitar 2 bulan. Hal ini disebabkan pelanggan Indonesia tidak tahan untuk tidak membeli. Pergeseran pelanggan ini mengakibatkan pelanggan kelas menengah mencari produk lebih murah dengan kualitar yang bagus, pelanggan kelas bawah mencari yang paling murah dan pelanggan kelas atas tidak akan terpengaruh.
Pelanggan yang sensitif harga biasanya mencari harga diskon untuk mengatasi penurunan daya beli mereka. Pada kondisi ini biasanya bermunculan berbagai promo diskon harga yang merupakan salah satu siasat produsen untuk memanfaatkan situasi pelanggan tersebut.
Sebagai pedagang eceran, kesempatan untuk mendapatkan produk baru dengan harga terjangkau masih sangat besar. Pedagang tidak usah khawatir kehilangan pelanggan, karena dapat dipastikan semua pedagang akan menaikan harga. Artinya, potensi pelanggan pindah toko juga kecil.
Masalah yang paling besar dirasakan oleh pelanggan yang benar-benar tidak mampu membeli. Namun biasanya masih tetap ada peluang untuk membeli dengan terpaksa, yaitu pada event-event tertentu seperti Hari Raya. Untuk itu, penjual harus menyediakan barang-barang lama atau yang tidak laku dengan harga super murah.


2.      Dari sisi produsen
Bila dilihat dari sisi produsen, produsen juga tidak mungkin langsung menutup produksi atau langsung menaikan harga. Dalam hal ini produsen juga akan takut untuk menaikan harga karena khawatir hasil produksinya tidak terserap pasar.
Produsen dituntut untuk lebih kreatif dengan mencoba memberikan nilai tambah produk dari berbagai aspek yang tidak menjadikan harga naik. Misalnya pada aspek desain, model dan aplikasi yang menarik pada produk. Produsen juga harus menyadari bahwa sebisa mungkin mereka harus menyajikan produk yang terjangkau.
Produsen akan berhati-hati dalam mengkomunikasikan harga ke pengecer. Produsen juga harus membangun pengertian bahwa produsen dan pengecer harus bisa saling memahami dampak kenaikan harga.  

3.      Dari sisi makro
Kenaikan harga BBM berdampak pada kenaikan harga yang terjadi disemua komoditas. Namun semua sektor akan menuju pada keseimbangan baru, karena pada dasarnya ekonomi tidak akan berhenti dan inflasi sudah pasti akan terjadi. Hanya membutuhkan waktu beberapa bulan saja untuk terbiasa dengan kenaikan harga yang terjadi.
Ada sedikit penggembira. Apabila harga naik pada bulan Juni, maka pedagang bisa sedikit tidak perlu khawatir karena pada bulan Juni-Desember adalah bulan belanja pemerintah. Artinya, ekonomi sudah pasti berjalan. Perlu diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat tergantung dari belanja pemerintah.
Solusi bagi para pedagang adalah wajib bertahan sampai event-event Hari Raya, karena pada saat ini tidak ada lagi pengaruh kenaikan harga BBM.



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan          
BBM merupakan faktor bahan baku yang utama bagi sektor industri BBM merupakan faktor bahan baku yang utama bagi sektor industri dan rumah tangga. Oleh karrna itu, kenaikan harga BBM selalu disertai dengan kenaikan harga-harga kebutuhan lain, karena. Sehingga dampak kenaikan harga BBM pasti akan sangat dirasakan oleh masyarakat luas, khususnya masyarakat kecil.
Untuk mengatasi masalah yang timbul dari kenaikan harga BBM, bagi para produsen adalah dengan cara meningkatkan kreativitas dalam bidang produksi, mencoba memberikan nilai tambah produk dari aspek yang tidak menjadikan harga naik, seperti aspek desain, model dan aplikasi yang menarik. Hal ini perlu dilakukan agar harga produk tidak ikut naik terlalu tinggi.

B.     Saran
Diharapkan agar pemerintah pada saat-saat selanjutnya dapat menjadikan kenaikan harga BBM sebagai alternatif terakhir untuk menghemat anggaran belanja negara. Karena dampak yang ditimbulkannya akan sangat luas.



DAFTAR PUSTAKA                             

Mulyono, Rubrik Pembaca Menulis, Kompas Cybermedia, 20 April 2001.
Majalah Trend Data. Edisi Mei 2002.
Arya Yoga, Dampak Kenaikan Harga BBM. 2008. http://reincarbonated.multiply.com
Jawa Pos Online, 30 Januari 2002. Mensiasati Dampak Kenaikan BBM Bagi Pengusaha Kecil.
M. Lutfi Firdaus, “Bensin, Cairan Penggerak Ekonomi Kategori Kimia Karbon”, dalam Kompas, 23 Juli 2009.
http://www.pu.go.id/publik/pengumuman/ subsidi-pkps-bbm-050907.htm
http://arsipnalarekonomi.blogspot.com/2008/06
http://www.google.co.id/2009/23/6 “Dampak Kebijakan BBM

1 komentar: