Jumat, 02 Mei 2014

MELATIH KEBERANIAN MENGAJAR, PENGUASAAN MATERI, DAN SIKAP DAN PERILAKU GURU DALAM MENGAJAR

BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang Masalah
Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal (Mulyasa, 2005).
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang mampu mengisi lapangan kerja dan siap berwirausaha.
Dunia pendidikan seharusnya penuh dengan kasih sayang, tempat untuk belajar tentang moral, budi pekerti. Dunia yang seharusnya mencerminkan sikap-sikap intelektual, budi pekerti, dan menjunjung tinggi nilai moral, justru telah dicoreng oleh segelintir oknum pendidik (guru) yang tidak bertanggung jawab. Realitas ini mengandung pesan bahwa dunia guru harus segera melakukan evaluasi ke dalam. Sepertinya, sudah waktunya untuk melakukan pelurusan kembali atas pemahaman dalam memposisikan profesi guru.
Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya sama-sama membawa kepentingan dan saling membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan, membosankan, dan jauh dari suasana yang membahagiakan.

1.2         Rumusan Masalah
1.      Bagaimana melatih keberanian dalam mengajar?
2.      Bagaimana seorang guru dapat menguasai materi dalam mengajar?
3.      Bagaimana sikap dan perilaku seorang guru dalam mengajar?
1.3         Tujuan Penulisan Makalah
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.      Cara melatih keberanian dalam mengajar.
2.      Cara seorang guru dapat menguasai materi dalam mengajar.
3.      sikap dan perilaku seorang guru dalam mengajar.
Secara khusus tujuan penulisan makalah ini untuk menyelesaikan tugas kelompok dan untuk mendapatkan nilai yang diberikan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar.
1.4         Metode Penulisan Makalah
Dalam mengumpulkan data, kami menggunakan metode data secara sekunder, yaitu pengambilan data secara tidak langsung melalui informasi yang sudah ada. Dan penulis menggunakan metode kepustakaan, dan dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan makalah ini.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Melatih Keberanian Mengajar
Definisi klasik menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah pengetahuan karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa dianggap tidak mengerti apa – apa. Pengertian ini sejalan dengan pandangan Jerome S. Brunner yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh siswa. Sementara definisi modern menolak Pandangan klasik seperti diatas, oleh sebab itu pandangan tersebut kini mulai ditinggalkan. Orang mulai beralih ke pandangan bahwa mengajar tidaklah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan berusaha membuat suatu situasi lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Para ahli pendidikan yang sejalan dengan pendapat Nasution, yang merumuskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadilah proses belajar mengajar.
Menurut Tyson dan Caroll menyatakan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang sama – sama aktif melakukan kegiatan. Sedangkan Tordif berpendapat bahwa mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang (guru) dengan tujuan membantu dan memudahkan orang lain (siswa) untuk melakukan kegiatan belajar.
Adapun konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana menyelidiki.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa aktivitas yang sangat menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun, bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi diubah, kalau guru dianggap sebagai sumber pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan pendorong agar siswa belajar secara aktif dan kreatif.
Namun tidak semua calon pendidik mempunyai keberanian untuk mengajar. Banyak penyebab yang membuat pendidik takut untuk mengajar. Padahal yang sering terjadi, biasanya ketakutan-ketakuan itu muncul hanya ada dalam pikiran seseorang, dan belum tentu akan terjadi pada saat mengajar. Agar tumbuh keberanian pendidik dalam mengajar, salah satu yang bisa dilakukan adalah mencari terlebih dahulu apa penyebab ketakutan yang menghalangi keberaniannya untuk mengajar. Ketakutan-ketakutan tersebut biasanya ada dalam pikiran dan perasaannya dan menjadi beban pada saat mengajar. Beban mental inilah yang terkadang menjadikan proses belajar mengajar yang dilakukannya kurang efektif.
Beberapa faktor di bawah ini merupakan faktor yang dominan menjadi ketakutan untuk menjadi pengajar. Ketakutan yang pertama ialah:
a)   Merasa Tidak Mampu
Pendidik yang tidak mau menjadi guru ataupun pengajar biasanya merasa dirinya tidak mampu untuk mengajar. Terkadang  mereka merasa bahwa mengajar adalah pekerjaan bagi orang-orang yang telah benar-benar menguasai mata pelajaran yang akan diajarkan, dan ia merasa belum menguasai sepenuhnya. Ketakutan lain adalah bahwa selalu merasa tidak mampu menjelaskan dengan baik mata pelajaran yang akan diajarkan. Pendidik  juga merasa tidak bisa melakukan proses belajar mengajar, karenanya ia merasa takut bahwa apa yang diajarkan tidak bisa diterima dengan baik oleh peserta didik atau murid-muridnya.
Padahal, yang sering terjadi adalah, biasanya ketakutan seperti itu hanya ada dalam pikiran, karena saat kita sudah mulai mengajar, ketakutan itu akan dengan sendirinya hilang. Karena itulah, seharusnya seorang guru berani untuk  mencoba.
b)   Takut Kehilangan Kata-Kata
Salah satu ketakutan terbesar seseorang saat mengajar adalah takut kehilangan kata-kata di tengah-tengah mengajar. Banyak faktor yang mungkin terjadi yang menyebabkan calon pendidik atau pendidik kehilangan kata-kata. Tetapi faktor utama adalah karena di dalam pikirannya terjadi apa yang disebut sebagai “blank”, yaitu pikiran seakan kosong. Pada saat pikiran dalam keadaan kosong, maka seorang guru tidak bisa mengucapkan kata-kata. Berbagai kalimat yang disusun rapi seakan hilang atau menyangkut di tenggorokan. Ditambah dengan kekalutan dan kepanikan, yang terjadi kemudian adalah keringat dingin yang keluar pertanda ia mengalami nervous dan gugup.
Kondisi seperti inilah yang menjadi titik kritis dalam proses belajar mengajar. Jika guru mampu keluar dari situasi kritis dengan baik, maka ia akan mampu mengembalikan keadaan seperti semula. Tetapi jika ia tidak mampu keluar dari situasi ini, kepanikan itu akan terus bertambah dan merusak proses belajar mengajar secara keseluruhan. Ada beberapa sebab yang memungkinkan guru mengalami kehilangan kata-kata. Salah satunya adalah karena ia menghapalkan materi kata demi kata secara langsung. Akibatnya, saat ia lupa akan satu kata atau kalimat, maka ia tidak bisa melanjutkan kalimat-kalimat berikutnya.
Untuk bisa mengatasinya, cobalah untuk memahami materi secara komprehensif sehingga tidak perlu menghapalkan semuanya kata per kata. Jika takut lupa, buatlah poin-poin penting berupa catatan yang bisa dilakukan di kertas kecil atau slide presentasi. Dengan menguasai gambar besar pengajaran akan memudahkan bagi guru untuk menghadapi berbagai situasi apapun, termasuk lupa akan apa yang akan diucapkan.
Kehilangan kata-kata bisa juga disebabkan karena tekanan mental yang sangat kuat bahwa guru harus tampil baik. Tekanan untuk tampil sempurna menjadikannya terbebani mental dan pikirannya yang mengakibatkan ia kehilangan kata-kata. Salah satu cara untuk mengembalikan situasi menjadi lebih baik adalah dengan membuat jeda beberapa menit. Jeda ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari memberikan lembar kerja dan kuesioner yang harus diisi oleh siswa, memberikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis, memutar lagu atau video, membuat permainan kelompok, dan berbagai aktifitas lain yang intinya melibatkan siswa.
Di satu sisi peserta mendapatkan variasi metodologi sementara di sisi lain berbagai kegiatan yang dilakukan tersebut memberikan waktu bagi guru untuk berpikir sejenak, melihat-lihat materi yang ada, dan mengembalikan kembali energi dan kepercayaan diri yang sempat hilang sebelumnya.
c)    Takut Melakukan Kesalahan
Biasanya guru menginginkan proses belajar mengajar yang baik, sempurna, dan semua rencana bisa berjalan dengan lancar. Guru juga menginginkan agar siswa bisa memahami apa yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran bisa tercapai. Namun yang harus disadari, bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk berbuat kesalahan pada saat presentasi. Bukan saja karena ia secara pribadi adalah manusia biasa, tetapi juga karena ia berhubungan dengan banyak orang, di mana terdapat berbagai hal yang ada di luar kontrolnya. Siswa misalnya, adalah orang lain yang ada di luar dirinya.
Dengan menyadari secara benar bahwa terdapat banyak faktor luar pada saat ia mengajar, maka potensi kesalahan selalu mungkin terjadi. Kesadaran ini akan memberikan pemahaman bahwa jika terjadi kesalahan adalah hal manusiawi. Paradigma ini menjadi penting agar kita tidak kehilangan kepercayaan diri dan panik pada saat terjadi kesalahan. Bahkan, kesalahan adalah cara terbaik pengajar untuk terus belajar. Dengan mengetahui berbagai kesalahan yang dilakukannya, ia akan segera bisa memperbaikinya di masa mendatang. Ketakutan melakukan kesalahan hanya akan menghalanginya untuk bisa memperbaiki keterampilan mengajarnya menjadi lebih baik. Semakin banyak melakukan kesalahan, jika ia mampu belajar dari kesalahan tersebut, lambat laun akan semakin baik cara mengajar yang dilakukannya.
Kesalahan pada saat mengajar jangan dianggap sebagai bencana yang akan menghancurkan seluruh sendi kehidupan kita. Justru karena kesalahan itulah proses belajar mengajar yang kita lakukan semakin membaik dari hari ke hari. Yang harus dilakukan pada saat melakukan kesalahan adalah tetap tenang dan berusaha untuk selalu menguasai keadaan. Kesalahan-kesalahan kecil, misalnya spidol terjatuh pada saat menulis, atau menumpahkan air di atas meja, atau salah dalam menjawab, dan berbagai kesalahan lain tidak perlu dihadapi dengan kepanikan. Berusahalah untuk tetap tenang, perbaiki kesalahan yang ada, dan teruskanlah mengajar seakan kesalahan itu tidak pernah terjadi.
Namun demikian, tentu saja tidak semua kesalahan bisa ditolerir. Kesalahan fatal, salah materi misalnya adalah kesalahan besar yang tidak boleh dilakukan pengajar profesional. Karena itulah, jika kesalahan-kesalahan dan kekurangan yang terjadi bisa diperbaiki dari waktu ke waktu, maka kesalahan tersebut akan semakin bisa diminimalisir. Keterampilan seseorang tidak bisa didapatkan sekaligus dalam satu waktu. Jika kita menginginkan tidak lagi melakukan kesalahan dalam waktu instan, hal itu sulit dilakukan.
Cara guru belajar dari kesalahan, bagaimana meminimalisir kesalahan akan terjadi secara bertahap sedikit demi sedikit. Kunci dari semua itu adalah jam terbang sehingga pada saat mengajar selanjutnya kesalahan dan kekurangan yang terjadi bisa diperbaiki. Lakukan persiapan yang matang agar kesalahan bisa diminimalisir. Sebelum proses belajar mengajar berjalan, lakukanlah cek dan ricek terhadap seluruh peralatan dan persiapan mengajar yang ada, apakah semua berjalan dengan baik atau belum. Jika semuanya sudah dilakukan, kita tinggal menyerahkan semua pada Tuhan agar memberikan kemudahan. Itu akan membuat kita menjadi lebih yakin dan tenang.
d)   Takut Siswa Tidak Paham
Ketakutan selanjutnya dalam mengajar adalah takut bahwa apa yang guru sampaikan tidak dipahami oleh siswa. Jika apa yang kita sampaikan tidak dipahami, tentu hal itu akan merisaukan. Namun, ketakutan semacam ini biasanya terjadi lebih karena kekhawatiran melihat situasi dan kondisi yang berkembang selama proses belajar mengajar.
Untuk bisa mengatasi ketakutan semacam ini, persiapan materi menjadi penting. Perkaya materi yang ada dengan berbagai hal yang kontekstual sehingga membuat siswa mau memperhatikan. Keengganan memperhatikan inilah yang menjadi awal dari rasa kegugupan kita seakan-akan mereka tidak memahami apa yang kita bicarakan.
Persoalan gaya bahasa dan cara mengajar juga menjadi faktor lain mengapa siswa tidak paham. Gaya bahasa untuk anak Sekolah Dasar tentu berbeda dengan Sekolah Menengah Pertama dan juga Sekolah Menengah Atas. Perlu dibedakan gaya bahasa yang kita pakai sehingga memudahkan siswa dalam menangkap apa yang kita jelaskan. Jika terlihat bahwa siswa diam dan tidak menunjukkan reaksi, tidak perlu berkecil hati dulu. Mungkin mereka memang secara karakter pribadi lebih banyak pendiam. Cobalah untuk memancing pertanyaan kepada mereka, ataupun menawarkan diri jika ada yang ingin bertanya. Dengan membuka ruang interaksi dengan siswa atau audien, diharapkan mulai ada respon yang muncul di antara mereka.
e)    Takut Tidak Bisa Menjawab
Satu sesi yang biasanya ingin dihindari oleh pengajar, terutama pengajar yang baru memulai adalah sesi tanya jawab. Tanya jawab dianggap sebagai salah satu hal yang menakutkan. Pertama, sebut saja takut pertanyaan yang diajukan terlalu tinggi sehingga sulit untuk dijawab. Ketakutan lain adalah adanya pertanyaan-pertanyaan lain yang memang secara sengaja ditujukan untuk menguji pengajar. Hal lain yang ditakutkan apakah jawabannya memuaskan bagi si penanya, apakah terasa dangkal, atau bisa dipahami secara baik atau tidak.
Berbagai pertanyaan dan ketakutan di atas memang wajar mengemuka , dan menjawab pertanyaan secara baik adalah seni tersendiri yang harus selalu dipelajari dan dikembangkan. Mempersiapkan sebanyak mungkin jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul akan membuat pengajar lebih siap pada sesi tanya jawab.
f)    Takut Peralatan Tidak Berfungsi
Pada proses belajar mengajar modern sekarang ini, alat bantu presentasi dan pengajaran dengan berbagai fiturnya yang menarik sudah menjadi bagian tidak terpisahkan. Sudah banyak pengajar menggunakan berbagai peralatan mengajar, terutama komputer ataupun laptop dan proyektor. Walaupun biasanya sudah dipersiapkan dengan baik, terkadang yang terjadi, tidak semua peralatan bisa berjalan dengan baik. Terkadang laptop yang sudah ada filenya ternyata tidak cocok dengan proyektor yang tersedia. Ataupun terkadang microphone bermasalah, karena mendengung ataupun mati.
Cara paling mudah untuk menghilangkan ketakutan ini adalah dengan memeriksa semua peralatan yang ada apakah berfungsi semua atau tidak. Nyalakan laptop dan mulailah mengecek apakah sesuai dengan projector yang tersedia atau tidak. Jika sudah sesuai, maka tidak lagi menjadi soal. Akan tetapi jika tidak sesuai, tentu harus dicari penyebabnya, apakah ada setting yang harus disesuaikan atau ada masalah lain. Selesaikan masalah dengan segera sebelum proses belajar mengajar dimulai.
Jangan lupa untuk menyiapkan rencana cadangan, karena terkadang kemungkinan tidak berfungsinya peralatan itu sering terjadi. Rencana cadangan itu misalnya dengan menyiapkan materi presentasi di dalam CD ataupun Fash Disk, sehigga pada saat laptop tidak bisa dibuka atau tidak cocok dengan proyektor, bisa digunakan laptop lain.
Perlu juga diperhatikan letak kabel-kabel yang tersambung ke beberapa peralatan tersebut. Usahakan untuk tidak menghalangi jalan, dan letakkanlah di tempat yang tidak banyak dilalui orang, di pojokan misalnya. Kabel-kabel yang ada dirapihkan, agar tidak berserakan. Semua itu dilakukan agar di tengah-tengah proses belajar mengajar tidak ada kabel yang tertendang sehingga menyebabkan listrik mati, yang mengakibatkan matinya berbagai peralatan tersebut.
g)   Takut Mengajar Tidak Menarik
Setiap pengajar biasanya dibebani dengan satu tekad untuk menjadikan proses belajar mengajarnya menarik di hadapan siswa. Tekad itu begitu kuat karena ia ingin membuat kesan yang baik. Karena itulah biasanya ia mempersiapkan segala sesuatunya secara matang. Materi pengajaran dipersiapkan secara baik dan mendalam, desain slide presentasi dibuat dengan menarik, penampilan juga diperhatikan. Pada intinya, ia mengelola semua faktor dengan baik agar pengajarannya berkesan. Tuntutan untuk melakukan proses pengajaran yang baik terkadang tidak hanya datang dari dirinya, tetapi juga biasanya datang dari atasan atau supervisor yang membawahinya. Mereka biasanya menuntut agar kita bisa menyampaikan sesuatu secara baik sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih efektif.
Dengan tuntutan yang begitu besar, terkadang bukan malah membangkitkan motivasi guru untuk melakukannya lebih baik. Dalam beberapa kasus, tuntutan besar ini menjadi beban mental yang berat. Ia terbebani untuk bisa tampil sempurna di hadapan siswa. Beban berat itu akhirnya bisa menjadi bumerang, karena pengajar akhirnya tampil tidak lepas, kaku, dan demam panggung. Karena itu, sangat penting bagi pengajar untuk merasa rileks dan lepas dalam mengajar. Kepercayaan diri yang kuat akan menjadi kunci bagaimana membuat mengajar yang kita lakukan menarik. Kepercayaan diri yang tinggi membuat apa yang kita sampaikan menjadi lebih meyakinkan.
Harus diakui, mengajar memang bukan perkara mudah. Dibutuhkan keberanian dan kepercayaan diri yang kuat agar bisa menyakinkan peserta didik bahwa apa yang disampaikannya berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Namun demikian, setiap orang pada dasarnya mampu mengajar. Persoalannya sangat tergantung dari kemauan seseorang apakah ingin mengembangkan diri dalam mengajar yang baik atau tidak. Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan guru atau calon guru agar dapat memupuk dan melatih keberanian dalam mengajar antara lain:
a)        Berlatihlah secara Teratur
Sebagai sebuah keterampilan, mengajar memang tidak bisa begitu saja, dibutuhkan latihan yang terus menerus agar keberanian yang dimiliki bisa terus dikembangkan. Dengan keberanian yang terus berkembang, akan menumbuhkan kepercayaan diri pada seseorang bahwa ia bisa mengajar dengan baik. Dan kunci utama membangun kepercayaan diri yang baik tentu saja adalah dengan meningkatkan keterampilan mengajar secara terus menerus.
b)       Menggunakan Media Pembelajaran
Guru yang berniat melakukan mengajar secara efektif akan terus belajar, walaupun secara umum ia telah menguasai keterampilan komunikasi dan presentasi dengan baik. Karena perkembangan teknologi dan keilmuan yang selalu berubah memungkinkan proses belajar mengajar dilakukan dengan mengikuti perkembangan zaman.
Ambil contoh pada perkembangan komunikasi saat ini sudah menggunakan audio video dan multimedia. Pada zaman dahulu, jika guru  sedang mengajar, tidak ada fasilitas secanggih sekarang. Untuk bisa menggunakan sound system yang canggih, tidak semua ruang bisa menyediakan.
Tetapi sekarang ini di pasaran sudah terdapat banyak sekali peralatan audio system portable dengan kualitas yang baik dan tidak kalah canggih dengan audio system yang dipasang permanen pada suatu ruangan. Hal itu menjadikan seorang pengajar menjadi lebih percaya diri karena faktor audio system, di manapun ia melakukan presentasi pengajaran bisa terselesaikan. Jika ada audio permanen di sana, ia tinggal memakainya, tetapi jika tidak puas dengan apa yang ada, ia bisa membawa sendiri audio portable yang bisa dibawa ke mana-mana.
Perkembangan teknologi informasi juga memungkinkan variasi multimedia menjadi beragam. Seorang guru bisa menampilkan gambar, huruf, suara, animasi, dan bahkan juga film dalam presentasinya. Didukung efek suara yang canggih, akan menambah daya dukung untuk membangun emosi dan keterlibatan siswa sesuai dengan yang diinginkan.
c)        Rileks dan Jangan Tegang
Apabila seorang guru ingin mengajar, usahakan untuk selalu rileks dan jangan tegang. Apabila seorang guru mudah rileks didepan kelas maka akan timbul percaya diri yang menyebabkan keberanian untuk mengajar didepan kelas. Sedangkan ketegangan hanya akan memicu adrenalin yang membuat otak juga menjadi tegang sehingga sulit untuk berpikir. Jika ketegangan itu terjadi, maka akan sulit bagi seseorang untuk mengembangkan kemampuannya secara maksimal. Bisa saja terjadi apa yang sudah dipersiapkan selama ini tiba-tiba hilang ataupun lupa dengan apa yang akan disampaikan.
Berusahalah untuk tersenyum, hal itu akan membuat guru menjadi rileks. Berinteraksi dengan murid-murid juga menjadi salah satu cara ampuh untuk mengurangi ketegangan. Apalagi, jika guru mampu membangun suasana menjadi menyenangkan, maka hal itu akan membuat guru menjadi nyaman dalam mengajar.
d)       Jangan Berpikir, Lakukan Saja
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh orang yang ingin mengajar adalah terlalu banyak berpikir dan menimbang-nimbang tentang apa yang akan dilakukan. Terlalu banyak pertimbangan akan menyebabkan seseorang terpaku pada bagaimana mengajar secara sempurna dan tidak membuat kesalahan.
Pemikiran semacam itu memang baik, tetapi di sisi lain akan menjadi beban mental yang malah akan mempengaruhi penampilan secara keseluruhan. Beban mental yang berat akan menjadi demam panggung yang menjadikan otak tidak bisa berpikir dengan jernih, dan rasa-rasanya semua yang dilakukan tidak ada yang benar.
Kalau sudah memasuki kelas, yang perlu dilakukan adalah jangan berpikir kalau kita akan berbuat salah. Lakukan saja apa yang harus dilakukan. Lakukan dengan penuh percaya diri bahwa itulah yang terbaik yang bisa kita berikan. Selesai mengajar, barulah kita berpikir dan melakukan review tentang apa yang sudah kita lakukan, mana yang sudah baik dan di sisi mana yang perlu ada perbaikan dalam proses belajar mengajar.
e)        Lakukan dengan gaya mengajar yang sesuai
Materi pembelajaran yang baik akan tambah menarik jika disampaikan dengan gaya mengajar yang juga menarik. Untuk bisa menemukan gaya presentasi yang pas, seseorang harus memahami secara mendalam kekuatan dan kelebihan yang dimilikinya. Pemahaman terhadap kekuatan diri sendiri ini akan menjadi faktor penentu kesuksesan seseorang karena biasanya akan menjadi atribut dan juga ciri khas seseorang yang harus terus dipupuk dan dikembangkan.
Seperti sering dikatakan orang, materi itu penting, tetapi lebih penting adalah cara membawakan materi itu sendiri. Sebagus apapun materi pengajaran jika dibawakan dengan gaya mengajar yang kurang baik tidak akan mampu menimbulkan efek yang baik dan sulit mencapai tujuan seperti apa yang diharapkan.
Gaya mengajar memang memungkinkan diterapkan berbeda antara satu kondisi dengan kondisi lain. Karena bagaimanapun murid dan mahasiswa membutuhkan pengalaman yang berbeda antara satu dengan yang lain disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dihadapi.
f)         Berinteraksilah dengan murid-murid
Tentu saja sebuah proses belajar mengajar tidak bisa berjalan dengan baik apabila tidak terjadi interaksi dengan siswa. Siswa adalah salah satu bagian orkestrasi belajar mengajar. Tanpa adanya interaktifitas, pembelajaran hanyalah omongan satu arah yang kurang menyenangkan. Interaksi menjadi bagian tidak terpisahkan dan menjadi salah satu faktor penting kesuksesan belajar mengajar. Interaksi dengan siswa bisa terjadi kalau guru mehamami profil mereka dengan baik. Pemahaman profil siswa menjadi penting agar guru mampu menyesuaikan dengan gaya bicara, bahasa, dan juga pola interaktivitas dengan siswanya.
Interaksi dengan siswa diperlukan untuk melihat pemahaman mereka terhadap materi yang diberikan sekaligus memberikan pendalaman terhadap materi tersebut. Ketika mata kita bisa menyapu mereka satu per satu, kita bisa melihat apakah mereka memahami apa yang kita ajarkan atau tidak. Dengan demikian, sepanjang proses belajar mengajar akan tercipta suasana dialog dan komunkasi dua arah yang menyenangkan.
Melakukan interaksi dengan siswa akan mencairkan suasana sekaligus memahamkan kepada mereka bahwa mereka adalah bagian penting dari proses belajar mengajar. Dengan demikian, proses penyadaran bahwa belajar adalah kebutuhan mereka akan lebih mudah dilakukan. Sebagai guru, tugasnya adalah menjadi jembatan pengetahuan dan juga memotivasi mereka agar mereka mau terus belajar dan menimba ilmu pengetahuan.
g)        Lakukan persiapan dengan baik
Persiapan adalah salah satu proses paling penting dalam langkah-langkah menuju proses belajar mengajar yang efektif. Siapkan mulai dari mental, fisik, hingga peralatan dan materi yang akan disajikan. Persiapan ini menjadi titik tolak penting bagaimana mengajar bisa dijalankan dengan sukses.
Ketika persiapan sudah dijalankan dengan baik, jangan lupa untuk berdoa dengan permohonan agar proses belajar mengajar yang dijalankan bisa berjalan dengan baik. Dengan demikian, kita akan merasa tenang bahwa apa yang kita lakukan mendapatkan keridhaan dan pertolongan-Nya.
Ketenangan hati ini akan membawa pada ketenangan mental, sikap, dan pikiran sehingga apa yang sudah dipersiapkan bisa berjalan dengan lancar. Berdoa akan memberikan kepercayaan diri yang kuat bahwa Tuhan akan memberikan pertolongan kepada kita.

2.2     Penguasaan Materi
Menurut Undang-Undang RI No.14 tahun 2005 seorang guru harus memiliki kompetensi yang berkaitan dengan tugasnya antara lain : Pertama, kompetensi pedagogic, maksudnya adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.Kedua, kompetensi kepribadian, maksudnya adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Ketiga, kompetensi profesional, maksudnya adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Keempat, kompetensi sosial, maksudnya adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar guru profesional tidak akan bisa terus bertahan (survive), bila ia tidak terus menerus memperdalam pengetahuannya, mengasah keterampilannya, dan memperkaya wawasan dan pengalamannya. Untuk itulah para profesional membutuhkan proses belajar (termasuk praktek) yang berkesinambungan (continual), dengan bermacam-macam cara. Mulai dari membaca buku, menganalisa pengalaman orang lain, mengikuti seminar atau diskusi (bukan untuk mencari sertifikat tapi cari ilmu), kerja praktek hingga mengikuti program reedukasi (retraining) mungkin juga melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi.
Kemampuan mengajar guru yang sesuai dengan tuntutan standar tugas yang diemban memberikan efek positif bagi hasil yang ingin dicapai seperti perubahan hasil akademik siswa, sikap siswa, keterampilan siswa, dan perubahan pola kerja guru yang makin meningkat, sebaliknya jika kemampuan mengajar yang dimiliki guru sangat sedikit akan berakibat bukan saja menurunkan prestasi belajar siswa tetapi juga menurunkan tingkat kinerja guru itu sendiri. Untuk itu kemampuan mengajar guru menjadi sangat penting dan menjadi keharusan bagi guru untuk dimiliki dalam menjalankan tugas dan fungsinya, tanpa kemampuan mengajar yang baik sangat tidak mungkin guru mampu melakukan inovasi atau kreasi dari materi yang ada dalam kurikulum yang pada gilirannya memberikan rasa bosan bagi guru maupun siswa untuk menjalankan tugas dan fungsi masing-masing.
Menurut Wina Sanjaya (2007) kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan adalah salah satu tingkat keprofesionalan seorang guru. Kemampuan penguasaan materi memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.
Menurut Muhammad Ali (1996:44) “kehadiran seorang guru haruslah seorang yang memang professional dalam arti memiliki ketrampilam dasar mengajar yang baik, memahami atau menguasai bahan dan memilliki loyalitas terhadap tugasnya sebagai guru”. Dengan demikian guru dituntut harus memiliki kompetensi. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah kompetensi professional.
Kompetensi professional yang dimaksud disini adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing para peserta didik
.
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan antara lain :
a.         Materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan sebagainya. (Ibu kota Negara RI adalah Jakarta; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945).
b.        Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya).
c.         Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
d.        Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskup, cara menyetel televisi.
e.         Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dan sebagainya.
Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian belajar.
Penguasaan materi bagi guru merupakan hal yang sangat menentukan, khususnya dalam proses belajar mengajar yang melibatkan guru mata pelajaran.
a.        Ruang Lingkup Materi yang Harus Dikuasai oleh Guru dan Siswa
Bagi guru:
        Bila siswa harus menguasai materi minimal seperti yang tercantum dalam GBPP, maka guru tentu saja harus menguasai lebih dari apa yang tercantum dalam GBPP. Oleh karena itu, idealnya buku teks untuk tiap mata pelajaran harus ada:
·         Buku sumber untuk siswa yang membahas materi yang dituntut GBPP.
·         Buku sumber pegangan guru yang membahas perluasan materi yang dituntut GBPP.
Antara lain termasuk latar belakang materi, konsep-konsep dasar dan perkembangan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bagi siswa:
Materi yang harus dikuasai secara minimal oleh siswa adalah materi yang tercantum dalam GBPP. Bila kemungkinan siswa dapat diberi program pengayaan yang baik secara horizontal maupun vertikal tentang materi pelajaran yang dipelajarinya.
b.        Usaha Meningkatkan Penguasaan Materi
Ada beberapa alternatif dalam upaya meningkatkan penguasaan materi bagi guru, antara lain sebagai berikut:
1.        Melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Pendalaman materi dari guru, oleh guru, dan untuk guru.
2.        Melalui buku sumber yang tersedia atau kegiatan mandiri.
3.        Melalui ahli/ilmuwan yang bersangkutan.
4.        Melalui kursus pendalaman materi (KPM).
5.        Melalui pendidikan khusus.


c.         Fungsi Kegiatan Pendalaman Materi
1.        Meningkatkan kepercayaan diri akan kemampuan profesionalnya sehingga tidak ragu lagi dalam mengelola PBM.
2.        Memperdalam dan memperluas wawasan atau konsepsi tinjauan akademis dan aplikasinya sehingga dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan analisis materi pelajaran (AMP).
d.        Langkah Pembinaan untuk Pendalaman Materi bagi Guru
Persiapan:
Diberikan tes penguasaan materi esensial atau kuesioner. Dari hasil tes ini kita analisis, materi esensial mana yang sebagian besar belum dikuasai. Materi-materi yang belum dikuasai inilah yang menjadi sasaran pendalaman materi.
Pelaksanaan:
Pelaksanaan pembinaan pendalaman materi dapat dilakukan:
1.      Melalui MGMP
2.      Melalui buku sumber atau inisiatif individu/kelompok baik pada wadah MGMP atau yang lain.
3.      Ceramah ilmiah dari ahlinya dengan menggunakan studi kasus.
Apabila penguasaan dan pendalaman materi dapat dilakukan dengan baik maka akan lebih mudah juga dalam melaksanakan analisis materi pelajaran.
Analisis materi pelajaran (AMP) adalah hasil dari kegiatan yang berlangsung sejak seseorang guru mulai meneliti isi GBPP kemudian mengkaji materi dan menjabarkannya serta mempertimbangkan penyajiannya. AMP merupakan salah satu bagian dari rencana kegiatan belajar mengajar yang berhubungan erat dengan materi pelajaran dan strategi penyajiannya.
Analisis materi pelajaran berfiungsi sebagai acuan untuk menyusun program pengajaran yaitu tahunan, program caturwulan, program satuan pelajaran/persiapan mengajar dan rencana pelajaran.
Berikut merupakan format alternatif yang bisa dikembangkan sendiri oleh guru sesuai dengan ciri-ciri komponen bahan kajian dalam GBPP atau karakteristik mata pelajaran.

                                       
Penjabaran Kurikulum/AMP
Halaman:.....
Jumlah Halaman:.....
Satuan Pelajaran    :.........................................................
Kelas Program         :.........................................................
Mata Pelajaran       :.........................................................
No
Konsep/Subkonsep
Penjabaran Materi Pelajaran
Cawu
Jum lah
Metode
Sarana
Ket.
1
2
3
4
5
6
7
8
1.
1.1 Pengetahuan Peta
     1.1.1 Peta









  1.1.2 dst
Pengertian peta, gambaran dari permukaan bumi yang dibuat dengan skala tertentu dan digambarkan pada bidang datar.
Syarat-syarat peta:
a.Tidak membingungkan dan mudah dimengerti maksudnya agar berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
dst......
1
3x40
1. Ceramah
2. Tanya-jawab
3.Demons-trasi
4.Penuga-san
5. Diskusi
- Peta dinding
- Peta timbul
- Globe
- Atlas

Diketahui                                  Saran Kepala Sekolah                                        Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah               ..............................................
                                           ..............................................
                                           ..............................................
____________                                                                                                       ________________
NIP                                                                                                                            NIP
Keterangan Pengisian Format AMP:
Kolom (1)          : Cukup jelas
Kolom (2)          : Menyalin/diambil dari GBPP
Kolom (3)          : Dirumuskan oleh guru/kelompok guru mata pelajaran tentang materi hasil pelajaran
Kolom (4)          : Diisi dengan cawu yang sedang berlangsung pada saat itu
Kolom (5)          : Diisi waktu/jumlah jam pelajaran yang diperlukan untuk penyajian pokok bahasan tersebut
Kolom (6)          : Diisi jenis metode penyajian yang paling cocok/efektif
Kolom (7)          : Diisi jenis sarana yang palinhcocok/tersedia
Kolom (8)          : Diberi keterangan bila diperlukan
2.3     Sikap dan Perilaku Guru dalam Mengajar
Walgito (1990) menjelaskan bahwa, sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Berkowitz, dalam Azwar (2002) menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek.
Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru, antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkan melalui pendidikan formal maupun menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki ijazah perguruan tinggi.
Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam kenyataannya banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam pembelajaran, ada tujuh kesalahan antara lain:
1.      mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
2.      menunggu peserta didik berperilaku negatif,
3.      menggunakan destruktif discipline,
4.      mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik,
5.      merasa diri paling pandai di kelasnya,
6.      tidak adil (diskriminatif), serta
7.      memaksakan hak peserta didik.
Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut maka seorang guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam UndangUndang Dosen dan Guru, yakni:
1.      kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,
2.      kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,
3.      kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam,
4.      kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Sedangkan perilaku merupakan bentuk tindakan nyata seseorang sebagai akibat dari adanya aksi respon dan reaksi. Menurut Mann dalam Azwar (2000) sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata namun juga ditentukan faktor eksternal lainnya.
Menurut penuturan R.Tantiningsih dalam Mulyasa 2005, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar beberapa sikap dan perilaku menyimpang dalam dunia pendidikan dapat hindari, diantaranya: Pertama, menyiapakan tenaga pendidik yang benar-benar profesional yang dapat menghormati siswa secara utuh. Kedua, guru merupakan key succes factor dalam keberhasilan budi pekerti. Dari guru siswa mendapatkan action exercise dari pembelajaran yang diberikan. Guru sebagai panutan hendaknya menjaga image dalam bersikap dan berperilaku. Ketiga, Budi pekerti dijadikan mata pelajaran khusus di sekolah. Keempat, adanya kerjasama dan interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah), dan orang tua.
Menurut Danni Ronnie M ada enam belas pilar agar guru dapat mengajar dengan hati. Keenam belas pilar tersebut menekankan pada sikap dan perilaku pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik. Enam belas pilar pembentukan karakter yang harus dimiliki seorang guru, antara lain:
1)        kasih sayang
2)        penghargaan
3)        pemberian ruang untuk mengembangkan diri
4)        kepercayaan
5)        kerjasama
6)        saling berbagi
7)        saling memotivasi
8)        saling mendengarkan
9)        saling berinteraksi secara positif
10)    Saling menanamkan nilai-nilai moral,
11)    saling mengingatkan dengan ketulusan hati,
12)    saling menularkan antusiasme,
13)    saling menggali potensi diri,
14)    saling mengajari dengan kerendahan hati,
15)    saling menginsiprasi,
16)    saling menghormati perbedaan.











BAB III
PENUTUP
3.1     Kasus dan Solusi
          KASUS:
Pada sebuah Sekolah Menengah Atas di daerah Bogor, seorang guru mata pelajaran Matematika mengalami kesulitan dalam mengajar siswanya. Guru tersebut masih kurang mempunyai rasa percaya diri sehingga rasa grogi atau tegang lah yang timbul saat mengajar. Maka saat mengajar, dia kehilangan konsentrasi yang menyebabkan timbul kesulitan dalam menguasai materi dan menyampaikan kata-kata untuk menjelaskan is materi pelajaran kepada siswa. Hal tersebut menimbulkan proses belajar mengajar tidak berjalan dengan baik. Padahal seharusnya seorang guru mampu mengatasi rasa percaya diri saat mengajar, terutama untuk mata pelajaran Matematika yang membutuhkan praktek cara menghitung secara detail bukan hanya sebatas teori saja. Selain itu juga mata pelajaran Matematika ini termasuk salah satu mata pelajaran yang diujikan saat Ujian Nasional. Apabila guru saja dalam proses mengajar mengalami kesulitan seperti hal tersebut, maka bagaimana dengan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran Matematika? Tentu saja siswa juga akan lebih mengalami kesulitan dalam memahami mata pelajaran Matematika. Dan kegiatan belajar mengajar ini akan terlihat tidak menarik sehingga menimbulkan rasa malas pada siswa dalam mengikuti mata pelajaran Matematika. Dalam hal ini guru tersebut kurang memiliki sikap dan perilaku profesional karena kurang mampu untuk menciptakan proses saling berinteraksi secara positif antara siswa dengan guru dan pada akhitnya guru tidak dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar.

SOLUSI:
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang mampu mengisi lapangan kerja dan siap berwirausaha.
Oleh karena itu, untuk menciptakan hasil yang optimal dalam membantu perkembangan peserta didik/siswa maka hendaknya setiap guru harus mengoptimalkan kemampuan nya terlebih dahulu terutama dalam kegiatan mengajar. Seperti . kompetensi yang harus dimiliki setiap guru yang tertuang dalam UndangUndang Dosen dan Guru, yakni:
1.      kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,
2.      kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,
3.      kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam,
4.      kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Dalam kasus di atas, seorang guru tersebut kurang memiliki rasa percaya diri sehingga grogi dan tengang yang menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi saat mengajar, hal ini dapat dikatakan juga bahwa guru tersebut kurang menguasai kompetensi sosial dimana guru harus mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan siswa.
Kelemahan pada guru tersebut yaitu kurang rasa percaya diri dapat disebabkan oleh beberapa hal yang telah dijelaskan pada pembahasan kami di atas, yaitu diantaranya: (1) merasa tidak mampu menjelaskan dengan baik mata pelajaran yang akan diajarkan; (2) merasa takut kehilangan kata-kata saat di tengh-tengah mengajar atau sering dikatakan ‘blank’ yaitu pikiran seakan kosong; (3) merasa takut melakukan kesalahan walaupun kesalahan kecil seperti menjatuhkan spidol, menumpahkan air, dan sebagainya yang dikarenakan rasa tegang; (4) merasa takut siswa tidak paham apa materi yang disampaikan; (5) merasa takut tidak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan siswa; (6) merasa takut peralatan tidak berfungsi sesuai harapan; (7) merasa takut tidak menarik perhatian siswa.
Oleh karena itu, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasi rasa kurang percaya diri agar lebih berani saat melakukan kegiatan mengajar, antara lain:
a)      Berlatih Secara Teratur. Melatih keterampilan mengajar terus menerus tanpa menyerah, jika sudah sering dilatih maka hal itu akan menjadi kebiasaan dan kita akan lebih mampu dalam menghadapi rasa percaya diri saat mengajar siswa.
b)     Menggunakan media pembelajaran yang efektif dan efisien.  Guru mempersiapkan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa seperti gambar, suara dan lain-lain. Walaupun tak menggunakan teknologi, kita juga bisa membuat media pembelajaran sendiri yang sederhana.
c)      Rileks dan jangan tegang. Apabila seorang guru mudah rileks didepan kelas maka akan timbul percaya diri yang menyebabkan keberanian untuk mengajar didepan kelas. Sedangkan ketegangan hanya akan memicu adrenalin yang membuat otak juga menjadi tegang sehingga sulit untuk berpikir. Jika ketegangan itu terjadi, maka akan sulit bagi seseorang untuk mengembangkan kemampuannya secara maksimal.
d)     Jangan berpikir, lakukan saja. Terlalu banyak pertimbangan akan apa yang dilakukan akan menyebabkan seseorang terpaku pada bagaimana mengajar secara sempurna dan tidak membuat kesalahan. Pemikiran semacam itu memang baik, tetapi di sisi lain akan menjadi beban mental yang malah akan mempengaruhi penampilan secara keseluruhan. Maka lakukan dengan penuh percaya diri bahwa itulah yang terbaik yang bisa kita berikan. Selesai mengajar, barulah kita berpikir dan melakukan review tentang apa yang sudah kita lakukan, mana yang sudah baik dan di sisi mana yang perlu ada perbaikan dalam proses belajar mengajar.
e)      Lakukan dengan gaya mengajar yang sesuai. Untuk bisa menemukan gaya presentasi yang pas, seseorang harus memahami secara mendalam kekuatan dan kelebihan yang dimilikinya.
f)       Berinteraksilah dengan murid-murid. Tanpa adanya interaktifitas, pembelajaran hanyalah omongan satu arah yang kurang menyenangkan. Interaksi menjadi bagian tidak terpisahkan dan menjadi salah satu faktor penting kesuksesan belajar mengajar. Pemahaman profil siswa menjadi penting agar guru mampu menyesuaikan dengan gaya bicara, bahasa, dan juga pola interaktivitas dengan siswanya.
g)      Lakukan persiapan dengan baik. Siapkan mulai dari mental, fisik, hingga peralatan dan materi yang akan disajikan. Ketenangan hati ini akan membawa pada ketenangan mental, sikap, dan pikiran sehingga apa yang sudah dipersiapkan bisa berjalan dengan lancar. Berdoa akan memberikan kepercayaan diri yang kuat bahwa Tuhan akan memberikan pertolongan kepada kita.
Ketika hal-hal di atas tersebut mampu diterapkan oleh guru maka guru pun dapat menguasai kelas dengan nyaman sehingga rasa percaya diri dan pemberian materi akan berjalan dengan lancar.
Disamping itu, guru juga harus mampu dalam menguasai materi. Karena apabila hal-hal di atas tersebut sudah dapat dikuasai tetapi ia tidak mampu menguasai materi maka itu juga akan menghambat kegiatan mengajar. Untuk meningkatkan penguasaan materi dapat dilakukan dengan cara bermusyawarah dengan guru mata pelajaran agar saling bertukar pikiran tentang setiap masalah yang dihadapi, dan guru juga harus memiili buku sumber yang menjadi pegangan saat mengajar, serta mengikuti kegiatan pendalaman materi.
Dengan hal di atas, maka kepercayaan diri akan kemampuan profesionalnya  tidak ragu lagi dalam mengelola PBM dan mampu melaksanakan analisis materi pelajaran (AMP).
Solusi-solusi yang telah dijelaskan tersebut dapat menimbulkan rasa saling menghargai, saling bekerja sama, saling memotivasi, saling berinteraksi secara positif, dan lain-lain yang termasuk dalam pilar pembentukan karakter sikap dan perilaku profesional yang harus dimiliki seorang guru.

3.2         Kesimpulan
Melatih keberanian mengajar dan penguasaan materi akan menciptakan sikap dan perilaku guru yang profesional yang mampu menjadi teladan bagi para peserta didik, mampu mengembangkan kompetensi dalam dirinya, dan mampu mengembangkan potensi para peserta didik.
Melatih keberanian mengajar dapat dilakukan dengan cara berlatih secara teratur, menggunakan media pembelajaran yang sesuai,  rileks dan jangan tegang, jangan terlalu memikirkan kesalahan yang terjadi dan jika terdapat kesalahan maka segera perbaiki, melakukan haya mengajar yang sesuai, berinteraksi positif dengan siswa-siswa, dan mempersiapkan mental, fisik, media serta materi yang akan disampaikan.
Ada beberapa alternatif dalam upaya meningkatkan penguasaan materi bagi guru, antara lain sebagai berikut: (1) Melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP); (2) Melalui buku sumber yang tersedia atau kegiatan mandiri; (3) Melalui ahli/ilmuwan yang bersangkutan; (4) Melalui kursus pendalaman materi (KPM); (5)Melalui pendidikan khusus.
Sikap dan perilaku guru yang profesional mencakup enam belas pilar dalam pembangun karakter. Keenam belas pilar tersebut, yakni kasih sayang, penghargaan, pemberian ruang untuk mengembangkan diri, kepercayaan, kerjasama, saling berbagi, saling memotivasi, saling mendengarkan, saling berinteraksi secara positif, saling menanamkan nilai-nilai moral, saling mengingatkan dengan ketulusan hati, saling menularkan antusiasme, saling menggali potensi diri, saling mengajari dengan kerendahan hati, saling menginsiprasi, saling menghormati perbedaan.
3.3     Saran

Pihak sekolah melakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja guru dalam mengajar secara rutin, dan memberi masukan, pelatihan atau pendalaman cara mengajar guru yang baik dan benar untuk meminimalisir terjadinya sikap dan perilaku guru yang kurang profesional dalam kegiatan mengajar.